1. Asal Usul Agama
1.1. pada saat rasialisme meyakini perbedaan mendasar di antara ras-ras yang ada, dan menganggap bahwa antara ras satu memiliki derajat lebih tinggi daripada ras yang lainnya
1.2. E.B.Tylor mengorbitkan ide kesatuas psikis yang menyebabkan manusia memiliki potensi-potensi spiritual dan pikiran yang sama
1.3. Manusia sama dalam berpikir dan bertindak
1.4. prinsip kesatuan psikis dalam pandangan intelektualisme memberikan asumsi bahwa agama dalam seluruh ruang dan waktu, selain perbedaan-perbedaan yang dimilikinya, juga memiliki fenomena yang sama, bahkan bersumber dari substansi yang satu
2. Membaca dan Memaknai
2.1. Metode Deskontruksi
2.1.1. dicetuskan oleh Jean Jacques Derrida (filsuf Prancis)
2.1.2. membongkar monopoli tafsir atas otoritas tertentu yang menegaskan mengenai "kebenaran" atas nama Tuhan, negara atau penguasa
2.2. Metode Struktualis
2.2.1. analisis sejarah dan kritik ideologi
2.2.2. digunakan untuk sebagai pembacaan teks secara literal dan membatasinya dalam melokalisir kebenaran yang bersifat sementara
3. Karakteristik Agama
3.1. 1. Memiliki Kepercayaan Agama
3.1.1. Kepercayaan: keyakinan atau iman yang kukuh dan tidak tergoncangkan pada Tuhan ataupun substansi yang disembah di dalam agama-agama
3.1.2. Kepercayaan identik dengan suatu keyakinan spiritual yang mengkristal di dalam hati orang yang menghayati agama
3.1.3. kalau orang meyakini agamanya secara kukuh dan tidak tergoncangkan, ia akan konsisten untuk mendalami agama itu secara mendalam
3.2. 2. Memiliki Simbol Agama
3.2.1. simbol hanya dipahami dan dimnegerti secara eksklusif oleh kelompok penganut agama bersangkutan
3.2.2. berkaitan dengan filosofi atau cara pandang para penganut agama berkaitan dengan Tuhan yang mereka sembah dalam agama mereka
3.2.3. simbol diklaim sebagai unsur bersifat suci, sakral, istimewa dan unik
3.3. 3. Memiliki Praktik Agama
3.3.1. dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok
3.3.2. dilakukan sebagai ungkapan iman para pemeluk agama pada Tuhan
3.4. 4. Memiliki Umat atau Penganut Agama
3.4.1. Umat: kumpulan orang-orang yang memiliki iman, keyakinan dan kepercayaan yang sama akan Tuhan atau Allah ataupun sebutan lain yang searti dengannya
3.5. 5. Memiliki Pengalaman Keagamaan
3.5.1. sering menjadi tolak ukur untuk menentukan kadar kedalaman hubungan orang beragama dengan Tuhan
4. Agama Dalam Kehidupan Manusia
4.1. Agama
4.1.1. memberikan orientasi/visi dasar bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku sebagai makhluk yang mengakui eksistensi Tuhan dalam realitas kehidupan yang fana ini
4.1.2. menjadi sumber ajaran moral bagi penganutnya
4.1.3. menjadi sumber etika dalam sikap dan perliaku
5. Motivasi Hidup Beragama
5.1. Motivasi menurut ilmuan sosial
5.1.1. mencari jawaban dari pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan dan teknologi
5.1.2. mengatasi keterbatasan manusiawi yang dialami di dalam hidupnya
5.1.3. mengarahkan hidupnya agar berjalan sesuai tujuan yang benar (bertaqwa kepada Tuhan)
6. Tipe - Tipe Agama
6.1. 1. Revelasi / Pewahyuannya
6.1.1. a. Agama Revelasi
6.1.1.1. agama-agama yang diasumsikan sebagai hasil revelasi/wahyu Tuhan
6.1.1.2. contoh: Agama Yahudi, Kristiani, Islam
6.1.2. b. Agama Non Revelasi
6.1.2.1. agama-agama yang diasumsikan bukan revelasi namun bersumberkan tradisi-budaya
6.1.2.2. contoh: Agama Budha, Shinto, Taoisme, Konghuchu
6.2. 2. Misionaris / Sifat Pewartaannya
6.2.1. a. Agama Misionaris
6.2.1.1. Budha, Islam, Kristiani
6.2.2. b. Agama Non Misionaris
6.2.2.1. Hindu, Zoroastra, Yahudi
6.3. 3. Geografis dan Ras
6.3.1. a. Semitik
6.3.1.1. Islam, Kristiani, Yahudi
6.3.2. b. Arya
6.3.2.1. Hindu, Zoroastra, Jainisme
6.3.3. c. Mongolia
6.3.3.1. Konghucu, Shintoisme, Taoisme
6.3.4. Agama Budha : sintesis atau kombinasi antara Arya dan Mongolia
7. Substansi Agama - Agama
7.1. E.B.Tylor
7.1.1. agama sebagai kepercayaan kepada wujud-wujud spiritual di dalam kehidupan manusia
7.2. AUguste Comte
7.2.1. meyakini 3 tahapan dalam evolusi agama, menerima definisi Tylor sebagai tahapan pertama dalam agama
7.2.2. agama sebagai rangkaian akidah-akidah yang tersebar dalam bagian-bagian masyarakat dan juga menganggapnya sebagau faktor koherensi masyarakat
7.2.3. walaupun di dalamnya tidak terdapat kepercayaan terhadap wujud-wujud spiritual, namun menurutnya agama mampu menyatukan seluruh masyarakat