Penanggulangan Bencana Alam di Indonesia

Get Started. It's Free
or sign up with your email address
Penanggulangan Bencana Alam di Indonesia by Mind Map: Penanggulangan Bencana Alam di Indonesia

1. Tampaknya bencana akan terus menghampiri negeri ini, karena Indonesia memiliki geografis dan geologis yang potensial terkena bencana alam, sehingga dijuluki negeri cincin api. Dari perkiraan para ahli, saat ini terdapat 20 gunung yang tersebar di beberapa wilayah tengah menunjukkan tanda-tanda keaktifannya. Sebut saja salah satunya Anak Gunung Krakatau, yang sekarang berstatus waspada. Bencana berdampak terhadap keberlangsungan hidup masyarakat. Tak hanya kerusakan dan kehilangan harta benda, korban jiwapun berjatuhan. Bencana gempa terhitung telah merenggut ratusan ribu jiwa, dengan kerusakan infrastruktur yang mahadahsyat.

2. Kemudian, membangun kerjasama dengan pihak pemerintah maupun Badan Penanggulangan Bencana, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) atau lembaga lainnya dalam memperoleh informasi agar masyarakat dapat waspada terhadap bahaya bencana. Pasca bencana, program pemberdayaan melalui bidang infrastruktur, sosial dan ekonominya—setidaknya—adalah memberikan kontribusi kepada para korban. Pembenahan kembali infrastruktur yang telah rusak, berupa jalan dan jembatan, sarana air bersih, MCK, permukiman penduduk, serta sarana agrikultur. Nah, proses pembangunan ini tentu melibatkan masyarakat setempat atau korban bencana.

3. Bencana tidak sampai di situ. Baru-baru ini, geliat Gunung Merapi dan Kepulauan Mentawai melengkapi deretan duka bangsa. Keganasan Gunung Merapi dengan awan panasnya menyebabkan ratusan orang meninggal dunia, termasuk juru kunci Mbah Maridjan. Gunung terus meletus dan mengeluarkan awan panas, merusak tatanan perekomian masyarakat seketika. Memaksa warga mengungsi dan terjadi polusi udara.

3.1. Di hari yang sama, Kepulauan Mentawai digoncang gempa bumi dan tsunami. Dari bencana ini masyarakat Mentawai harus kehilangan sanak saudaranya, harta benda dan lahan mata pencarian akibat terjangan tsunami yang tak mengenal kompromi. Duka korban bencana belum juga usai, karena harus hidup di pengungsian dengan makanan dan perawatan kesehatan seadanya.

4. Di sinilah peran program pemberdayaan bisa memposisikan diri, baik sebelum maupun pasca terjadinya bencana. Program pemberdayaan dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada masyarakat dalam melestarikan alam dan lingkungan sekitarnya. Misalnya saja, melindungi hutan dari penebangan liar, pelestarian sungai, menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman dan aman. Selain itu, program pemberdayaan juga dapat melakukan upaya antisipasi dan penyelamatan diri ketika bencana tiba.

5. Bicara bencana, Indonesia senantiasa dirundung berbagai bencana alam. Masih kuat di ingatan kita enam tahun silam. Tepatnya di tahun 2004. Gempa bumi di Alor, Nabire, disusul gempa bumi dan tsunami di ujung Barat Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Nias, Sumatera Utara. Seakan tiada hentinya negeri ini terus bergoyang akibat gunung dan buminya mengalami pergerakan yang meluluh-lantakkan benda di sekelilingnya.

5.1. Di tahun 2006, Gunung Merapi yang tergolong teraktif di dunia dan terletak di antara Jawa Tengah dengan Yogyakarta pernah menunjukkan kekuatannya, dengan memberikan tanda-tanda gempa. Di Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, seketika mengalami gempa bumi yang lumayan dahsyat. Dan baru-baru ini, bumi Wasior, Papua, disapu habis oleh banjir bandang dan hanya menyisakan puing-puing reruntuhan rumah, pepohonan, serta ratusan orang meregang nyawa dan luka-luka.

6. Dalam menghadapi bencana, selayaknya kita bahu-membahu membantu saudara kita, agar mereka dapat melanjutkan hidup dan kehidupannya yang telah ditimpa musibah ini. Caranya adalah dengan memberikan bantuan moril dan materil. Bencana telah terjadi, hal yang terpenting adalah penanganan pasca bencana, yaitu penanganan korban tewas dan luka, penanganan pengungsi serta pengumpulan dan koordinasi penyaluran bantuan. Guna memulihkan kondisi korban dan daerah yang terkena bencana adalah dengan menangani para pengungsi dengan baik, serta rekonstruksi daerah yang terkena bencana. Pemerintah seharusnya menjamin korban selamat terbebas dari kelaparan dan serangan penyakit. Pemulihan psikologis korban bencana, terutama anak usia dini, sangat penting diberikan. Selanjutnya, pemerintah segera melakukan relokasi dan pembangunan infrastruktur kembali, serta perumahan yang mampu mendukung kehidupan yang layak.