Konsep Berpikir Sejarah

Get Started. It's Free
or sign up with your email address
Konsep Berpikir Sejarah by Mind Map: Konsep Berpikir Sejarah

1. Analisis Penyebab dan Konsekuensi

1.1. Dalam memeriksa tragedi dan pencapaian di masa lalu, kita biasanya tertarik pada pertanyaan tentang bagaimana dan mengapa. Pertanyaan-pertanyaan ini seperti apa tindakan, keyakinan, dan keadaan yang menyebabkan konsekuensi ini? Karenanya, penyebabnya berlipat ganda dan berlapis, yang melibatkan ideologi, institusi, dan kondisi jangka panjang, serta motivasi, tindakan, dan peristiwa jangka pendek. Penyebab yang ditawarkan untuk peristiwa tertentu (dan prioritas berbagai penyebab) mungkin berbeda, berdasarkan skala sejarah dan pendekatan sejarawan.

2. Ambil Perspektif Sejarah

2.1. Mengambil perspektif sejarah berarti memahami tatanan sosial, budaya, intelektual, dan emosional yang membentuk kehidupan dan tindakan masyarakat di masa lalu. Pada satu titik, aktor sejarah yang berbeda mungkin telah bertindak atas dasar keyakinan dan ideologi yang bertentangan, sehingga memahami perspektif yang berbeda juga merupakan kunci untuk pengambilan perspektif sejarah. Meskipun kadang-kadang disebut "empati historis", perspektif sejarah sangat berbeda dari pengertian umum tentang identifikasi dengan orang lain. Memang, mengambil perspektif sejarah menuntut pemahaman tentang perbedaan besar antara kita saat ini dan di masa lalu.

3. Pahami Dimensi Etis Sejarah

3.1. Apakah kita berkewajiban untuk mengingat tentara Perang Dunia I yang gugur? Apakah kita berhutang reparasi kepada para korban First Nations dari sekolah tempat tinggal penduduk asli, atau kepada keturunan mereka yang membayar Pajak Kepala Tiongkok? Dengan kata lain, tanggung jawab apa yang dibebankan oleh kejahatan sejarah dan pengorbanan kepada kita hari ini?Pertanyaan-pertanyaan ini adalah salah satu bagian dari dimensi etika sejarah. Bagian lain berkaitan dengan penilaian etis yang kita buat tentang tindakan historis. Ini menciptakan paradoks yang sulit. Mengambil perspektif historis menuntut agar kita memahami perbedaan antara alam semesta dan masyarakat masa lampau. Sejarawan berusaha untuk menahan penilaian etis eksplisit tentang aktor di tengah-tengah cerita mereka, tetapi, ketika semua dikatakan dan dilakukan, jika ceritanya bermakna, maka ada penilaian etis yang terlibat. Kita harus belajar sesuatu dari masa lalu yang membantu kita menghadapi masalah etika saat ini.

4. Membangun Makna Sejarah

4.1. Signifikansi sejarah bergantung pada perspektif dan tujuan seseorang. Orang atau peristiwa bersejarah dapat memperoleh makna jika kita, para sejarawan, dapat menghubungkannya dengan tren dan cerita yang lebih besar yang mengungkapkan sesuatu yang penting bagi kita saat ini. Misalnya, kisah seorang pekerja individu di Winnipeg pada tahun 1918,betapa tidak signifikannya dalam pengertian Perang Dunia II, dapat menjadi signifikan jika diceritakan dengan cara yang menjadikannya bagian dari sejarah perjuangan pekerja, perkembangan ekonomi, atau penyesuaian dan ketidakpuasan pasca-perang yang lebih besar.

5. Gunakan Bukti Sumber Utama

5.1. Surat, dokumen, catatan, buku harian, koran, gambar, dan potongan-potongan lain yang ditinggalkan oleh mereka yang telah meninggal adalah harta bagi sejarawan. Tetapi membaca sumber untuk bukti menuntut pendekatan yang berbeda dari membaca sumber informasi. Perbedaannya dapat dilihat antara membaca buku telepon untuk informasi dan memeriksa jejak sepatu bot di salju di luar lokasi pembunuhan untuk bukti. Buku teks sejarah umumnya digunakan lebih seperti buku telepon yang digunakan sebagai tempat untuk mencari informasi.

6. Identifikasi Kontuinitas dan Perubahan

6.1. Penilaian kontinuitas dan perubahan dapat dilakukan atas dasar perbandingan antara beberapa titik di masa lalu dan masa kini, atau antara dua titik di masa lalu, seperti sebelum dan sesudah Konfederasi di Kanada. Kita dapat mengevaluasi perubahan dari waktu ke waktu dengan menggunakan gagasan kemajuan dan kemunduran.