Sejarah Ekonomi Indonesia 1945-1955
by Hasna Alya N

1. Kebijakan Ekonomi Era 1950-1955 “Gerakan Benteng”
1.1. Gerakan Benteng merupakan kebijakan untuk mengubah struktur ekonomi Kolonial menjadi ekonomi nasional. Dilakukan pada masa Perdana Menteri Natsir.
1.2. Gerakan Benteng bertujuan untuk: (1) Menumbuhkan kelas pengusaha Pribumi; (2) penguasaha Indonesia dengan modal lemah perlu diberi peran dalam pembangunan ekonomi nasional; (3) bantuan bimbingan dan kredit bagi pengusaha Pribumi; (4) Pengusaha Pribumi diharapkan bekembang dan maju.
1.3. Kebijakan ini tidak tercapai dengan baik karena pengusaha pribumi (1) kalah bersaing; (2) mental konsumtif; (3) bergantung kepada pemerintah; (4) kurang mandiri; (5) cepat puas dan boros (6) penyalah gunaan kebijakan untuk
1.4. Dampak dari Gerakan Benteng adalah deficitnya (kurang) anggaran negara.
2. Kebijakan Ekonomi Era 1950-1955 “Ali-Baba”
2.1. Ali-Baba merupakan istilah bagi perusahaan yang lahir dari Kerjasama orang Pribumi dan orang keturunan Tionghoa.
2.2. Ali-Baba mulai digunakan istilah setelah adanya penyimpangan Gerakan Benteng dimana pengusaha pribumi menjual lisensi impor mereka kepada orang Tionghoa. Perusahaan Orang Tionghoa yang membeli lisensi impor tersebut berkamuflase dengan mengatasnamakan orang Pribumi.
2.3. Ali-Baba mempunyai tujuan untuk mamajukan pengusaha Pribumi, mengusahakan pengusaha Pribumi untuk bekerjasama dengan orang Tionghoa, dan menumbuhkan pengusaha Pribumi.
3. Kebijakan Ekonomi Era 1950-1955 “Gerakan Asaat”
3.1. Gerakan Asaat memberikan perlindungan khusus bagi warga negara Indonesia Asli dalam segala aktivitas usaha di bidang perekonomian dari persaingan dengan pengusaha asing pada umunya dan warga keturunan Tionghoa.
3.2. Pemerintah memberikan lisensi khusus bagi pengusaha Pribumi.
3.3. Gerakan ini memunculkan rekasi negatif karena banyak reaksi menimbulkan permusuhan dan pengrusakan terhadap toko-tokok dan harta milik masyarakat Tionghoa. Terjadi juga perkelahian diantara pribumi dan Tionghoa.
4. Kebijakan Ekonomi Era 1950-1955 “Finansial Ekonomi”
4.1. Finansial Ekonomi (Fintek) dilaksanakan pada masa Burhanuddin Harahap ketika mengirim delegasi Indonesia ke Belanda untuk berunding pada 7 januari 1956.
4.2. Finek berisi menganai: (1) Pembatalan Persetujuan ekononomi hasil KMB; (2) Hubungan ekonomi Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral; dan (3) Hubungan Finek didasarkan atas Undang-Undang Nasional.
4.3. Finek ditolak Belanda sehingga pemerintah Indonesia secara sepihak melaksanakan rancangan Finek tersebut dengan membubarkan Uni Indonesia-belanda pada 13 Februari dengan tujuan melepaskan diri dari ikatan Ekonomi dengan Belanda.
5. Ekonomi Indonesia di awal Kemerdekaan sangat kacau
5.1. Penyebab
5.1.1. Hiperinflasi (kenaikan harga) terjadi di Indonesia karena beredarnya mata uang Jepang yang tidak terkendali.
5.1.2. Inflasi juga dipicu karean Berlakunya tiga mata uang sekaligus di Indonesia yakni mata uang de Javasche Bank, mata uang Hindia Belanda (kolonial) dan mata uang pendudukan Jepang
5.1.3. Kas Negara kosong
5.1.4. Pajak-pajak dan Bea Masuk berkurang
5.1.5. Adanya Blokade Ekonomi yang dilakukan Belanda
5.2. Usaha-usaha Penuntasan Kekacauan Ekonomi
5.2.1. Pinjaman Nasional
5.2.2. Pemerintah mengeluarkan mata uang baru Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) yang menggantikan mata uang Jepang.
5.2.3. Mendirikan Bank Negara Indonesia
5.2.4. Perdagangan Luar Negeri