1. Tahapan Konseling
1.1. Refleksi Konselor
1.1.1. Apakah Punya Kompetensi Untuk Menangani Masalah Konseli
1.1.2. Konselor Tertarik Untuk Menangani Masalah
1.1.3. Konseli Bersedia Dengan Teknik Gestalt
1.1.4. Konseli Cocok Dengan Teknik Gestalt
1.2. Tahap Pertama
1.3. tahap Kedua
1.4. Tahap Ketiga
1.5. Tahap Keempat
1.6. Tahap Kelima
2. Landasan Filosofis
2.1. Perspektif Fenomenologi
2.2. Perspektif Teori Medan
2.3. Perspektif Eksistensial
2.3.1. Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam teori psikologi Gestalt disebut sebagai fenomena (gejala). Fenomena adalah data yang paling dasar dalam psikologi Gestalt. Dalam hal ini psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat fenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu fenomena terdapat dua unsure, yaitu objek dan arti. Objek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, objek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada objek itu
3. Pandangan Tentang Manusia
3.1. Individu yang sehat secara mental
3.1.1. Dapat memertahankan kesadaran tanpa dipecah oleh berbagai stimulasi
3.1.2. Dapat merasakan dan berbagi konflik pribadi dan frustasi
3.1.3. Dapat membedakan konflik dan masalah
3.1.4. Dapat mengambil tanggung jawab atas hidupnya
3.1.5. Dapat berfokus pada satu kebutuhan
3.2. Individu yang terjerumus pada masalah tambahan
3.2.1. Kurang kontak dengan lingkungan
3.2.2. Confluence
3.2.3. Unfinished business
3.2.4. Fragmentasi
3.2.5. Topdog/Underdog
3.2.6. Polaritas
3.2.6.1. Polaritas fisik
3.2.6.2. Polaritas emosi
3.2.6.3. Polaritas mental
3.2.6.4. Polaritas spiritual
3.2.6.5. Polaritas interindividual
4. Pendahuluan
5. Sejarah
5.1. Ketika Behaviorisme berkembang pesat di Amerika Serikat, maka di negara Jerman muncul aliran yang dinamakan Psikologi Gestalt (arti kata Gestalt, dalam bahasa Jerman, ialah bentuk, pola, atau struktur). Para psikolog Gestalt yakin bahwa pengalaman seseorang mempunyai kualitas kesatuan dan struktur. Aliran Gestalt ini muncul juga karena ketidakpuasan terhadap aliran strukturalis, khususnya karena strukturalis mengabaikan arti pengalaman seseorang yang kompleks, bahkan dijadikan elemen yang disederhanakan.
5.2. Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian bagian kecil. Perintis teori Gestalt ini ialah Chr. Von Ehrenfels, dengan karyanya “Uber Gestaltqualitation“ (1890). Teori ini dibangun oleh tiga orang, Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
6. Bentuk-bentuk Pertahanan Diri
6.1. Introyeksi
6.2. Proyeksi
6.3. Retrofleksi
6.4. Defleksi
6.5. Isolasi dan Konfluensi
7. Tujuan
7.1. Menjadikan pasien tidak bergantung pada orang lain
7.2. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi
7.3. Menjadikan klien sejak awal untuk menemukan bahwa dia bisa melakukan banyak hal
7.4. Membantu konseling menuju pencapaian integritas kepribadiannya
7.5. Membantu klien agar menemukan pusat dirinya
8. Teknik-teknik Konseling
8.1. Prinsip kerja Konseling Gestalt
8.1.1. Penekanan tanggung jawab klien
8.1.2. Orientasi sekarang dan disini
8.1.3. Orientasi eskperiensial
8.2. Teknik-teknik Konseling Gestalt
8.2.1. Permainan Dialog
8.2.2. Latihan Saya Bertanggung Jawab
8.2.3. Bermain Proyeksi
8.2.4. Teknik Pembalikan
8.2.5. Tatap dengan Perasaan
8.2.6. Kursi Kosong
8.2.7. Berkeliling
8.2.8. Saya memiliki suatu rahasia
8.2.9. Permainan melebih-lebihkan
9. Peran dan Tahapan Konseling
9.1. Peran Konseling
9.1.1. Fokus Pada Perasaan
9.1.2. Konselor Adalah Artistic Partisipant
9.1.3. Berperan Sebagai Projector Screen
9.1.4. Membaca Bahasa Konseli
9.2. Lima Lapisan Gestalt
9.2.1. Lapisan Phony
9.2.2. Lapisan Phobic
9.2.3. Lapisan Impasse
9.2.4. Lapisan Implosif
9.2.5. Lapisan Eksplosif
9.3. Empat Karakteristik Dialog
9.3.1. Inklusi
9.3.2. Kehadiran
9.3.3. Komitmen Untuk Dialog
9.3.4. DialogYang Hidup