Pergaulan Sehat

Get Started. It's Free
or sign up with your email address
Pergaulan Sehat by Mind Map: Pergaulan Sehat

1. Pergaulan bebas: Narkoba, Kehamilan diluar nikah, Aborsi, Tawuran

2. Cara Bergaul Secara Sehat : Mencari hobi yang positif (misalnya berperan aktif di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal)

3. Pengertian pergaulan sehat: Proses interaksi antar individu dengan individu lain yang terjadi secara normal baik tubuh, jiwa, dan kehidupan sosialnya.

4. Faktor pergaulan sehat

4.1. Kondisi fisik Penampilan fisik menjadi salah satu aspek penting bagi remaja dalam menjalani aktivitas kesehariannya. Remaja biasanya memiliki standar-standar tertentu tentang sosok fisik ideal yang mereka idamkan. Misalnya, standar cantik yaitu memiliki postur tinggi, tubuh langsing dan berkulit putih. Akan tetapi, standar kecantikan tersebut merupakan hal yang relatif bagi setiap orang. Oleh sebab itu, remaja harus mensyukuri dan memanfaatkan kondisi fisik yang mereka miliki sebaik mungkin. Remaja harus menanamkan keyakinan di dalam dirinya bahwa keindahan lahiriah bukanlah makna kecantikan yang sesungguhnya. Kecantikan sejati justru berasal dari hati nurani, akhlak, serta kepribadian yang baik. Dengan menanamkan keyakinan tersebut, diharapkan remaja bisa terhindar dari pergaulan yang tidak sehat karena merasa frustasi dengan kondisi fisik mereka, yang mungkin itu bukanlah kondisi ideal sesuai yang mereka inginkan.

4.2. Kebebasan Emosional Pada umumnya, remaja ingin mendapatkan kebebasan emosional. Mereka ingin bebas melakukan apapun yang mereka sukai. Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Ketika menginjak usia remaja, seseorang biasanya akan berusaha agar argumen atau pendapatnya diakui dan disejajarkan dengan orang dewasa. Dengan demikian, apabila terjadi perbedaan pendapat anatara anak dan orang tua, dibutuhkan pendekatan yang sifatnya demokratis dan terbuka untuk mengatasi perbedaan pendapat tersebut. Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu membangun rasa saling pengertian diantara masing-masing pihak untuk memahami sudut pandang satu sama lain. Saling pengertian juga bisa dibangkitkan dengan bertukar pengalaman atau dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu secara bersama-sama. Dalam hal ini, orang tua bisa menempatkan diri pada situasi remaja dan sebaliknya. Metode pemecahan konflik yang aman antara orang tua dan anak yaitu orang tua berusaha menjadi pendengar yang baik, agar anak tidak merasa pendapat mereka diabaikan, sehingga mereka bisa terhindar dari pergaulan yang tidak sehat.

4.3. Interaksi sosial Kemampuan melakukan interaksi sosial juga menjadi salah satu faktor penting dalam membentuk konsep diri yang positif bagi remaja apabila contoh interaksi sosial tersebut dilakukan dengan orang-orang atau di lingkungan yang baik. Akan tetapi, lingkungan yang kurang baik dengan interaksi sosial di dalamnya yang kurang baik pula dapat menjerumuskan remaja ke dalam pergaulan yang tidak sehat. Oleh sebab itu, remaja harus pandai-pandai dalam memilih lingkungan bergaul.

4.4. Pengetahuan terhadap kemampuan diri Kelebihan atau potensi yang terdapat dalam diri seseorang pada dasarnya bersifat laten. Artinya, potensi tersebut harus digali dan dirangsang terus-menerus agar bisa menjadi optimal. Kita harus bisa melihat sejauh mana potensi yang ada di dalam diri kita dan dijalur mana potensi tersebut terkonsentrasi untuk bisa diperdalam, hingga akhirnya mampu melahirkan karya yang berarti. Dengan menerima kemampuan diri secara positif, seorang remaja diharapkan lebih mampu dalam menentukan keputusan yang tepat terhadap apa yang akan dia jalani, seperti memilih sekolah atau jenis kegiatan yang diikuti.

4.5. Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama Seorang psikolog yang mendalami psikologi agama, William James, mengemukakan bahwa orang yang mempunyai komitmen terhadap nilai-nilai agama jiwanya cenderung lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan melalui sikap yang positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan vitalitas.

4.6. Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama Seorang psikolog yang mendalami psikologi agama, William James, mengemukakan bahwa orang yang mempunyai komitmen terhadap nilai-nilai agama jiwanya cenderung lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan melalui sikap yang positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan vitalitas.

5. Cara mencegah: Memperkuat pendidikan agama Memilah perbuatan teman yang tidak baik dan baik Memberikan pendidikan seks pada remaja, dll