
1. 3. Teknik-teknik Konseling Behavioristik Menurut penelitian Latipun (2008), teknik yang digunakan dalam konseling perilaku adalah sebagai berikut. a. Teknik Tingkah Laku Umum - Skedul, yaitu konselor membuat sarannya sendiri saat meneliti perilaku baru. - Itu harus terus diperkuat hingga terbentuk perilaku di dalam diri konseli. - Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari perilaku baru secara bertahap. Konselor dapat membagi tingkah laku yang ingin dicapai menjadi beberapa unit, kemudian belajar dalam unit-unit kecil. - Ekstasi adalah teknik pengobatan yang menghilangkan bentuk- bentuk intensif, sehingga perilaku adaptif tidak terulang kembali. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa jika seseorang tidak mendapatkan keuntungan, dia tidak akan mau melakukan sesuatu. b. Teknik-teknik Spesifik - Desensitisasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan.
1.1. - Latihan Asertif, yaitu pendekatan behavioral yang dengan cepat mencapai popularitas adalah latihan asertif yang bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar. - Terapi Aversi, teknik-teknik pengondisian aversi yang telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasisan tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. - Pengondisian Operan, yaitu tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. I
1.2. - Penguatan Positif, pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku. - Pencontohan, dalam pencontohan, individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model. - Token Economy. Metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh.
2. 1. Pengertian psikologi Secara harfiah psikologi berasal dari kata Yunani, “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Oleh sebab itu, secara harfiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Menurut Robert S. Woodworth and Donald G. Marques dalam khairani (2014) mengatakan bahwa, psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivtas individu. Sedangkan menurut Garden Murphy, psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya. Adapun, Ernes Hilgart menyatakan bahwa, psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dan makhluk lainnya.
3. 1. Tujuan psikologi konseling bertujuan untuk mengembangangkan teori-teori psikologi dalam proses konseling. 2. Bidang kajian psikologi konseling a. Hakikat, tujuan, prinsip-prinsip, dan asas-asas konseling. b. Karakteristik dan kompetensi konselor profesional. c. Karakteristik konseli dan masalah – masalahnya. d. Kondisi psikologis yang menunjang berlangsungnya proses konseling. 3. Aspek – aspek konseling a. Konseling sebagai suatu proses, dalam konseling terdapat suatu proses antara klien dan konselor untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan yang diharapkan oleh klien. b. Konseling sebagai hubungan terapeutik, yaitu hubungan interpersonal yang didalamnya terdapat rasa keterbukaan, kepercayaan, ketulusan, penghargaan dan empati. c. Konseling merupakan usaha bantuan, didalamya terdapat proses bantuan dalam bentuk pemahaman diri, penyesuaian diri, peningkatan kepercayaan diri, pembentkan prilaku dasar, dan peningkatan keterampilan tertentu.
3.1. 2. Pengertian psikologi konseling Brammer dan Soshtrom dalam Hartono (2012 : 2) mendefinisikan psikologi konseling adalah sintesis dari berbagai kecenderungan yang berkaitan dalam gerakan bimbingan, kesehatan metal, psikometri, kasus-kasus social dan psikoterapi. Sintesis adalah paduan berbagai hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras. Psikologi konseling adalah suatu kegiatan yang dibangun melalui adanya interaksi antara klien dengan psikolog/konselor untuk mengidentifikasi presepsi, kebutuhan, nilai, perasaan, pengalaman, harapan serta masalah yang dihadapi klien. Hal ini bertujuan untuk memecahkan masalah- masalah psikologis klien dengan menyadarkan klien terhadap akar masalah yang sebenarnya dihadapi hingga akhirnya klien dapat menemukan sendiri solusi dan alternative penyelesaian masalah yang dihadapinya (Yundarika : 2014).
3.2. 6. Pendekatan dalam bimbingan konseling a. Pendekatan Psikoanalitik Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri tiga system id, eg, dan superego. b. Pendekatan Behavioral Pendekatan behavioral atau perilaku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori belajar. c. Pendekatan Eksistensial Humanistik Psikologi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. d. Pendekatan Client – Centered Client Centered Therapy adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan konseli agar mendapatkan gambaran yang sesuai antara ideal self ( diri konseli yang ideal ) dengan actual self ( diri konseli sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya).
3.2.1. e. Pendekatan Gestalt Pendekatan Gestalt merupakan bentuk terapi perpaduan antara eksistensial-humanistis dan fenomenologi, sehingga memfokuskan diri pada pengalaman klien dan memadukannya dengan kepribadian yang terpecah di masa lalu. f. Pendekatan Ratoinal Emotif Therapy (RET) RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap , persepsi, cara berpikir, keyakinan, serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. g. Pendekatan Realitas Terapi Realitas adalah bentuk pengubahan perilaku karena dalam penerapan institusionalnya, merupakan tipe pengondisisan operan yang tidak ketat. h. Pendekatan Analisis Transaksional Analisis Transaksional adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam konseling kelompok.
4. A. Pengertian psikologi konseling
5. BAB 2 PENDEKATAN TEORI BEHAVIORISTIK
5.1. 1. Hakikat Pendekatan Teori Behavioristik Behaviorisme adalah metode yang dikembangkan oleh Pavlov dan Skinner. Skinner adalah salah satu pewaris behaviorisme Watson. Fokus utama dari konsep behavioristik adalah untuk melihat perilaku dan penyebab eksternal yang memotivasi perilaku tersebut, dan pentingnya pengendalian perilaku. Behavioristik adalah salah satu jenis terapi perilaku yang berkembang pesat dan sangat populer karena memenuhi prinsip kesederhanaan, logika, pemahaman dan penerapan yang mudah, serta menekankan pada fokus pada perilaku positif.
5.2. 2. Tujuan Pendekatan Teori Behavioristik menurut Komalasari (2011), tujuan konseling behavior adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan kondisi- kondisi baru bagi proses belajar. 2. Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive). 3. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan. 4. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.
5.3. 4. Langkah-langkah Konseling Behavioristik a. Melakukan Assesment Langkah ini bertujuan untuk menetukan apa yang dilakukan oleh konselor saat ini. Assesmen ini merupakan kehidupan nyata, perasaan, dan pikiran oleh seorang konseli. b. Menentukan tujuan (Goal Setting) Setelah tahap assesmen, konselor dan konseli menyusun tujuan dalam konseling , kemudian informasi disusun dan dianaliss. c. Mengimplementasikan Teknik (Technique Implementation) Setelah menetapkan tujuan konseling, konselor dan konseli menentukan strategi pembelajaran terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan perilaku yang dilakukan. d. Evaluasi dan mengakhiri konseling (evaluation termination) Evaluasi pembinaan perilaku adalah proses yang berkelanjutan. Evaluasi perilaku orang yang diajak berkonsultasi. Perilaku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konseli dan efektivitas spesifik dari teknologi yang digunakan
6. BAB 5 “TINGKAH LAKU MEMPERHATIKAN”
6.1. A. Definisi Ketrampilan Komunikasi dalam Konseling Komunikasi merupakan landasan bagi berlangsungnya suatu konseling. Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses memindahkan informasi antara dua orang manusia atau lebih dengan menggunakan simbol-simbol bersama. Komunikasi sekurang-kurangnya melibatkan dua partisipan yaitu memberi dan menerima. Komunikasi akan lebih efektif apabila tercapai salingpemahaman, yaitu pesan yang disampaikan saat diterima dan dipahami oleh penerima. Pengertian Komunikasi dalam Konseling Menurut Dance, komunikasi dalam konseling adalah suatu proses pemindahan informasi antara dua orang manusia (konselor-konseli) atau lebih yang menimbulkan respon, dengan menggunakan simbol-simbol yang di pahami bersama.
6.2. B. Keterampilan-keterampilan Komunikasi dalam Konseling Adapun proses ketrampilan komunikasi konseling meliputi: 1) Pembukaan 2) Penerimaan 3) Pengulangan Pernyataan 4) Mendengarkan 5) Mengamati 6) Menanggapi 7) Klarifikasi 8) Pemantulan perasan 9) Pemantulan makna 10) Pemusatan 11) Penstrukturan 12) Pengarahan 13) Penguatan 14) Ringkasan 15) Penghentian
6.3. C. Komunikasi Sebagai Landasan Keterampilan Konseling Pemakaian keterampilan konseling oleh konselor dibagi menjadi lima tujuan berbeda, yaitu: a. Supportive listening, memberi konseli perasaan dipahami dan diafirmasi b. Mengelola situasi bermasalah c. Problem management d. Mengubah keterampilan-keterampilan buruk konseli yang menciptakan masalah bagi konseli e. Mewujudkan perubahan falsafah hidup (Nelson-Jones, 2008).
6.4. D. Teknik –Teknik Keterampilan Komunikasi Konseling 1. Teknik Komunikasi Informatif Teknik Komunikasi Informatif adalah suatu ketrampilan berkomunikasi dengan menyampaikan berbagai tanda informasi baik yang bersifat verbal, non-verbal maupun paralinguistik. 2. Teknik Komunikasi Persuasif. Teknik komunikasi persuasif adalah cara menyampaikan pesan pada orang lain dengan memperhatikan aspek psikologis, cara ini menadasarkan pada kesadaran pribadi dan menjauhi adanya paksaan. 3. Teknik Komunikasi Pervasif. Teknik komunikasi pervasif adalah cara menyampaikan pesan pada orang lain dengan berulang-ulang, sehingga sedikit demi sedikit akan merember pada bawah sadar yang pada akhirnya akan membentuk sikap dan kepribadiannya.
6.4.1. 4. Teknik Komunikasi Koersif. Teknik komunikasi koersif adalah teknik komunikasi yang berlawanan dengan teknik komunikasi persuasif yaitu penyampaikan pesan komunikasi pada orang lain dengan cara memaksa orang untuk berbuat sehingga menimbulkan rasa ketakutan dan rasa tunduk serta patuh. 5. Teknik Komunikasi Instruktif. Teknik komunikasi instruktif adalah penyampaian pesan komunikasi dikemas sedemikian rupa sehingga pesan itu dipahami sebagai perintah yang harus dilaksanakan. 6. Teknik hubungan manusiawi (Human Relations) Yang dimaksud dengan teknik komunikasi hubungan manusiawi adalah kemasan informasi yang disampaikan dengan mendasarkan aspek psikologis secara tatap muka untuk merubah sikap dan perilaku dan kehidupan sehingga menimbulkan rasa kepuasan kepada berbagai pihak.
6.5. E. Komunikasi Verbal dan Non-Verbal 1. Komunikasi Verbal Beberapa dimensi komunikasi verbal adalah : a. Bahasa b. Isi c. Ownership of speech d. Volume e. Articulation f. Pitch g. Emphasis i. Rate
6.5.1. 2. Komunikasi non-verbal Beberapa bentuk komunikasi non-verbal adalah a. Ekspresi wajah b. Gaze c. Kontak mata d. Gesture e. Postur f. Kedekatan fisik g. Pakaian h. Cara berdandan
7. D. Teknik-teknik Konseling Psikoanalisis 1. Teknik analisis Kepribadian (Case Histories) Pendekatan Dinamika penyakit gangguan kepribadian dengan melihat dinamika dari pengalaman primitif (libido) dilakukan terhadap Ego dan bagaimana Superego menahan diri dari perjuangan tersebut. 2. Asosiasi Bebas Asosiasi Bebas adalah teknik yang kebebasan anggota pada klien untuk mengungkapkan perasaan apa saja, pemikiran dan renungan yang ada dalam pikiran klien tanpa memandang buruknya atau logis tidaknya sehingga klien dapat terbuka dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. 3. Analisis mimpi Analisis mimpi adalah teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan kesempatan anggota pada klien untuk masalah-masalah yang belum terpecahkan.
7.1. 4. Analisis resistensi Ditujukan untuk menyadari klien terhadap alasan-alasan pelaksanaan resistensinya. Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensinya. 5. Analisis transferensi Teknik ini akan mendorong klien menghidupkan kembali masa lalunya sehingga anggota pemahaman pada klien pengaruh masa lalunya terhadap kehidupannya saat ini. 6. Interpretasi Interpretasi merupakan pengembangan dari teknik Asosiasi bebas. Pada saat melakukan interpretasi, konselor membantu konseli memahami peristiwa masa lalu dan sekarang.
8. b. Masalah konseling Pada psikiatri menangani masalah yang berhubungan dengan kondisi emosional yang lebih berat, sedangkan konseling menangani masalah emosi yang ringan seperti : kecemasan, stress ringan, depresi, konflik, ketergantungan dan frustasi.
9. 7. Perbedaan psikologi konseling dengan psikologi terapi Menurut sebagian ahli, psikoterapi dan konseling adalah sinonim karna memiliki banyak kesamaan salah satunya yaitu dibidang tujuan yaitu sama – sama untuk membantu orang. Namun beberapa ahli menganggap bahwa keduanya berbeda, maka dari itu berikut beberapa perbedaan antara psikoterapi dan konseling adalah : a. Berdasarkan tujuan Psikoterapi bertujuan untuk menyembuhkan, mengubah seseorang yang telah mengalami masalah dalam jangka waktu yang panjang. b. Dilihat dari klien, konselor dan penyelenggaraan Pada konseling, konselor menghadapi klien yang normal. Sedangkan psikoterapi, terapis mengadapi klien yang mengalami neurosis atau psikosis.
10. 4. Ruang lingkup psikologi konseling a. Ruang lingkup dari segi pelayanan o Pelayanan bimbingan konseling di sekolah o Pelayanan bimbingan konseling di luar sekolah o Bimbingan dan konseling dalam lingkungan yang lebih luas b. Ruang lingkup dari segi fungsi o Fungsi pemahaman o Fungsi pencegahan o Fungsi pengentasan o Fungsi pemeliharaan dan pengembangan c. Ruang lingkup dari segi sasaran o Pengembangan kehidupan pribadi atau individu o Bimbingan dan konseling kelompok d. Ruang lingkup dari aspek pendidikan o Pengembangan kemampuan belajar o Bimbingan konseling karir e. Ruang lingkup dari segi sosial budaya Yaitu bidang pelayanan yang membantu klien dalam memahami, menilai dan mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif.
10.1. 8. Hubungan psikologi konseling dengan psikiatri Psikiatri merupakan spesialisasi yang sulit dibedakan dari kekhususan konseling. Perbedaan pokok antara psikiatri dan psikologi koneling dapat dilihat dari dua aspek yaitu :
10.1.1. a. Pendidikan tenaga Pada psikiatri lebih ditekankan pada pendidikan medis yang dibangun di lingkungan kedokteran, sedangkan konseling lebih ditekankan pada pendidikan psikopedagogis.
11. 5. Metode pengembangan psikologi Dilihat dari waktu pelaksanaanya, metode psikologi konseling dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Metode Longitudinal Metodelongitudinal merupakan metode pengembangan yang dilakukan dalam kurun waktu relative lama untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan. Dan metode ini digunakan untuk mengembangkan psikologi konseling secara vertical (kedalaman). 2. Metode Cross-sectional Metode cross-sectional merupakan metode pengembangan yang hanya menggunkan waktu yang relative singkat, dapat diperoleh data-data yang banyak dengan menggunakan sampel lebih dari satu konseli.
11.1. Metode yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut : a. Metode Introspeksi Introspeki atau mawas diri adalah penghayatan terhadap kehidupan psikisnya sendiri, ini merupakan sumber pengenalan yang penting dalam psikologi konseling. b. Metode Ekstrospeksi Metode ekstrospeksi adalah pengamatan yang sistematis terhadap kehidupan psikis orang lain, untuk memahami ciri-ciri khas individu tersebut. c. Metode Kuesioner Kuesioner atau sering disebut angket merupakan pengembangan psikologi konseling dengan menggunakan daftar
11.2. d. Metode Dokumentasi Secara harfiah dokumentasi artinya pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan (kamu Besar Bahasa Indonesia, 1990). e. Metode Interview Metode interview disebut juga metode wawancara, yaitu salah satu metode pengembangan pikologi konseling yang dilaksanakan dengan melakukan wawancara kepada sejumlah responden dengan menggunakan pedoman wawancara. f. Metode Sosiometri Sosiometri merupakan metode yang paling tepat untuk memperoleh data mengenai hubungan social siswa.
11.3. g. Metode Biografi Biografi atau disebut riwayat hidup merupakan metode yang efektif bila digunakan untuk menggali informasi yang mendalam mengenai berbagai kejadian yang telah dialami oleh individu konseli. h. Metode kelompok Metode kelompok (group method) merupakan pengembangan yang dilakukan dengan menggunkan dinamika kelompok ( group dinamics ). i. Metode Tes Metode tes di era sekarang sangat popular digunakan orang untuk mengumpulkan data kemampuan individu, baik kemampuan potensial (potential ability) maupun kemampuan nyata (actual ability).
12. B. Kerangka analisis psikologi konseling
13. BAB 3 PENDEKATAN TEORI PSIKOANALISIS
13.1. a. Definisi Teori Psikoanalisis Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud. Sigmund Freud adalah orang pertama yang memunculkan istilah psikoanalisis. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Teori psikoanalisis merupakan teori kepribadian yang paling komprehensif yang mengemukakan tentang 3 pokok bahasan yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian. Secara garis besar, teori ini menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu memiliki peran yang utama dalam diri seseorang. Dengan landasan teori ini, Freud melakukan pengobatan mereka yang menderita gangguan psikis. Teori Psikoanalisis Freud telah menjadi teori yang paling banyak digunakan dan dikembangkan hingga saat ini. Konsep teori ini digunakan untuk meneliti kepribadian seseorang terhadap proses psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang bersifat ilmiah.
13.1.1. Teori psikoanalisis memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan psikoseksual). 2. Pengaruh dari impuls-impuls genetic (insting). 3. Pengaruh pengalaman dini individu. 4. Pengaruh irasionalitas dan sumber-sumber ketidaksadaran tingkah laku.
13.2. b. Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud 1. Id Id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es. Kepribadian ini disebut Freud sebagai kepribadian bawaan lahir. Id berisi semua aspek psikologi yeng diturunkan seperti insting, impuls dan drives. 2. Ego Aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh yang ia dapatkan dari apa yang terjadi didunia/lingkungannya. 3. Superego Aspek kepribadian yang satu ini akan lekat kaitannya moral atau nilai kehidupan. Ranah superego berisi tentang batasan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk.
13.3. B. Fase dalam Perkembangan Kepribadian Menurut Freud, kepribadian seseorang mengalami perkembangan dalam tiga tahapan fase : 1. Fase Infatile Tahapan ini berlangsung sejak anak lahir hingga berusia 5 tahun. Naluri seks menjadi hal yang utama dalam pembentukan kepribadian anak tersebut. Pada range usia ini, Freud mengklasifikasikan fase infantil menjadi tiga fase lagi, yaitu : a. Fase Oral (0-1 tahun) Seseorang akan mendapatkan kesenangan melalui segala sesuatu yang masuk melalui mulutnya. Contohnya adalah, aktivitas makan, minum dan menghisap jari. b. Fase Anal (1-3 tahun) Pada fase ini, kesenangan bayi akan didapat dari aktivitas buang air besar, yang menggambarkan kepuasan karena hilangnya rasa tertekan dan tidak nyaman pada saluran pencernaan. c. Fase Falik (3-5 tahun) Freud memberikan pandangan bahwa pada fase ini, seseorang akan mendapatkan kepuasan melalui organ kelaminnya.
13.3.1. 2. Fase Laten (5-12 tahun) Fase ini dikenal juga dengan fase pubertas (puberity). Yang menjadi ciri khas dari fase in iadalah seseorang mulai merasa malu dan mementingkan aspek moral (estetika). Freud mengistilahkannya dengan kemampuan sublimasi. Sebuah kemampuan me byngganti kesenangan seksual dengan kesenangan lain yang sifatnya non-seksual. 3. Fase Genital (12 tahun-dewasa) Tahapan lanjutan ini, seseorang mulai menyalurkan keinginan seksual mereka melalui objek luar. Contohnya saja, keikutsertaan pada sebuah komunitas, menikah dengan orang yang dicintai dan karir. Orientasi hidup seseorang tersebutpun mengalami perubahan menjadi sosialis dan realistis.
13.4. C. Tujuan Pendekatan Teori Psikoanalisis Tujuan utama konseling dalam pola pikir Psikoanalisis adalah membuat kesadaran (sadar) hal-hal yang tidak disadari (tidak sadar) konseli. Sedangkan tujuan khususnya adalah membentuk kembali struktur seseorang individu melalui pengungkapan hal - hal yang tidak disadari.
13.5. E. Implikasi Teori Psikoanalisa dalam Pendidikan 1. Konsep kecemasan yang dikemukakan oleh Freud, tentu saja berkaitan dengan proses pendidikan. Kecemasan merupakan fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. 2. Teori psikoanalisis juga digunakan pada proses pendidikan yang berbasis kecerdasan majemuk. 3. Konsep psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan dasar. 4. Berkaitan dengan agresivitas siswa, seorang pendidik harus mampu mengontrol dan mengatur sikap ini agar terarah menjadi lebih positif. Agresivitas dalam ilmu psikologi merupakan wahana bagi siswa untuk memuaskan keinginannya yang cenderung ke arah merusak, mengganggu, atau menyakiti orang lain. 5. Perlunya pendidikan inklusif di semua strata pendidikan. Pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang tidak boleh membeda-bedakan terhadap peserta didik.
14. BAB 4 PENDEKATAN TEORI HUMANISTIK, INTERPERSONAL, DAN ETIKA KONSELOR
14.1. A. Pendekatan Teori Humanistik 1. Pengertian Teori Humanisme Teori humanisme merupakan salah satu teori belajar yang terdapat dalam teori-teori belajar pendidikan dalam disiplin ilmu pendidikan. Dari segi bahasa humanisme artinya kemanusiaan, sedangkan menurut Istilah berarti suatu paham mengenai kemanusiaan yang hakiki. Jelasnya, humanisme adalah suatu gerakan atau aliran yang bertujuan untuk menempatkan manusia pada posisi kemanusiaan yang sebenarnya. Dalam teori belajar humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Konsep belajar Teori humanistik ini lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Selain itu teori belajar humanistik sifatnya sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses pembelajaran itu sendiri.
14.1.1. 2. Tokoh Teori Belajar Humanistik a. Abraham Maslow Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. b. Carl R. Rogers Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. c. Arthur Combs Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan.
14.1.2. Adapun Tujuan pendekatan Humanistik adalah sebagai berikut: 1. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa adanya. “Saya adalah saya”. 2. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin. 3. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya. 4. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.
14.1.3. 4. Ciri-Ciri Psikologi Humanistik Psikologi Humanistik Psikologi Humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu: 1. Psikologi humanis menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. 2. Psikologi humanis menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku. 3. Psikologi humanis menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi.
14.1.4. 5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Teori Humanistik 1) Kelebihan Teori Humanisme adalah: a. Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadapfenomenasocial. Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar. Guru menerima siswa apa adanya, memahami jalan pikiran siswa. b. Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya dan mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan budaya populer. c. Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif- dialogis dan humanis. 2) Kekurangan Teori Humanisme adalah: a. Bersifat individual, proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung, sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. b. Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. c. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah dan banyak konsep dalam psikologi humanistik.
14.2. B. Keterampilan Interpersonal Konselor 1. Pengertian Keterampilan Interpersonal Keterampilan interpersonal didefinisikan sebagai keterampilan untuk mengenali dan merespon secara layak perasaan, sikap dan perilaku, motivasi serta keinginan orang lain. Bagaimana diri kita mampu membangun hubungan yang harmonis dengan memahami dan merespon manusia atau orang lain merupakan bagian dari keterampilan interpersonal. Keterampilan interpersonal adalah kecakapan yang harus dibawa individu dalam melakukan interaksi individu lain atau sekelompok individu. Johson menyatakan bahwa keterampilan interpersonal adalah jumlah keseluruhan dari kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain, yaitu kemampuan untuk memulai, mengembangkan dan memelihara hubungan yang penuh perhatian dan produktif. Keterampilan interpersonal adalah apa yang digunakan seseorang ketika berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain secara tatap muka.
14.2.1. 4. Bentuk-bentuk Keterampilan Interpersonal Keterampilan interpersonal mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut: 1. Sadar akan perbedaan lintas budaya dan peka terhadap tradisi budaya para siswanya. 2. Senang bergaul dengan orang-orang: memperlihatkan antusiame, kehangatan, hubungan baik dan humor yang tepat. 3. Menghargai pendapat dan kemampuan siswa. 4. Sabar menghadapi siswa. 5. Bisa bekerja sama dengan baik dengan teman sejawat. 6. Mencari kesempatan untuk berbagi pendapat, gagasan dan teknik-teknik mengajar dengan teman sejawatnya.
14.3. 2. Etika Konselor 1. Menghormati harga diri setiap kliennya sebagai individu yang memiliki kemampuaan potensial untuk berkembang dan menghadapi masalah hidupnya. 2. Menjamin kerahasiaan identitas, data, dan permasalahan klien. 3. Melaksanakan layanan dalam batas kualifikasi professional, dan tidak melakukan layanan yang didasari oleh kecenderungan politik atau sejenisnya. 4. Menerima permintaan bantuan sesuai dengan kemampuannya.
14.3.1. 3. Macam –Macam Etika 1. Etika Umum: berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, teori etika san prinsip moral dasar yang menjadi pegangan manusia dalam bertindak. 2. Etika khusus: merupakan penerapam prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus, berwujud bagaimana pengambilan keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan atas dasar cara, teori, prinsip moral dasar. Etika khusus dibagi dua: 1. Etika individual, menyangkut mengenai kewajiban dan sikap dan pola perilaku manusai sebagai umat manusia. 2. Etika social berbicara mengenai kewajiban, sikap, dan pola perilaku manusia sebagai umat manusia.
14.3.1.1. 4. Dimensi Etika Dalam Bimbingan Dan Konseling Sebagai disiplin ilmu yang mandiri dan praktik, konseling memiliki dimensi etika dan nilai yang dijunjung tinggi oleh setiap pelaku konseling atau bisa disebut dengan ahli ilmu psikologi dan konseling. Dimensi etika dalam konseling dibagi menjadi dua: 1) Dimensi etika dalam hubungan konseling dalam proses terapeutik yaitu antara konselor dengan klien/konseli. 2) Dimensi etika dari karakter konselor konselor/psikoterapis (Brammer, 1982, p. 144)
14.3.2. 5. Proses Hubungan Konseling a. Unik-Umum: Dimensi etika unik merupakan pemahaman konselor tentang kepribadian dan faktor perilaku karakter konseli memiliki perbedaan meskipun permasalahan konseli memiliki kesamaan. b. Objektif-Subjektif: Dimensi etika hubungan konselor dengan konseli dilihat dari objektivitas dan subjektivitas harus seimbang (Oppenheimer, 1954) keseimbangan ini berkaitan dengan tingkat intensitas hubungan emosional dan kecenderungan relatif elemen intelektual dan emosional. c. Kognitif-Afektif: Dimensi ini menjelaskan bahwa hubungan kognitif merupakan elemen yang berkaitan kemampuan intelektualitas atau pengetahuan konselor dalam hal membagi informasi, memberikan saran dan arahan dengan dasar ilmu dan filosofis. d. Ambiguitas-Clarity: Dimensi etika ambiguitas merupakan hubungan untuk mengajak konseli meragukan kondisi peribadinya dalam hubungan sehingga membangun etika hubungan yang baru dengan konselor, tetapi jika terlalu mendalam etika ambiguitas memunculkan kebingungan bagi konseli. e. Responsibilitas- Akuntabilitas: Dimensi tanggung jawab merupakan dimensi etika dimana konselor menerima konseli dalam hubungan konseling, maka konselor telah bertanggung jawab dengan kondisi konseli tersebut.
14.3.2.1. 6. Karakter Konselor a) Keseimbangan Teknis Pribadi: Etika karakter konselor ini merupakan kekuatan yang perlu ada dalam diri konselor, yaitu kekuatan skil interpersonal dan intra personal serta kualifikasi teknis sebagai ahli konseling/psikoterapis. b) Kompetensi Intelektual: Kompetensi ini merupakan kemampuan dan kecerdasarn yang dimiliki konselor sebagai pribadi yang membantu konseli. Kompetensi ini melingkupi pengalaman, ilmu pengetahuan dan kekuatan dalam kayakinan diri serta kemampuan berpikir logis filsafati. c) Spontanitas: Etika spontanitas dalam pribadi konselor adalah setiap perilaku dan sikap konselor tidak ada yang dimodifikasi atau dikamuflasekan melainkan murni spontan dalam ekspresi wajah, senyuman, bahasa yang lembut, dan tegas, serta sikap profesional yang spontan muncul dalam diri konselor.