Etika dalam Penelitian Kualitatif

Get Started. It's Free
or sign up with your email address
Etika dalam Penelitian Kualitatif by Mind Map: Etika dalam Penelitian Kualitatif

1. Mengapa etika diperlukan dalam penelitian kualitatif?

1.1. Etika dalam suatu penelitian sangat diperlukan, mengingat etika menentukan proses dari awal pencarian masalah suatu penelitian hingga akhir. Peneliti adalah manusia yang memiliki sifat sosial, emosi, rasa suka tidak suka, namun demi berjalannya suatu penelitian, peneliti harus memahami etika terutama saat berhadapan dengan partisipan atau narasumber dari penelitian kita. Jangan sampai karena etika buruk dari peneliti dapat menyebabkan partisipan terganggu sehingga berdampak pada hasil penelitian yang kurang faktual.

2. Apakah berbohong diperbolehkan?

2.1. Shaughnessy, dkk dalam Herdiansyah (2015) mengemukakan kebohongan yaitu perilaku sengaja menahan atau tidak mengungkapkan informasi, sengaja memberikan informasi yang salah kepada partisipan tentang aspek tertentu dalam penelitian.

3. Prinsip konfidensialitas dan privasi

3.1. Menurut Day, privasi adalah hak untuk dibiarkan atau hak untuk mengontrol publikasi yang tidak diinginkan tentang urusan personal seseorang. Dan pada saat ini, sudah menjadi sesuatu yang tidak asing lagi bahwa seorang public figure tidak memiliki privasi, memang itulah resikonya. Dan konfidensialitas merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua partisipan yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian

4. Bolehkah memberi tips atau membayar subjek penelitian?

4.1. Dalam memperoleh data kualitatif. Banyak cara yang dilakukan oleh peneliti. Salah satunya ialah memberikan tips atau membayar subjek agar ia tertarik berpartisipasi dan memberikan data sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Idealnya penelitian kualitatif merupakan penelitian alamiah, penelitian yang prosesnya berjalan layaknya kehidupan sehari hari yang mengalir apa adanya, tanpa memanipulasi data. Peneliti ketika melakukan pendekatan kepada subjek yang diteliti, maka tidak ubahnya seperti seorang siswa baru yang memasuki kelas barunya yang semua siswa didalam kelas tersebut telah mengenal satu sama lain

5. Informed Consent

5.1. Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan, dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilaksanakan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi partisipan. Tujuan informed consent adalah agar partisipan mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika partisipan bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, serta bersedia untuk direkam dan jika partisipan tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak partisipan

6. Informed consent pada subjek yang spesifik

6.1. 1. Anak anak dan remaja dibawah 18 tahun

6.2. 2. Lansia atau Manula

6.3. 3. Subjek dengan gangguan mental