1. GNB berdiri saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd, Yugoslavia, 1 - 6 September 1961. Tokoh-tokoh yang memegang peran kunci awal sebagai pendiri GNB adalah : 1. Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser 2. Presiden Ghana Kwame Nkrumah 3. Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru 4. Presiden Indonesia Soekarno 5. Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
2. Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan, bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratis dalam membangun upaya kerja sama di antara mereka. Pada KTT I juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional, tetapi untuk menformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.
2.1. GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB.
3. Pesan Jakarta, yang disepakati dalam KTT GNB ke-10 di Jakarta, adalah dokumen penting yang dihasilkan pada periode kepemimpinan Indonesia dan memuat visi baru GNB, antara lain: -Mengenai relevansi GNB setelah Perang Dingin dan meningkatkan kerja sama konstruktif sebagai komponen integral hubungan internasional. -Menekankan pada kerja sama ekonomi internasional dalam mengisi kemerdekaan yang berhasil dicapai melalui perjuangan GNB sebelumnya. -Meningkatkan potensi ekonomi anggota GNB melalui peningkatan kerja sama Selatan-Selatan. -Indonesia juga menghidupkan kembali dialog konstruktif Utara-Selatan berdasarkan saling ketergantungan yang setara (genuine interdependence), kesamaan kepentingan dan manfaat, dan tanggung jawab bersama. -Mengupayakan penyelesaian masalah utang luar negeri negara-negara berkembang miskin (HIPCs/Heavily Indebted Poor Countries) yang terpadu, berkesinambungan dan komprehensif.
3.1. Dalam bidang politik, Indonesia selalu berperan dalam upaya peningkatan peran GNB untuk menyerukan perdamaian dan keamanan internasional, proses dialog dan kerja sama dalam upaya penyelesaian damai konflik-konflik intra dan antar negara, dan upaya penanganan isu-isu dan ancaman keamanan global baru.
3.2. Indonesia saat ini menjadi Ketua Komite Ekonomi dan Sosial, Ketua Kelompok Kerja Perlucutan Senjata pada Komite Politik, dan anggota Komite Palestina.
4. Pada tanggal 9-10 Mei 2012, diselenggarakan KTM Biro Koordinasi GNB di Sharm El-Sheikh, Mesir. Diawali dengan Preparatory Senior Officials Meeting (SOM) pada tanggal 7-8 Mei 2012, pertemuan tingkat menteri ini diselenggarakan sebagai langkah persiapan GNB menjelang KTT GNB ke-16 pada bulan Agustus 2012.
4.1. Hasil dari KTM Biro Koordinasi
4.1.1. “Sharm El-Sheikh Final Document" yang berdasarkan kepada Bali Final Document (hasil KTM ke-16 GNB, 2011). Dokumen ini memuat berbagai isu penting yang menjadi perhatian bersama negara-negara anggota GNB. Dokumen-dokumen lainnya yang berhasil disepakati dalam KTM ini mencakup : - Deklarasi Seabad Gerakan Pembebasan Kongres Nasional Afrika, - Deklarasi Palestina - Serta rekomendasi kepada KTT ke-16 GNB untuk mengesahkan Venezuela sebagai tuan rumah KTT ke-17 GNB tahun 2015.
5. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara yakni
5.1. Afghanistan Algeria Yaman Myanmar Kamboja Sri Lanka Kongo Kuba Cyprus Mesir Ethiopia Ghana Guinea
5.2. India Indonesia Irak Lebanon Mali Maroko Nepal Arab Saudi Somalia Sudan Suriah Tunisia Yugoslavia.
6. Tujuan GNB
6.1. Tujuan utama GNB semula difokuskan pada upaya dukungan bagi hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan,dan integritas nasional negara-negara anggota.
6.2. Tujuan penting lainnya adalah : 1. Penentangan terhadap apartheid 2. Tidak memihak pada pakta militer multilateral 3. Perjuangan menentang segala bentuk dan manifestasi imperialisme 4. Perjuangan menentang kolonialisme, neo-kolonialisme, rasisme, pendudukan, dan dominasi asing 5. Perlucutan senjata; 6. Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan hidup berdampingan secara damai 7. Penolakan terhadap penggunaan atau ancaman kekuatan dalam hubungan internasional 8. Pembangunan ekonomi-sosial dan restrukturisasi sistem perekonomian internasional 9. Serta kerja sama internasional berdasarkan persamaan hak.
7. Pada tanggal 17-18 Maret 2010, telah diselenggarakan Pertemuan Special Non-Aligned Movement Ministerial Meeting (SNAMMM) on Interfaith Dialogue and Cooperation for Peace and Development di Manila. Pertemuan dihadiri oleh : 1. Presiden Filipina 2. Gloria Macapagal Arroyo 3. Presiden Sidang Majelis Umum PBB (SMU-PBB), Dr. Ali Abdussalam Treki 4. Menlu Filipina, Alberto Romulo 5. Menteri Agama Mesir, Dr. Mahmoud Hamdy Zakzouk sebagai Ketua GNB
7.1. Pertemuan tersebut sepakat bahwa konflik di dunia saat ini banyak diakibatkan oleh kurangnya rasa toleransi. Di samping itu, banyak negara anggota GNB menjelaskan berbagai aspek ketidakadilan politik, ekonomi, dan sosial yang dapat memicu timbulnya ekstremisme dan radikalisme.
7.1.1. Menlu RI menyampaikan capaian yang dilakukan Pemri dalam diskursus tersebut. Menlu RI menjelaskan bahwa saat ini dunia tengah menghadapi berbagai tantangan global. Untuk itu, dengan tekad yang kuat serta didasarkan atas kesamaan nilai yang dianut, diharapkan negara anggota GNB dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat internasional dalam membangun "global resilience" untuk menghadapi berbagai tantangan di dunia.
7.1.2. Menlu RI juga menjelaskan pentingnya dialog antar-peradaban dan lintas agama untuk meningkatkan people to people contact, menjembatani berbagai perbedaan melalui dialog dan menciptakan situasi yang kondusif pagi perdamaian, keamanan, dan harmonisasi atas dasar saling pengertian, saling percaya, dan saling menghormati