KONSEP MANUSIA DALAM RUMPUN AKIDAH

tugas

Get Started. It's Free
or sign up with your email address
KONSEP MANUSIA DALAM RUMPUN AKIDAH by Mind Map: KONSEP MANUSIA  DALAM RUMPUN AKIDAH

1. tiga prinsip yang dapat dijadikan landasan dalam pengembangan konsep pendidikan Islam yaitu

1.1. Pertama, Manusia sebagai makhluk Allah yang dimuliakan. Sebagaimana ditegaskan dalam Qurat Surat Al-isra' Ayat 70

1.2. Ketiga, Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi dasar yang cenderung menerima kebenaran Tuhan dan dapat berpikir positif, lurus atau "Hanif", memiliki motivasi, kecerdasan, kebutuhan, perbedaan individu, dapat menentukan dan suka berubah sehingga sangat memungkinkan untuk dapat dididik. Sebagaimana termaktub dalam Quran Surat Ar-ruum Ayat 30

1.3. Kedua, Manusia sebagai makhluk yang memiliki tiga dimensi. Dimensi pertama adalah Jiwa sebagaimana termaksud dalam Quran Surat Al-'araf Ayat 172

2. Tugas dan Fungsi Manusia

2.1. Berangkat dari pemahaman tentang hakikat manusia menurut Islam yang merujuk pada kitab suci Al-Quran, Hadits, dan pendapat para ulama, dapat disimak esensinya bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang sengaja diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi (khaifah fi al-ard) dengan tugas pokok beribadah kepada Allah SWT ('abd Allah). Eksistensi manusia ditentukan oleh keberfungsian potensi-potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan petunjuk Sang Pencipta.

2.2. Dengan dibekali potensi manusia yang sempurna diberi tugas oleh Allah menjadi Khalifah atau wakil-Nya di muka bumi. Oleh sebab itu, ia harus berusaha secara maksimal agar memiliki sifat-sifat ketuhanan. Sifat-sifat ini memiliki dimensi yang sangat luas, artinya manusia tidak terbatas mengembangkan potensi untuk mencapai kemajuan, baik kemajuan moral, spiritual maupun intelektualnya.

3. Hakikat Manusia

4. Manusia Perspekif Filsafat

4.1. Pencarian makna dan hakikat manusia dilakukan melalui berbagai pendekatan. Para filosof memahami manusia dari sudut pandang filsafatnya masing-masing. Plato (427-347 SM) dan Rene Descartes (1596-1650 M.), dalam Van Peursen (1991), menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi tubuh dan dimensi jiwa atau rohani dan jasmani. Di antara keduanya terdapat garis pemisah secara ketat. Namun di antara keduanya terdapat pula pertautan yang kuat. Menurut Plato tubuh seolah-olah bertolak dari jiwa. Tubuh dan jiwa memiliki watak masing-masing.

4.2. Aristoteles (384-322 SM), salah seorang murid Plato, berpendapat bahwa manusia merupakan mahkluk yang terdiri dari tiga dimensi yaitu tubuh, jiwa, dan ruh. Manusia sebagai mahkluk yang berdiri sendiri dan berkembang menjadi bentuk lain yang tidak dapat dibuka antara satu dimensi dengan dimensi lainnya. Ruh merupakan kemampuan yang reflektif dan khas bagi manusia saja, namun manusia sendiri tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang ruh tersebut, karena masalah ruh adalah masalah metafisik.

4.3. Menurut Musa Asy'ari (1992), hakikatnya manusia tidak hanya bisa belajar pada pemikiran tentang sesuatu yang dianggap sebagai unsur pokok yang menentukan dirinya, seperti dalam pandangan materialisme (serba materi) yang meyakini materi sebagai pokok yang menentukan kehidupan manusia. Sebaliknya dalam pandangan spiritualisme (serba ruh) yang meyakini bahwa ruhani sebagai unsur pokok yang menentukan kehidupan manusia. Pandangan-pandangan yang melacak tidak pokok pada asal mula adanya manusia dapat mengakibatkan terabaikannya aspek dinamika dan dunia kehidupan.

5. Manusia Perspektif Wahyu

5.1. Menurut Quraish Shihab (1996), untuk mencari makna manusia dalam pandangan Al-Quran, tidak cukup merujuk pada satu atau dua ayat saja, tetapi seharusnya merujuk pada keseluruhan ayat-ayat Al-Quran.Al-syaibani mengemukakan bahwa manusia memiliki tiga potensi yang sama pentingnya yaitu: jasmani, akal, dan ruh. Begitu juga Muhammad Quthb berpendapat demikian. Ketiganya menyusun manusia menjadi satu kesatuan