Get Started. It's Free
or sign up with your email address
PSIKOLOGI KONSELING by Mind Map: PSIKOLOGI KONSELING

1. Materi 6

1.1. Ketrampilan Mendengar Mendengarkan adalah proses yang terjadi setelah ada rangsangan suara menyentuh lapisan pendengaran di otak.

1.1.1. Observasi Observasi adalah pengamatan secara langsung atas sesuatu yang akan diteliti.

1.1.1.1. a. Bentuk Observasi > Observasi partisipan yaitu bila pihak yang melakukan observasi turut serta dalam atau berpatisipasi dalam kegiatan yang sedang di lakukan oleh subyek yank sedang diobservasi. > Observasi non-partisipan, yaitu bila observer tidak terlibat secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktivitas yang sedang di lakukan oleh observer. > Observasi kuasi-partisipasi, yaitu bila observer terlibat pada sebagian kegiatan yang sedang di lakukan oleh observee.

1.1.1.1.1. b. Beberapa alat bantu observasi. 1.Daftar riwayat kelakuan, yaitu suatu cacatan tentang tingkah laku individu yang dipandang istimewa dan luar biasa. 2. Cacatan berkala, yaitu cacatan yang dibuat pada saat tertentu tentangtingkah laku seseorang, kemudian dijadikan rujukan dalam melukiskan kesan-kesan umum. 3. Daftar cek adalah sejumlah kalimat pernyataan yang berhubungan denga diri konseli, atau sejumlah problem yang mungkin dihadapi konseli.

2. Materi 7

2.1. Interview Konseling Menurut beberapa ahli, interview merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data

2.1.1. 1. Tahap-TahapInterview Konseling - Pembukaan Diletakan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (walkingrelationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam interview konseling. Hal- hal yang dilakukan konselor: a.   Membangun hubungan pribadi antara konselor dan konseli b.   Menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah. c.   Mengajak berbasa – basi sebentar. d.   Menjelaskan kekhususan dari interview konseling. e.   Mempersilahkan konseli untuk mengemukakan hal yang ingin dibicarakan.

2.1.1.1. Pembukaan: Diletakan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (walkingrelationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam interview konseling.

2.1.1.1.1. Penjelasan masalah: Konseling mengemu kakan pikiran dan perassaan yang berkaitan dengan hal yang ingin dibicarakan.

2.1.2. Tujuan Interview Konseling Dalam dunia bimbingan, interview banyak digunakan. Interview mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1.   Mengumpulkan data. 2.   Menciptakan hubungan. 3.   Pemberian pertolongan.

2.2. PENGERTIAN KONSELING Pengertian konseling, menurut I. Djumhur dan Moh. Surya. (1975: 29) konseling adalah salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan yaitu dengan memberikan bantuan secara individual. Prayitno dan Erman Amti (2004:105) konseling adalah proses pemberianbantuan yang dilakukan melalui interview konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

3. Materi 8

3.1. 1. Konfrontasi: Konfrontasi adalah teknik untuk menantang konseli karena ketidak -sesuaian (kesenjangan) konseli tentang pikiran, perilaku, dan perasaan yang dimilikinya.

3.1.1. Tujuan konfrontasi: Tujuanya adalah untuk membantu proses perkembangan konseli yang sementara ini nampak terganggu oleh adanya kesenjanagan tersebut.

3.1.1.1. 2. Refleksi: Refleksi adalah keterampilan pembimbingan atau konselor untuk menuturkan kembali kepada klien tentang persaan, pikiran dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbalnya.

3.1.1.1.1. refleksi perasaan: Refleksi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan)perasaan kliensebagai hasil pengamatan verbal dan nonverbal terhadap klien.

3.1.1.1.2. refleksi pikiran: Refleksi pikiran yaitu keterampilan pembimbing atau konselor untuk memantulkan ide, pikiran pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal terhadap klien.

3.1.1.1.3. refleksi pengalaman: Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan pengalaman- pengalaman klien sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan nonverbal klien.

3.1.1.1.4. Tujuan dari Refleksi: 1. Memperoleh kejelasan tentang perasaan konseli atau suatu peristiwa. 2. Konseli merasa dimengerti perasaanya. 3. Mengarahkan pembicaraan yang lebih dalam terkait perasaan konseli.

4. Materi 9

4.1. Bentuk perilaku dan penanganan perilaku bermasalah pada Anak Usia Dini

4.1.1. STUDI KASUS: Seorang anak bernama Farhan, kini ia memasuki TK B (TK besar).

4.1.1.1. IDENTIFIKASI MASALAH: Guru memperoleh informasi dari orang tua Farhan mengenai perilaku anaknya yang menolak ketika diajari membaca dan menulis.

4.1.1.1.1. ANALISIS MASALAH: Guru memulai analisis masalah dengan cara mengupulkan berbagai data yang dibutuhkan untuk menganalisis.

5. Materi 10

5.1. konseling pada orang dewasa adalah: bantuan yang diberikan kepada orang dewasa untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya, agar seorang itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

5.1.1. Pola kehidupan orang dewasa secara struktur dapat diprediksi sebagai berikut :

5.1.1.1. - Dua puluhan : memiliki ciri keyakinan yang besar, - Tiga puluhan : sering memiliki keragu -raguan dan mempertanyakan banyak keputusan hidup mereka - Empat puluhan : memiliki ciri akan rasa ketergesaan yang tinggi, - Lima puluhan : memiliki ciri penerimaan diri. - Setelah enam puluhan : potensi khidmat dan kekudusan yang dinyatakan dalam kedalaman yang lebih besar.

5.1.1.2. ciri-ciri psikologis orang dewasa adalah : - Adanya usaha pribadi pada salah satu lapangan yang penting dalam kebudayaan, seperti pekerjaan, politik, agama, seni, dan ilmu pengetahuan. - Kemampuan untuk mengadakan kontak yang hangat dalam hubungan-hubungan yang fungsional maupun tidak fungsional. - Adanya suatu stabilitas batin yang fundamental dalam dunia perasaan dan dalam hubungannya dengan penerimaan diri sendiri.

5.1.1.2.1. Sedangkan karakteristik orang dewasa adalah : - Konsep diri orang dewasa berubah dari seorang yang tergantung menjadi mengatur diri sendiri. - Orang dewasa memiliki sejumlah pengalaman dan pemahaman yang semakin banyak, yang berfungsi sebagai sumber daya pembelajaran yang kaya. - Kebutuhan untuk belajar akan lebih banyak berorientasi pada tugas perkembangan dari peran sosial. - Perspektif orang dewasa dalam menggunakan pengetahuan berubah, dari penerapan yang tertunda menjadi penerapan segera

5.1.1.3. DESKRIPSI KASUS: (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit Salatiga yang barusan naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman + 17 km di luar kota Salatiga, sebagai anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di Salatiga; orang tua sebetulnya berharap agar anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah.

5.1.1.3.1. PENYELESAIANLIA DALAM PERSPEKTIF RASIONAL EMOTIF: Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya.