1. Saraf Otonom
1.1. Saraf Parasimpatik
1.1.1. Kolinergik dan Antikolinergik
1.1.1.1. Penggunaan
1.1.1.1.1. Glaukoma
1.1.1.1.2. Mysthenia gravis
1.1.1.1.3. Demensia Alzheimer
1.1.1.1.4. Atonia
1.1.1.2. Reseptor
1.1.1.2.1. Muskarin
1.1.1.2.2. Nikotin
1.1.1.3. Efek
1.1.1.3.1. stimulasi pencernaan
1.1.1.3.2. memperlambat sirkulasi
1.1.1.3.3. memperlambat pernapasan
1.1.1.3.4. kontraksi otot mata
1.1.1.3.5. kontraksi kandung kemih
1.1.1.3.6. dilatasi pembuluh
1.1.1.3.7. kontraksi otot rangka
1.1.1.4. Penggolongan
1.1.1.4.1. bekerja langsung
1.1.1.4.2. bekerja tak-langsung
1.2. Saraf Simpatik
1.2.1. adrenergika
1.2.1.1. zat yang menimbulkan sebagian efek yang sama dengan stimulasi susunan simpaticus.
1.2.1.1.1. Digunakan untuk
1.2.1.1.2. penggolongan
1.2.1.1.3. jenis reseptor
1.2.2. adrenolitika
1.2.2.1. zat yang melawan sebagian atau seluruh aktivitas susunan saraf simpatik.
1.2.2.1.1. penggolongan berdasarkan mekanisme dan titik kerja
1.2.3. anoreksansia
1.2.3.1. zat-zat yang berkhasiat menekan nafsu makan dan digunakan untuk menunjang diet pada penanganan kegemukan (overweight, obesitas)
1.2.3.1.1. mekanisme kerja
1.2.3.1.2. jenis obat
2. Saraf Pusat
2.1. Analgetika Perifer
2.1.1. Obat Analgesik non-opioid atau non-narkotik, merupakan jenis obat analgesik yang paling umum digunakan. Mekanisme kerja dari obat golongan ini yang bekerja pada reseptor nyeri yang berada di daerah yang sekitar nyeri, tidak memberikan pengaruh pada sistem susunan saraf pusat sehingga obat golongan ini cenderung tidak menurunkan tingkat kesadaran, dan juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada penggunanya.
2.1.1.1. Penggolongan secara kimiawi
2.1.1.1.1. Parasetamol
2.1.1.1.2. Salisilat
2.1.1.1.3. Penghambat prostaglandin (NSAIDs)
2.1.1.1.4. Derivat antranilat
2.1.1.1.5. Derivat pirazolinon
2.1.1.1.6. Lainnya: benzidamin (Tantum)
2.1.1.2. Penggunaan
2.1.1.2.1. Obat-obat ini sering kali diberikan untuk nyeri ringan sampai sedang,yang penyebabnya beranekaragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot atau sendi (rema,encok), perut, nyeri haid (dismenore), nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma).Untuk kedua nyeri terakhir, NSAID lebih layak. Pada nyeri lebih berat mis. setelah pembedahan atau fraktur (tulang patah),kerjanya kurang ampuh.
2.1.1.3. Efek Samping
2.1.1.3.1. Gangguan lambung usus
2.1.1.3.2. Kerusakan darah
2.1.1.3.3. Kerusakan hati dan ginjal
2.1.1.3.4. Reaksi alergi kulit
2.2. Analgetika Antiradang dan Obat-Obat Rema
2.2.1. Analgetika Antiradang (NSAIDS)
2.2.1.1. NSAIDs berkhasiat analgetik, antipiretik serta antiradang (antiflogistik) dan banyak digunakan untuk meredakan gejala penyakit rema.Obat-obat ini juga efektif terhadap peradangan akibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan), juga misalnya setelah pembedahan,atau pada memar akibat olahraga. Digunakan pula untuk mencegah pembengkakan bila diminum sedini mungkin dalam dosis yang cukup tinggi
2.2.1.1.1. Penggolongan secara kimiawi
2.2.2. Obat-obat Bukan NSAID
2.2.2.1. Benzidamin: Tantum
2.2.2.2. Glucosamin dan chondroitin: Oste, Osteotin30, OsteoBiflex
2.2.2.3. Misoprostol: Cytotec, Arthrotec
2.2.2.4. Metilsulfonilmetan: MSM
2.2.3. DMARDs
2.2.3.1. Disease-Modifying Antirheumatic Drugs yaitu kelompok obat yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis. Mereka bertujuan untuk mengurangi peradangan dan memperlambat perkembangan penyakit tersebut.
2.2.3.1.1. Sulfasalazin: salazosulfapiridin, Sulcolon, Salazopyrin
2.2.3.1.2. Klorokuin (F.I.) : Resochin, Nivaquin
2.2.3.1.3. Kortikosteroid
2.2.4. Obat-obat Encok
2.2.4.1. Kolkisin (colchicine)
2.2.4.2. Alopurinol: Zyloric, Urica
2.2.4.3. Benzbromaron: Narcaricin, Desuric
2.2.4.4. Probenesid:Probenid, Benemid, Benuryl
2.3. Analgetika Narkotik
2.3.1. Menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang moderat ataupun berat seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut sesudah operasi, kolik usus atau ginjal.
2.3.1.1. Penggolongan berdasarkan Mekanisme
2.3.1.1.1. Agonis Opiat
2.3.1.1.2. Antagonis Opiat
2.3.1.1.3. Campuran
2.4. Drugs
2.4.1. Penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan
2.4.1.1. Penggolongan Drugs
2.4.1.1.1. Soft Drugs
2.5. Sedativa dan Hipnotika
2.5.1. Zat-zat yang dalam dosis terapi digunakan untuk meningkatkan keinginan tidur normal dan mempermudah tidur
2.5.1.1. Sedativa-hipnotika
2.5.1.2. Tranquillizers
2.5.1.3. Efek samping umum
2.5.1.3.1. Depresi pernapasan
2.5.1.3.2. Tekanan darah menurun
2.5.1.3.3. Sembelit
2.5.1.3.4. Hang over
2.6. Anestetika Umum
2.6.1. Obat-obat yang dapat menimbulkan anestesia atau narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum dari pusat berbagai pusat SSP yang bersifat reversible, pada mana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, sehingga mirip keadaan pingsan
2.6.1.1. Taraf-taraf narkosa
2.6.1.1.1. Analgesia
2.6.1.1.2. Eksitasi
2.6.1.1.3. Anestesia
2.6.1.1.4. Kelumpuhan sumsum
2.6.1.2. Penggolongan
2.6.1.2.1. Anestetika inhalasi
2.6.1.2.2. Anestika intravena
2.6.1.3. Efek samping
2.6.1.3.1. Menekan pernapasan
2.6.1.3.2. Menekan sistem kardiovaskuler
2.6.1.3.3. Merusak hatai dan ginjal
2.6.1.3.4. Oliguri (reversible)
2.6.1.3.5. Menekan sistem regulasi suhu
2.7. Anestetika Lokal
2.7.1. Menghilangkan/mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau dingin hanya pada area yang diterapkan, tidak mempengaruhi kesadaran atau fungsi tubuh lainnya secara luas dan bersifat reversibel.
2.7.1.1. Penggolongan secara kimiawi
2.7.1.1.1. Senyawa Ester
2.7.1.1.2. Senyawa Amida
2.7.1.1.3. Lainnya
2.8. Antiepileptika
2.8.1. melawan gejala epilepsi, dengan menghindari pelepasan mendadak (hipersinkron) dari sejumlah (jaringan) neuron atau minimal menghindari penyebaran dari aktivitas berlebihan ke bagian-bagian lain dari otak.
2.8.1.1. Penggolongan secara kimiawi
2.8.1.1.1. Generasi Pertama
2.8.1.1.2. Generasi Kedua
2.8.1.1.3. Obat-obat Paru
2.9. Obat-obat Parkinson dan Demensia
2.9.1. Obat-obat Parkinson
2.9.1.1. Untuk mengurangi gejala parkinson dengan cara meningkatkan kadar dopamin dalam otak
2.9.1.1.1. Antikolinergik
2.9.1.1.2. Levodopa dikombinasikan dengan carbidopa
2.9.1.1.3. Agonis dopamin
2.9.2. Obat-obat Demensia
2.9.2.1. untuk menstabilkan status kognitif dan fungsional, dengan manfaat sekunder yang berpotensi mengurangi masalah perilaku yang berhubungan dengan demensia.
2.9.2.1.1. Penggolongan obat demensia
2.10. Antipsikotika
2.10.1. Manajemen terapi untuk mengurangi gejala psikosis terutama pada pasien dengan penyakit skizofrenia
2.10.1.1. Penggolongan antipsikotropika
2.10.1.1.1. Generasi pertama (tipikal)
2.10.1.1.2. Generasi kedua (atipikal)
2.11. Antidepresiva
2.11.1. Antidepresiva adalah obat-obst yang mampu memperbaiki suasana hati(mood) dengan menghilangkan atau meringankan gejala murung, yang tidak disebabkan oleh kesulitan sosial-ekonomi, obat-obatan atau penyakit.
2.11.1.1. Penggolongan Obat Antidepresiva
2.11.1.1.1. Antidepresiva Klasik
2.11.1.1.2. Generasi Kedua
2.11.1.1.3. Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI)
2.11.1.1.4. Atypical Antidepressants (Jenis Lainnya)
2.11.2. Antidepresiva bekerja melalui penghambatan re-uptake serotonin dan noradrenalin di ujungujung saraf otak dan dengan demikian memperpanjang masa waktu tersedianya neurotransmitter tersebut. Di samping itu antidepresiva dapat memengaruhi reseptor postsinaptis. Tetapi mekanisme kerjanya yang tepat belum diketahui.