1. komplementaritas interpersonal
2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
2.1. kelompok dan keputusan
2.1.1. fase orientasi
2.1.2. fase diskusi
2.1.3. fase keputusan
2.1.3.1. mendelegasikan keputusan
2.1.3.2. keputusan pluralitas
2.1.3.3. keputusan rata-rata
2.1.3.4. keputusan acak
2.1.3.5. konsensus
2.1.4. fase implementasi
2.2. kelompok sebagai pembuat keputusan yang tidak sempurna
2.2.1. taktik penghindaran
2.2.1.1. penundaan
2.2.1.2. memperkuat
2.2.1.3. menyangkal tanggung jawab
2.2.1.4. mengacaukan
2.2.1.5. memuaskan
2.2.1.6. membahas diskusi
2.2.2. penyebab bias informasi bersama
2.2.2.1. anggota kelompok lebih termotivasi untuk meyakinkan mendukung preferensi awal mereka.
2.2.3. menghindari informasi bias yang dibagikan
2.2.3.1. menghabiskan lebih banyak waktu secara aktif mendiskusikan keputusan.
2.2.4. keterbatasan kognitif
2.2.4.1. kategori umum potensi bias
2.2.4.1.1. kesalahan penugasan : penyalahgunaan informasi
2.2.4.1.2. kesalahan kelalaian : mengabaikan informasi yang bermanfaat
2.2.4.1.3. kesalahan ketidaktepatan : tidak tepat dengan aturan praktis atau heuristik
2.3. polarisasi kelompok
2.3.1. Risky-Shift Phenomenon
2.3.2. Polarization Processes in Groups
2.3.3. penyebab polarisasi kelompok
2.3.3.1. social comparison
2.3.3.2. persuasive arguments
2.3.3.3. social identity
2.3.4. konsekuensi dari polarisasi kelompok
2.3.4.1. efek negatif
2.3.4.1.1. menimbulkan konflik, pertentangan, perselisihan, dll.
2.3.4.2. efek positif
2.3.4.2.1. menjadi support social, menjalin persahabatan, pergerakan sosial yang membangun
2.4. korban dari groupthinking
2.4.1. gejala groupthinking
2.4.1.1. Overestimation of The Group
2.4.1.2. Pikiran yang Tertutup
2.4.1.3. Tekanan yang dapag Menyebabkan Keseragaman
2.4.2. pengambilan keputusan yang rusak
2.4.2.1. dicirikan sebagai kelompok yang kehilangan tujuan umum karena terperangkap dalam rencana yang dibuat seadanya dan tidak mampu mengembangkan rencana darurat
2.4.3. penyebab groupthinking
2.4.3.1. kekompakan
2.4.3.2. kesalahan struktural kelompok atau organisasi
2.4.3.3. faktor situasional yang provokatif
2.4.4. munculnya groupthinking
2.4.4.1. Studi Kasus Arsip
2.4.4.2. Kohesi dan Groupthink
2.4.4.3. kesalahan struktural dan groupthink
2.4.4.4. konteks situasi provokatif
2.4.5. model-model groupthinking
2.4.5.1. Teori Group-Sentralisme
2.4.5.2. Identitas Sosial dan Ubiquity Model
2.4.6. mencegah groupthink
2.4.6.1. membatasi pencarian persetujuan yang prematur
2.4.6.2. memperbaiki mispersepsi dan bias
2.4.6.3. menggunakan teknik pengambilan keputusan yang efektif
3. leadership
3.1. nature of leadership
3.1.1. the-task relationship model
3.1.1.1. tugas kepimpinan
3.1.2. perbedaan gender dalam perilaku kepemimpinan
3.2. leadership emergence
3.3. leadership effetiveness
4. kekuasaan
4.1. sumber kekuasaan
4.1.1. kekuataan reward
4.1.2. kekuatan koersif
4.1.3. kekuatan berdasar keahlian
4.1.4. kekuatan berdasar informasi
4.2. proses kekuasaan
4.2.1. hierarki dominasi
4.2.1.1. kekuasaan peran
4.2.2. kekuatan komitmen
4.3. dampak metamorfik kekuasaan
5. struktur kelompok
5.1. norma
5.1.1. presciptive norms
5.1.2. proscriptive norms
5.1.3. descriptive norms
5.1.4. injunctive norms
5.2. role (peran)
5.2.1. diferensiasi peran
5.2.2. peran tugas
5.2.3. peran hubungan
5.2.4. role stress
5.2.4.1. role ambiguity
5.2.4.2. role conflict
5.2.4.3. interrole conflict
5.2.4.4. intrarole conflict
5.2.4.5. person role conflict
5.3. interaksi
5.3.1. kelompok sebagai jaringan
5.3.2. kelompok dalam jaringan
5.3.3. status network
5.3.3.1. claiming status & perceiving
5.3.3.2. expectation-states theory
5.3.3.3. status generalization
5.3.3.4. diffuse status characteristic
5.3.4. attraction network
5.3.4.1. sociometric differentiation
5.3.4.1.1. reciprocity
5.3.4.1.2. transitivity
5.3.4.1.3. clusters
5.3.5. communication network
5.3.5.1. dominance vs submissiveness
5.3.5.2. friendliness vs unfrienliness
5.3.5.3. acceptance of task orientation vs non-acceptance of task orientation
6. kohesivitas dan pengembangan kelompok
6.1. komponen kohesivitas
6.1.1. social cohesion
6.1.2. task cohesion
6.1.3. perceived cohesion
6.1.4. emotional cohesion
6.2. faktor yang memengaruhi
6.2.1. ketertarikan interpersonal
6.2.2. stabilitas keanggotaan
6.2.3. ukuran kelompok
6.2.4. ciri-ciri struktural
6.2.5. permulaan kelompok
6.3. tahapan perkembangan kelompok
6.3.1. tahapan dasar
6.3.2. menurut Bruce Tuckman
6.3.2.1. forming
6.3.2.2. storming
6.3.2.3. norming
6.3.2.4. performing
6.3.2.5. adjourning
6.4. siklus pengembangan grup
6.4.1. adanya krisis internal
6.4.2. ketidakseimbangan
6.4.3. tahapan pengembangan progresif
6.4.3.1. tahap orientasi
6.4.3.2. tahap evaluasi
6.4.3.3. tahap kontrol
6.5. konsekuensi dari kohesi
6.5.1. kepuasan dan penyesuaian anggota
6.5.2. dinamika dan pengaruh kelompok
6.5.3. produktifitas grup
7. pengaruh sosial
7.1. pengaruh mayoritas
7.1.1. konformitas di antara orang-orang
7.1.2. konformitas di antara jenis kelamin
7.1.3. konformitas di antara budaya & era
7.1.4. konformitas di antara konteks
7.1.5. konformitas lintas internet
7.2. pengaruh minoritas
7.2.1. konsisten dan pengaruh
7.2.2. kredit istimewa
7.2.3. pembangkang yang tekun
7.2.4. aturan & perbedaan keputusan
7.3. sumber pengaruh kelompok
7.3.1. pengaruh informasi
7.3.2. pengaruh normatif
7.3.3. pengaruh interpersonal
8. KINERJA KELOMPOK
8.1. fasilitas sosial
8.1.1. drive processes
8.1.1.1. tingkat fisiologis
8.1.1.2. pengaruh teman dekat
8.1.2. proses motivasi
8.1.3. teori presentasi diri
8.1.4. proses kognitif
8.1.5. proses kepribadian
8.1.6. teori orientasi sosial
8.1.7. prasangka dan prasangka fasilitas sosial
8.1.8. electronic performance monitoring
8.2. memproses kerugian dalam kelompok
8.2.1. The Ringelmann Effect
8.2.2. Kehilangan Motivasi
8.2.3. Penyebab dan Cara mengatasi kerugian sosial
8.2.3.1. kehilangan motivasi
8.2.3.2. kehilangan koordinasi
8.2.4. Cara mengatasi kerugian sosial
8.2.4.1. meningkatkan identifikasi
8.2.4.2. mengurangi “free riding”
8.2.4.3. menentukan tujuan
8.2.4.4. meningkatkan keterlibatan
8.2.4.5. meningkatkan identifikasi dengan kelompok sosial
8.2.4.6. collective effort model (CEM)
8.2.5. Tuntutan tugas
8.3. proses memperoleh keuntungan dalam kelompok
8.3.1. brainstorming
8.3.1.1. bersikap ekspresif
8.3.1.2. menunda evaluasi
8.3.1.3. mencari kuantitas
8.3.1.4. ide dukungan
8.3.2. meningkatkan sesi brainstorming
8.3.2.1. berpegang teguh pada aturan
8.3.2.2. perhatikan ide semua orang
8.3.2.3. campur pendekatan individu dan kelompok
8.3.2.4. beristirahat
8.3.2.5. tetap bertahan
8.3.2.6. fasilitas sesi
8.3.3. electronic brainstroming
9. KAJIAN TIM
9.1. Bekerjasama dalam tim
9.1.1. Model TIM I-P-O
9.1.1.1. input
9.1.1.2. process
9.1.1.3. output
9.2. Bekerja dalam tim
9.2.1. Proses Transisi
9.2.2. Proses Interpersonal
9.2.3. Proses Aksi
9.3. Team Cognition
9.3.1. memori transaktif kolaboratif
9.3.1.1. diferensiasi memori
9.3.1.2. koordinasi tugas
9.3.1.3. kredibilitas tugas
9.4. Mempertahankan Kohesi
9.5. Mengevaluasi efektivitas
9.6. Keberhasilan Tim
9.7. Kesetiaan Inovasi Tim
9.8. Pelatihan dalam kerjasama tim
10. KONFLIK DALAM KELOMPOK
10.1. Akar dari konflik
10.1.1. Konflik dan Persaingan
10.1.2. Konflik atas Sumber Daya
10.1.3. Konflik atas Kekuasaan
10.1.4. Konflik Tugas dan Proses
10.1.5. Konflik Pribadi
10.1.6. Eskalasi Konflik
10.2. Resolusi Konflik
10.2.1. Commitmen -) Negotiation
10.2.2. Misperseption -> Understanding
10.2.3. Hard Tactics -> Cooperative Tactics
10.2.4. Upward -> Downward Conflict Spiral
10.2.5. Many -> Few
10.2.6. Anger -> Composure
10.2.7. Conflict vs Conflict Management
11. Inklusi dan Identitas
11.1. isolasi vs inklusi
11.1.1. need to belong
11.1.1.1. ostracism
11.2. individualisme vs kolektivisme
11.2.1. relasi sosial
11.2.2. kewajiban sosial
11.2.3. identitas sosial
12. HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
12.1. Resolusi konflik antar kelompok
12.1.1. kontak antar kelompok
12.1.1.1. menciptakan kontak yang positif
12.1.1.1.1. Equal Status
12.1.1.1.2. Personal Interaction
12.1.1.1.3. Supportive Norms
12.1.1.1.4. Cooperation
12.1.2. efek kontak
12.1.2.1. kontak tatap muka mengurangi prasangka, semakin banyak kontak, semakin sedikit lrasangka antar kelompok
12.1.3. kontak dan sasaran superordinat
12.1.4. penangan kognitif untuk konflik
12.1.4.1. dekategorisasi atau personalisasi
12.1.4.2. rekategorisasi
12.1.4.3. rekategorisasi lintas
12.1.4.4. mengontrol pemikiran stereotype
12.1.5. manajemen konflik
12.1.6. menyelesaikan konflik
12.2. Konflik antar kelompokk
12.2.1. kemarahan dan pengambinghitaman
12.2.2. perspektif evolusi
12.3. Bias antar kelompok
12.3.1. konflik dan kategorisasi
12.3.2. Bias In Group-Out group
12.3.2.1. In group Positivy dan Negativitas Out group
12.3.2.2. Bias antar kelomlok implisit
12.3.2.3. Berpikir Standar Ganda
12.4. Bias Kognitif
12.4.1. Out group Homogenity Bias
12.4.2. Kesalahan Atribusi Kelompok
12.4.3. Kesalahan Atribusi Utama
12.4.4. Bias Linguistik antar Kelompok
12.4.5. Stereotip
12.4.6. Emosi antar kelompok
12.4.6.1. Envy (kecemburuan)
12.4.6.2. Contempt (Penghinaan)
12.4.6.3. Pity (Kasihan)
12.4.6.4. Admiration (Kekaguman)
12.5. Kategorisasi dan Identitas
13. KOMPETISI DAN KERJASAMA
13.1. Penyebab kompetisi
13.1.1. budaya
13.1.1.1. memengaruhi cara orang dalam merespon situasi
13.1.1.2. budaya individualis cenderung lebih kompetitif
13.1.1.3. perpaduab kerjasama kompetitif : bekerja secqra kooperatif namun bertindak kompetitif
13.1.2. kepribadian
13.1.3. reward organisasi
13.2. masalah-masalah kompetisi
13.2.1. terlalu berfokus pada tugas
13.2.2. mengabaikan isu-isu sosial dan emosional
13.2.3. menganggu kelompok dalam jangka panjang
13.2.4. tuntutan untuk loyal dan konform pada kelompok : mengurangi kemakouan kelompok dalam beradaptasi
13.2.5. menganggu kreatifitas dan inovasi
13.3. keuntungan kerjasama
13.3.1. tim yang kooperatif akan memotivasi anggota pada tujuan kelompok
13.3.2. kerjasama meningkatkan komunikasi yang efektif
13.3.3. tugas yang dilakukan terasa lebih mudah
13.3.4. kerjasama memberi dasar bagi relasi sosial dalam kelompok
13.4. masalah-masalah kerjasama
13.4.1. konformitas
13.4.2. kesepakatan yang tidak sehat
13.4.3. abilene paradox
13.5. meningkatkan kerjasama
13.5.1. dampak negatif
13.5.1.1. kebingungan tujuan
13.5.1.2. menurunnnya komunikasi
13.5.2. solusi
13.5.2.1. memperjelas tujuan bersama
13.5.2.2. membangun kepercayaan dan komunikasi