1. D. REPUBLIK MALUKU SELATAN (RMS)
1.1. Terjadi pada tanggal 25 April 1950
1.2. Tokoh: Soumokil, J.H. Manuhutu, Frans Tutuhatunewa
1.3. Sebab: Mendirikan negara sendiri
1.4. Cara mengatasi: Menggunakan pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang
2. C. PEMBERONTAKAN ANDI AZIS
2.1. Terjadi pada 5 April 1950
2.2. Tokoh: Andi Azis
2.3. Sebab-sebab: - Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara Indonesia Timur. - Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI - Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.
2.4. Cara mengatasi: • Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, pasukannya harus dikonsinyasi, senjata- senjata dikembalikan, dan semua tawanan harus dilepaskan. • Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua brigade dan satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer di Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dijatuhi hukuman.
3. B. DARUL ISLAM/TENTARA ISLAM INDONESIA (DI/TII )
3.1. 1. Di Jawa Barat
3.1.1. Terjadi pada tanggal 7 Agustus 1949
3.1.2. Tokoh: Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo
3.1.3. Sebab-sebab: Penolakan Kartosuwiryo terhadap perjanjian Renville yang mengharuskan TNI di daerah kantong hijrah ke Yogyakarta. Pada waktu itu Kartosuwiryo berada di Jawa Barat, dan memproklamasikan berdirinya negara Islam Indonesia (NII)
3.1.4. Cara mengatasi: • Operasi militer tanggal 27 Agustus 1949 • Operasi Bharatayudha
3.2. 2. Di Jawa Tengah
3.2.1. Terjadi pada tanggal 23 Agustus 1949
3.2.2. Tokoh: Amir Fatah dan Kiai Sumolangu
3.2.3. Sebab-sebab: - Adanya persamaan ideologi antara Amir Fatah dengan S.M. Kartosuwirjo, yaitu keduanya menjadi pendukung setia Ideologi Islam. - Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap bahwa aparatur Pemerintah RI dan TNI yang bertugas di daerah Tegal-Brebes telah terpengaruh oleh orang- orang dan mengganggu perjuangan umat Islam. - Karena pengaruh orang-orang tersebut, Pemerintah RI dan TNI tidak menghargai perjuangan Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu di daerah Tegal-Brebes. Bahkan kekuasaan yang telah dibinanya sebelum Agresi Militer II, harus diserahkan kepada TNI di bawah Wongsoatmojo. - Adanya perintah penangkapan dirinya oleh Mayor Wongsoatmodjo
3.2.4. Cara mengatasi: Tahun 1957 ditumpas melalui operasi gerakan Banteng Nasional dari divisi Diponegoro.
3.3. 3. Di Aceh
3.3.1. Terjadi pada tanggal 20 September 1953
3.3.2. Tokoh: Daud Beureuh
3.3.3. Sebab-sebab: - Persoalan otonomi daerah - Pertentangan antar golongan - Tidak lancarnya rehabilitasi dan modernisasi daerah
3.3.4. Cara mengatasi: dilakukan dengan suatu Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong.
3.4. 4. Di Sulawesi Selatan
3.4.1. Terjadi pada tanggal 17 Agustus 1951
3.4.2. Tokoh: Kahar Muzakar
3.4.3. Sebab-sebab: Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
3.4.4. Cara mengatasi: • Operasi Militer • Pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.
3.5. 5. Di Kalimantan Selatan
3.5.1. Terjadi pada Bulan oktober 1950
3.5.2. Tokoh: Ibnu Hajar
3.5.3. Sebab-sebab: Ketidakpuasan terhadap kebijakan mengenai TNI
3.5.4. Cara mengatasi: Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi sehingga pemerintah akhirnya menugaskan pasukan ABRI (TNI-POLRI) untuk menangkap ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan dihukum mati.