TUGAS SEJARAH - REVA TRYWIDA 10 MIPA 3 (28)

Get Started. It's Free
or sign up with your email address
TUGAS SEJARAH - REVA TRYWIDA 10 MIPA 3 (28) by Mind Map: TUGAS SEJARAH - REVA TRYWIDA 10 MIPA 3 (28)

1. KERAJAAN RIAU

1.1. awal mula berdirinya : Kerajaan Riau Lingga adalah sebuah kerajaan Islam di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1828 M hingga 1911 M. Kerajaan ini mencapai puncak keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah ll Yang Dipertuan Besar Riau Lingga ke lV, memerintah dari tahun 1857 hingga 1883 M.Wilayahnya meliputi Provinsi Kepulauan Riau sekarang, tetapi tidak termasuk Provinsi Riau yang didominasi oleh Kerajaan Siak yang sebelumnya telah memisahkan diri dari Kerajaan Johor-Riau.

1.2. perkembangan kerajaan :Kerajaan Riau Lingga memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa Melayu hingga menjadi bentuknya sekarang sebagai bahasa Indonesia. Pada masa Kerajaan Riau Lingga, bahasa Melayu menjadi bahasa standar yang sejajar dengan bahasa-bahasa besar lain di dunia, yang kaya dengan sastra dan memiliki kamus ekabahasa. Tokoh besar di belakang perkembangan pesat bahasa Melayu ini adalah Raja Ali Haji, seorang pujangga dan sejarawan keturunan Melayu-Bugis. Sebelumnya Riau Lingga merupakan wilayah dari Kerajaan Johor-Riau atau juga dikenal Kerajaan Johor-Pahang-Riau-Lingga yang berdiri sekitar tahun 1528-1824 M yang merupakan penerusan dari Kerajaan Malaka, terbentuknya Kerajaan Riau Lingga diakibatkan perebutan kekuasaan antara kedua putra Raja Johor-Riau dan pengaruh Belanda-Inggris, pada tahun 1824 Belanda dan Inggris menyetujui Perjanjian Traktat London, yang isinya bahwa semenanjung Malaya merupakan dalam pengaruh Inggris dan Sumatra serta pulau-pulau disekitarnya merupakan dalam pengaruh Belanda.

1.3. Keruntuhan : runtuhnya kerajaan riau dikarenakan belanda menyerang kerjaan tsb habis-habisan mengakibatkan kerajaan tsb tertekan dan sultan2 yg memerintah dikerajaan itu mengumumkan agar tidak melakukan perlawanan dikarenakan banyak pertimbangan,seperti akn banyak terbunuhnya masyarakat yg ada di pulau penyemngat, riau.

2. KERAJAAN PALEMBANG

2.1. awal berdirinya : Cikal bakal Kesultanan Palembang didirikan oleh Kiyai Gede ing Suro. Ia bertindak seolah-olah adalah 'Pemerintahan Demak dalam pengasingan'. Setelah mangkat ia disebut dengan gelar Pangeran Madi ing Angsoko (1588-1623).

2.2. perkembangan kerajaan : Keraton pertama Kesultanan Palembang didirikan di Kuto Gawang, tetapi habis dibakar oleh VOC pada 1659.Sejak 1601, Kerajaan Palembang tercatat telah melakukan hubungan dengan VOC. Namun kerjasama itu memburuk karena wakil VOC di Palembang bertindak semaunya. Pembakaran Keraton Kuto Gawang adalah serangan balasan dari VOC, akibat perlawanan yang dilakukan Palembang.Setelah itu, Sultan Abdurrahman memindahkan keratonnya ke Beringin Janggut, yang terletak di sekitar Masjid Lama. Lokasi Kesultanan Palembang ini dibatasi oleh sungai-sungai yang saling berhubungan. Pada periode pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1757), keraton kesultanan dipindahkan ke Kuto Tengkurak. Kemudian pada saat Sultan Muhamad Bahauddin (1776-1803) naik takhta, pusat pemerintahan kembali dipindahkan, yakni ke Kuto Besak. Keraton Kuto Besak adalah istana terbesar yang pernah dibangun Kesultanan Palembang dan masih berdiri hingga sekarang.

2.3. keruntuhan : Pada 12 Juni 1819, pertempuran Palembang melawan Belanda dimulai, yang berlanjut hingga masa sultan berikutnya. Setelah sempat mengalami kekalahan, Belanda meluncurkan serangan dadakan pada Juni 1821, yang berhasil melumpuhkan Palembang.Tidak lama kemudian, Palembang resmi jatuh ke tangan Belanda. Sementara Sultan Ahmad Najamuddin III dibawa ke Batavia untuk diasingkan ke Maluku hingga akhir hidupnya. Pada 7 Oktober 1823, Kesultanan Palembang resmi dihapus oleh Belanda dan Kuto Tengkuruk dihancurkan hingga rata dengan tanah. Setelah sekian lama, Majelis Adat Palembang memutuskan untuk menghidupkan kembali Kesultanan Palembang dan melantik Raden Muhammad Syafei Prabu Diraja sebagai sultan dengan gelar Sultan Mahmud Badaruddin III. Sultan Mahmud Badaruddin III kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin IV Fauwaz Diradja, yang naik takhta pada 2017.

3. KERAJAAN JAMBI

3.1. awal mula berdirinya : Kesultanan Jambi adalah Kerajaan Islam yang berkedudukan di Provinsi Jambi sekarang. Kerajaan ini berbatasan dengan Kerajaan Indragiri dan Kerajaan - Kerajaan Minangkabau seperti Siguntur dan Lima Kota dii utara. Di selatan kerajaan ini berbatasan dengan Kesultanan Palembang (kemudian Keresidenan Palembang). Kesultanan Jambi juga mengendalikan Lembah Kerinci, meskipun pada masa akhir kekuasaannya, kekuasaan nominal tidak lagi diperdulikan. Ibukota Kesultanan Jambi terletak di Kota Jambi, yang terletak di pinggir sungai Batanghari.

3.2. perkembangan kerajaan : Wilayah Jambi dulunya merupakan wilayah Kerajaan Malayu, dan kemudian menjadi bagian dari Sriwijaya. Pada akhir abad ke-14 Jambi merupakan vasal Majapahit, dan pengaruh Jawamasih terus mewarnai kesultanan Jambi selama abad ke-17 dan ke-18. Berdirinya kesultanan Jambi bersamaan dengan bangkitnya Islam di wilayah itu. Pada 1616 Jambi merupakan pelabuhan terkaya kedua di Sumatera setelah Aceh,[butuh rujukan] dan pada 1670 kerajaan ini sebanding dengan tetangga-tetangganya sepertiJohor dan Palembang.[butuh rujukan]Namun kejayaan Jambi tidak berumur panjang. Tahun 1680-an Jambi kehilangan kedudukan sebagai pelabuhan lada utama, setelah perang dengan Johor dan konflik internal. Tahun 1903 Pangeran Ratu Martaningrat, keturunan Sultan Thaha, sultan yang terakhir, menyerah Belanda. Jambi digabungkan dengan keresidenan Palembang. Tahun 1906 kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

3.3. keruntuhan : Kesultanan Jambi mulai mengalami kemunduran di bawah Sultan Ahmad Nazzarudin, Sultan dipaksa menanda tangani perjanjian Desember 1858, dan kemudian dilanjutkan perjajian cukai dan hak monopoli Belanda pada 13 Juli 1880.

4. KERAJAAN SAMUDERA PASAI

4.1. Awal mula beridirinya : Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam di Sumatera yang berkuasa dari abad ke-13 hingga abad ke-16. Kesultanan Pasai didirikan oleh Marah Silu, yang setelah masuk Islam bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Wilayah kerajaan ini menjadi daerah di nusantara yang pertama kali dikunjungi oleh para pedagang dan pelayaran. Hal ini dikarenakan letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan internasional, yakni di pesisir utara Sumatera, tepatnya di dekat Kota Lhokseumawe, Aceh.

4.2. Perkembangan kerajaan :Perkembangan pesat Kerajaan Samudera Pasai dapat terlihat dari kehidupan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Halaman all. 1. Aspek Politik : Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan studi Islam karena didatangi banyak pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab Cina dan daerah sekitarnya. 2 Aspek sosial budaya dan ekonomi : Pada pedagang asing yang singgah di Malaka tinggal sementara untuk mengurus perdagangan dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Pedagang Islam dari Gujarat, Persia dan Arab sekaligus melakukan penyebaran agama Islam

4.3. Keruntuhan : faktor penyebab runtuhnya Samudra Pasai adalah perebutan kekuasaan di dalam kerajaan, serangan dari Portugis dan serangan dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Samudera Pasai dibawah pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin akhirnya ditaklukkan oleh Portugis pada 1521. Kondisi seperti ini dimanfaatkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, raja Kerajaan Aceh Darussalam untuk mengambil alih Kerajaan Samudera Pasai.

5. KERAJAAN ACEH DARUSSALAM

5.1. awal mula berdirinya : Kerajaan Aceh terletak di Aceh, tepatnya adalah yang kita kenal sekarang sebagai Banda Aceh. Kerajaan Aceh merupakan kerajaan bercorak Islam yang didirikan oleh Ali Mughayat Syah yang memimpin Kerajaan Aceh selama tahun 1514-1530 M. Wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh meliputi Provinsi Aceh, Pesisir Sumatera Utara, dan Semenanjung Melayu. Sebelumnya daerah kekuasaan Kerajaan Aceh merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Lamuri yang bercorak agama Hindu. Namun setelah Aceh menyerang, Kerajaan Lamuri pun kalah dan wilayahnya menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh.

5.2. Perkembangan kerajaan :Meski begitu, kejayaan Kesultanan Aceh ini baru terealisasi setelah masuknya pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Dimana, ia berhasil memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Deli, Bintan, Kampar, Pariaman, minangkabau, perak, pahang, dan kedah. Kekuataan Aceh Darussalam bertumpu pada ketangguhan armada maritimnya. Pada tahun 1636, Sultan Iskandar Muda mangkat dan digantikan oleh menantunya, Sultan Iskandar Thani (1636-1641). Sayangnya, pada masa pemerintahannya kontrol pemerintahan tidak berjalan dengan baik sehingga banyak yang masih kurang royal terhadap kerajaan Aceh.

5.3. keruntuhan : Kemunduran Kesultanan Aceh Darussalam disebabkan oleh semakin lemahnya armada maritimnya. Kapal-kapal perang Aceh tidak berdaya membendung gangguan armada portugis, spanyol, lalu Belanda di Selat Malaka.

5.4. Kemunduran ini menyulut keberanian wilayah taklukan untuk melepaskan diri. Sampai awal abad ke 20, Kesultanan Aceh Darussalam masih ada namun tidak mampu lagi berperan besar sebagai kekuatan perdagangan yang disegani di Selat Malaka.

6. KERAJAAN PAGARUYUNG

6.1. awal mula : Kerajaan Pagaruyung termasuk salah satu kerajaan di nusantara yang pernah mengalami masa Hindu-Buddha kemudian berubah menjadi bercorak Islam. Ketika didirikan oleh Adityawarman pada sekitar 1347 M, kerajaan ini masih bercorak Hindu-Buddha. Kerajaan Pagaruyung kemudian resmi berubah menjadi kesultanan Islam pada abad ke-17, pada masa pemerintahan Sultan Alif. Letak Kerajaan Pagaruyung berada di Provinsi Sumatera Barat dan sebagian Provinsi Raiu sekarang. Setelah hampir lima abad berkuasa, kerajaan ini runtuh dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang Padri.

6.2. perkembangan kerajaan : Masa kejayaan Pagaruyung dicapai pada saat masa pemerintahan Adityawarman dan putranya yang bernama Ananggawarman. Pada saat itu, Kerajaan Pagaruyung berubah menjadi sangat kuat dan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Sumatera bagian tengah. Diketahui pula bahwa pada tahun 1371 sampai 1377, Adityawarman mengirimkan utusan ke Dinasti Ming sebanyak enam kali.

6.3. Keruntuhan : Kemunduran Kerajaan Pagaruyung disebabkan karena adanya Perang Padri antara 1803 sampai 1838 M. Salah satu pemimpin Perang Padri kala itu adalah Tuanku Imam Bonjol. Beliau menjadi pemimpin sekaligus panglima perang setelah Tuanku Nan Renceh meninggal dunia. Hingga memasuki awal abad ke-19, kekuasaan Pagaruyung semakin melemah. Permusuhan antara keluarga kerajaan dengan kaum Padri tidak dapat dihindari, hingga menimbulkan korban jiwa akibat permusuhan mereka.