Penanganan masalah kesehatan lingkungan dan gizi pasca bencana

Get Started. It's Free
or sign up with your email address
Penanganan masalah kesehatan lingkungan dan gizi pasca bencana by Mind Map: Penanganan masalah kesehatan lingkungan dan gizi pasca bencana

1. Bantuan Pangan

1.1. Standar Minimal Bantuan :

1.2. Bahan makanan berupa beras 400 gram perorang perhari atau bahan makanan pokok lainnya dan bahan lauk pauk.

1.3. Makanan yang disediakan dapur umum berupa makanan siap saji sebanyak 2 kali makan dalam sehari.

1.4. Besarnya bantuan makanan (poin a dan b) setara dengan 2.100kilo kalori (kcal)

2. Pengawasan sanitasi makanan dan minuman

2.1. Kekurangan pangan menurunkan daya tahan tubuh.

2.2. Pada penderita penyakit bertambah parah

2.3. Dalam keadaan darurat

2.4. Potensi infeksi penyakit menular menjadi sangat tinggi

3. Pengawasan sanitasi makanan dan minuman

3.1. Beban infeksi yang tinggi menimbulkan infeksi yang tinggi

3.2. Dalam keadaan infeksi peningkatan katabolisme & penurunan daya asupan makanan serta daya absorbsi makanan penurunan gizi selama sakit tubuh menyesuaikan diri menunda pertumbuhan badan menjadi kurus

3.3. Jika asupan gizi tidak terpenuhi penyembuhan melambat pertumbuhan terhambat penurunan imunitas tubuh

3.4. Jika asupan gizi cukup pemulihan dan pertumbuhan cepat tingkat imunitas baik kemungkinan infeksi berkurang sumber infeksi yang berasal dari manusia berkurang

3.5. Asupan gizi yang aman dan cukup merupakan pendorong untuk kesembuhan yang optimal

4. Program pemberian makanan dalam situasi darurat

4.1. Bertahan hidup

4.2. Mempertahankan/memperbaiki status gizi, utamanya pada kelompok rentan

4.3. Mempertahankan/memperbaiki status gizi, utamanya pada kelompok rentan

4.4. Menyelamatkan aset produksi

4.5. Mempertahankan/memperbaiki status gizi, utamanya pada kelompok rentan

4.6. Menyelamatkan aset produksi

4.7. Menghindari migrasi massal

4.8. Menjamin tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup unuk seluruh penduduk.

4.9. Mendorong rehabilitasi keadaan secara swadaya masyarakat

4.10. Mengurangi kerusakan sistem produksi pangan dan pemasarannya

5. Penilaian dan pengawasan kondisi lingkungan dan status gizi di pengungsian

5.1. Kuantitas dan kualitas air bersih yang tidak memadai.

5.2. Kurangnya saranapembuangan korban, kebersihan lingkungan yang buruk (samapah dan limbah cair) sehingga kepadatan vektor (lalat) menjadi tinggi, sanitasi makanan didapur umum yang tidak higienis, kepenuhsesakan (overcrowded). Penyakit menular yang sering timbul dipengungsian akibat faktor resiko diatas antara lain: diare, typhoid, ISPA/pneumonia, campak, malaria, DBD, penyakit kulit.

5.3. Kasus penyakit sebagai akibat kurangnya sumber air bersih dan kesehatan lingkungan yang buruk. Kasus –kasus yang sering terjadi antara lain: diare, ISPA, malaria, campak, penyakit kulit, tetanus, TBC, cacar, hepatitis, cacingan, typhoid, dan lain-lain

5.4. Kasus gizi kurang sebagai akibat kurangnya konsumsi makanan. Kasus –kasus yang sering terjadi antara lain: KEP, anemia dan xerophtalmia

5.5. Masalah kesehatan reproduksi

5.6. Berbagai bentuk keluhan psikologik dan gangguan psikiatrik

6. Pembinaan lingkungan dan gizi pasca bencana

6.1. Penyehatan pengelolaan dapur umum

6.2. Pengendalian vektor dan binatang pengganggu

6.3. Penyehatan sanitasi dasar (jamban)

6.4. Pengelolaan sampah

6.5. Pengawasan air minum

6.6. Personal hygiene dan pemenuhan sarana CTPS

7. Bantuan Pangan

7.1. Bantuan pangan diberikan dalam bentuk bahan makanan, atau masakan yang disediakan oleh dapur umum. Bantuan pangan bagi kelompok rentan diberikan dalam bentuk khusus.

8. Pengawasan sanitasi makanan dan minuman

8.1. Memperoleh makanan dari pemasok yang handal, pastikan keandalan produksi dan transport, memperoleh makanan dari pemasok yang handal, upaya aplikasi HACCP pada sistem penyediaan makanan

8.2. Kendalikan keadaan ketika transpor (suhu dan waktu)

8.3. Simpan makanan terbungkus atau dalam wadah yang tertutup

9. Pengawasan sanitasi makanan dan minuman

9.1. Mencuci tangan sebelum mengolah makanan

9.2. Pastikan makanan diolah dengan sempurna

9.3. Dinginkan makanan secepat mungkin

10. Pemantauan dan evaluasi

10.1. Pemantuan pertumbuhan balita menggunakan KMS

10.1.1. Pemantauan keadaaan gizi seluruh balita

11. Keperluan surveilans gizi pengungsi, beberapa hal yang perlu disiapkan

11.1. Klaster Kesehatan terdiri dari :

11.1.1. Sub Klaster Pelayanan Kesehatan :

11.1.2. Mapping tenaga relawan dan ketersediaan SDM di Faskes •Rapat Koordinasi Tim Relawan dengan Klaster •Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan dan tindakan operasi bedah •Melakukan penilaian cepat kerusakan Faskes dan Alkes •Mengaktifkan kembali semua pelayanan primer dan sekunder untuk melayani masyarakat •Mengaktifkan kembali sistem rujukan

11.1.2.1. Sub Klaster Pengendalian Penyakit dan Kesling

11.1.2.2. Memantau perkembangan penyakit pasca gempa (Surveilans) •Mendistribusikan logistik kesling seperti Polybag Sampah, Kaporit, PAC (Penjernih Air Cepat) •Melakukan Penyehatan air •Melakukan Pengendalian vektor penyakit dengan melakukan disinfektasi (dengan penyemprotan)

11.1.2.2.1. Sub Klaster Kesehatan Reproduksi

11.1.2.2.2. Pelayanan terhadap kelompok rentan (Bumil, Anak Bayi, Balita dan Lansia) •Pendirian tenda Kesehatan Reproduksi dan Tenda Ramah Remaja •Memobilisasi bidan serta peralatan pendukung kesehatan Ibu •Koordinasi perlindungan perempuan dan anak termasuk disabilitas •Pendistribusian Kit

11.2. Tanggap Darurat

11.3. Rehabilitasi

11.4. Rekonstruksi