Lancez-Vous. C'est gratuit
ou s'inscrire avec votre adresse e-mail
Puisi par Mind Map: Puisi

1. Definisi

1.1. Puisi baru

1.1.1. Puisi baru adalah yang tidak terikat lagi oleh aturan yang mana bentuknya lebih bebas ddari pada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

1.2. Puisi lama

1.2.1. Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh kaidah dan aturan-aturan penulisan yang berlaku.

2. Periodisasi puisi

2.1. ANGKATAN 20 (ANGKATAN BALAI PUSTAKA/SITI NURBAYA)

2.1.1. Latar belakang

2.1.1.1. 1. Pemerintahan jajahan mendirikan taman bacaan rakyat. 2. Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat. 3. Memberi kesempatan kepada pengarang untuk lebih kreatif.

2.1.2. Ciri-ciri

2.1.2.1. 1. Merupakan tuntunan budi pekerti. 2. Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat. 3. Pelakunya sebagian besar meninggal dunia. 4. Bertema kedaerahan dan kawin paksa. 5. Nama pengarangnya dibukukan. 6. Romantis sentrimentil (berlebihan).

2.1.3. Beberapa karya

2.1.3.1. 1. Merari Siregar: Azab dan Sengsara, Si Jamin dan Si Johan, Binasa Karena Gadis Priangan. 2. Marah Roesli: Siti Nurbaya, Anak dan Kemenakan, La Nami (Roman Sejarah). 3. Abdul Muis: Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Robert Anak Surapati (Roman Sejarah).

2.2. B. ANGKATAN 30/ANGKATAN PUJANGGA BARU (MAJALAH)

2.2.1. Latar belakang

2.2.1.1. 1. Pertemuan dengan Bangsa Eropa yang berpengaruh pada politik, jalan pikiran, pola hidup, dan hasil sastra. 2. Lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang mengangkat Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi sekolah.

2.2.2. Ciri-ciri

2.2.2.1. 1. Bertema nasional. 2. Romantis idealis (penuh cita-cita). 3. Impresimisme (penuh kesan). 4. Meniru kebudayaan Belanda. 5. Bentuk puisinya berbaris: distikon, quin, kuatrin, cektek, tersina, septina, oktat, syair, soneta.

2.2.3. Beberapa karya

2.2.3.1. 1. STA (Sultan Takdir Alisjahbana): Layar Terkembang (Roman), Anak Perawan di Sarang Penyamun (Roman), Tebaran Mega (kumpulan puisi). 2. Armijn Pane: Habis Gelap Terbitlah Terang (kumpulan terjemahan surat), Belenggu (Roman), Jiwa Berjiwa (kumpulan puisi). 3. Amir Hamzah: Buah Rindu (kumpulan puisi), Nyanyi Suci (berisi kerinduan seseorang pada Tuhannya/puisi), Bhagawat Gita (prosa).

2.3. C. ANGKATAN '45

2.3.1. Latar belakang

2.3.1.1. 1. Kekejaman penjajah terhadap rakyat/sastra. 2. Penderitaan rakyat akibat revolusi.

2.3.2. Ciri-ciri

2.3.2.1. 1. Ekspresionisme 2. Romantis realistis. 3. Lebih mementingkan isi daripada bahasa. 4. Humanisme Universal. 5. Sinisme. 6. Realita (sesuai kenyataan).

2.3.3. Beberapa karya

2.3.3.1. 1. Chairil Anwar (Raja Puisi): Aku, Kerawang Bekasi, Diponegoro, Beta Pattirajawane. 2. Mochtar Lubis: Harimau! Harimau! (Roman), Jalan Tak Ada Ujung (Roman), Tak Ada Esok (Roman). 3. Idrus (Raja Prosa): Surabaya, Corat-coret di Bawah Tanah, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

2.4. D. ANGKATAN '50

2.4.1. Latar belakang

2.4.1.1. Nama angkatan ini diusulkan oleh W.S. Rendra, namun tidak mendapat sambutan karena latar belakang, ciri-ciri, dan pengarang sebagian besar sama dengan Angkatan '45.

2.4.2. Beberapa karya

2.4.2.1. 1. W.S. Rendra (Raja Penyair dan Dramawan): Balada Orang-orang Tercinta (kumpulan puisi), Balada Terbunuhnya Atma Karpo (kumpulan puisi), Odipus Sang Raja (Drama). 2. Ajip Rosidi: Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerpen), Surat Cinta Endang Rosidin, Pesta (kumpulan puisi). 3. NH. Dini: Dua Dunia (kumpulan cerpen), Namaku Hiroko (Roman), Padang Halang di Belakang Rumah (Roman), Pada Sebuah Kapal.

2.5. E. ANGKATAN '66

2.5.1. Latar belakang

2.5.1.1. 1. Penyelewengan oleh pemimpin rakyat. 2. Korupsi merajalela. 3. Pengangkapan dan kekejaman terhadap orang-orang yang menentang pemerintahan

2.5.2. Ciri-ciri

2.5.2.1. 1. Bentuknya puisi bebas dan cerpen. 2. Isinya protes terhadap pemimpin yang lupa daratan. 3. Bahsanya panjang-panjang. 4. Temanya penderitaan rakyat. 5. Munculnya kelaguan

2.5.3. Beberapa karya

2.5.3.1. 1. Taufik Ismail: Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini, Dari Ibu Seorang Demonstran, Yang Kami Minta Hanyalah Sebuah Bendungan Saja, Malu Aku Jadi Orang Indonesia. 2. Masyur Samin: Pidato Seorang Demonstran, Pernyataan, Ode Pemakaman. 3. Buur Raswanto: Telah Gugur Beberapa Nama, Tirani, Bumi yang Berpeluh, Mereka Telah Bangkit.

3. Unsur Intrinsik

3.1. Unsur batin

3.1.1. Nada

3.1.1.1. Nada (tone), merupakan sikap penyair terhadap pembacanya, misalkan sikap rendah hati, menggurui, mendikte, persuasif dan yang lainnya.

3.1.2. Rasa

3.1.2.1. Rasa atau emosional merupakan sentuhan perasaan penulisannya dalam bentuk kepuasan, kesedihan, kemarahan, keheranan, dan yang lainnya.

3.1.3. Tema

3.1.3.1. Tema (sense) merupakan gagasan utama dari puisi baik itu yang tersirat maupun yang tersurat.

3.1.4. Amanat

3.1.4.1. Amanat (intention) atau pesan merupakan suatu yang ingin disampaikan oleh penyair melalui karyanya.

3.2. Tipografi

3.2.1. Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi. Tipografi merupakan tatanan larik, bait, kalimat, frasem kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.

3.3. Perasaan

3.3.1. Perasaan (feeling) merupakan sikap pengarang terhadap tema dalam puisinya, misalnya konsisten, simpatik, senang, sedih, kecewa, dan yang lainnya.

3.4. Enjambemen

3.4.1. Enjambemen merupakan pemotongan kalimat atau frase dengan diakhiri lirik. Kemudian meletakkan potongan itu diawal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberikan tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian-bagian yang berikutnya.

3.5. Kata konkret

3.5.1. Kata konkret (imajination), merupakan penggunaan kata-kata yang tepat atau bermakna denotasi oleh penyair

3.6. Diksi

3.6.1. Diksi merupakan pilihan kata yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui puisi tersebut.

3.6.2. Rima merupakan pengindah dalam puisi yang berbentuk pengulangan bunyi baik di awal, tengah, ataupun di akhir

3.7. Rima

3.8. Unsur Fisik

3.8.1. Citraan

3.8.1.1. Citraan merupakan gambaran-gambaran yang ada di dalam pikiran penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Gambaran pikiran ini merupakan sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang bisa dilihat oleh mata.

3.8.2. Verifikasi

3.8.2.1. Verifikasi merupakan berupa rima dan ritma. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi dan sedangkan ritma adalah tinggi rendahnya, panjang pendeknya, keras lemahnya bunyi dalam puisi)

3.8.3. Majas

3.8.3.1. Majas merupakan cara penyair menjelaskan pikiran dan perasaannya dengan gaya bahasa yang sangat indah dalam bentuk puisi.

3.8.4. Korepodensi

3.8.4.1. Korespondensi, merupakan hubungan yang padau baik antar lirik-lirik dalam bait maupun antarbait yang diikat oleh tema dalam kesatuan logis.

3.8.5. Imajinasi

3.8.5.1. Imajinasi adalah khayalan penulis puisi. Khayalan dapat mempengaruhi pembaca sehingga seolah-olah pembaca daqpat melihat, mendengar, merasakan, bahkan ikut larut dalam khayalan tersebut. Dibutuhkan kejelian dan kepekaan terhadap apa yang terjadi disekitar supaya kita dapat membuat puisi yang dapat diterima dengan mudah oleh pembaca.

3.8.6. Gaya bahasa

3.8.6.1. Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya kepada publik. Baik itu penggunaan majasnya, diksi dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya.

4. Jenis-jenis puisi

4.1. Puisi lama

4.1.1. Mantra

4.1.1.1. Mantra adalah ucapan yang dianggap sakral dan memiliki kekuatan gaib, umumnya digunakan dalam upacara tertentu seperti mantra yang digunakan untuk menolak datangnya hujan dan sebaliknya.

4.1.1.2. Ciri : Mantra terdiri atas beberapa rangkaian kata yang memiliki irama Isi dari mantra berhubungan dengan kekuatan gaib Berbentuk puisi yang isi dan konsepnya menggambarkan kepercayaan suatu masyarakat pada saat itu Mantra dibuat dan diamalkan untuk tujuan tertentu Mantra mengandung rayuan dan perintah Mantra mementingkan keindahan permainan bunyi

4.1.1.3. Contoh : Sihir lontar pinang lontar terletak diujung bumi Setan buta jembalang buta aku sapa tidak berbunyi

4.1.2. Pantun

4.1.2.1. Pantun adalah ungkapan perasaan dan pikiran disusun dengan kata-kata hingga sedemikian rupa sehingga menarik untuk didengar atau dibaca.

4.1.2.2. Ciri : Memiliki sajak a-a-a-a atau a-b-a-b Setiap baitnya terdiri dari empat baris Tiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata Dua baris awal sebagai sampiran, dua baris berikutnya sebagai isi.

4.1.2.3. Contoh : Lari-lari loncati pagar Akhirnya kena varises. Semua harus rajin belajar Agar masa depan sukses

4.1.3. Talibun

4.1.3.1. Talibun adalah puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris)

4.1.3.2. Ciri : Memiliki jumlah baris yang selalu genap dalam setiap baitnya. biasanya terdiri dari enam, delapan, sepuluh baris maupun kelipatan dua lainnya. Bersajak abc-abc, abcd-abcd, dan abcde-abcde, dan seterusnya Gaya bahasa yang digunakan luas dan menekankan pada bahas pengulangan yang berima. Terdiri atas sampiran dan isi

4.1.3.3. Contoh : Mentari kini sedang berseri Sangat terang sinarnya Membuat silau untuk di pandang Dibuanya mataku sedikit merah Si kakek memang sangatlah sakti Pohon pun dapat dipangkasnya Akarnya pohon pun tumbang Pohon tumbang tersungkur jatuh ke tanah

4.1.4. Syair

4.1.4.1. Syair adalah puisi lama berasal dari Arab yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) berakhir dengan bunyi yang sama.

4.1.4.2. Ciri : Biasanya syair menceritakan sebuah kisah dan didalamnya akan terkadung amanat atau nasehat. Tiap bait bersajak aa-aa Semua baris adalah isi Setiap bait terdiri atas empat baris Bahasanya biasanya kiasan. Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata

4.1.4.3. Contoh : Di zaman dahulu kala (a) Terdapat sebuah cerita (a) Suatu negeri yang damai sentosa (a) Diduduki oleh sang raja yang sangat bijaksana (a)

4.1.5. Karmina

4.1.5.1. Karmina adalah pantun yang sangat pendek atau biasa disebut dengan pantun kilat. Sering dipakai untuk teka-teki

4.1.5.2. Ciri : satu bait terdiri dari dua baris bersajak a-a antara baris pertama dan kedua tidak mempunyai hubungan sebab-akibat Pada setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata atau 4 kata

4.1.5.3. Contoh: Siapkanlah bekal agar selamat Perluaslah ilmu yang bermanfaat

4.1.6. Gurindam

4.1.6.1. Gurindam adalah puisi yang hanya terdapat dua baris kalimat saja dalam setiap baitnya,

4.1.6.2. Ciri : memiliki sajak a-a memiliki nasehat atau amanat. kedua baris merupakan kalimat majemuk dan mempunyai hubungan sebab-akibat Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.

4.1.6.3. Contoh : Jangan membahayakan dirimu Agar selamat dan mujur jalanmu

4.1.7. Seloka

4.1.7.1. Ciri : Dalam setiap bait terdiri atas 2 baris yang panjang Dalam setiap baris terdiri dari 18 suku kata (yaitu 2×9 suku kata) Ada hubungan antara isi bait yang satu dengan isi bait berikutnya Seloka tidak terikat dengan persajakan Isi seloka berupa petuah atau nasihat Pada baris kedua dalam bait terdahulu menjadi baris pertama pada bait berikutnya dan baris keempat dalan bait terdahulu menjadi baris ketiga dalam bait berikutnya

4.1.7.2. Contoh : Pergi ke pasar membeli nanas Saat dijalan ketemu trantib Selalu taatilah lalu lintas Supaya jadi pengendara yang tertib

4.1.7.3. Seloka adalah puisi Melayu klasik yang didalamnya berisikan tentang perumpamaan ataupun pepatah yang mengandung sindiran, ejekan dan juga senda gurauan.

4.2. Puisi baru

4.2.1. Berdasarkan isinya

4.2.1.1. Balada

4.2.1.1.1. Balada adalah puisi yang berisi kisah atau cerita. Puisi jenis ini terdiri atas tiga (3) bait, yang setiap delapan (8) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Lalu skema berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren pada bait-bait berikutnya. Contohnya pada puisi karya Sapardi Damono berjudul "Balada Matinya Seorang Pemberontak".

4.2.1.1.2. sangkuriang….. Kau begitu durhaka Pada ibumu Hingga menjadi Gunung tangkuban perahu

4.2.1.2. Himne

4.2.1.2.1. Himne adalah puisi pujaan kepada Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-ciri himne adalah lagu pujian yang menghormati seorang dewa, tuhan, pahlawan, tanah air, almamater (pemandu di Dunia Sastra). Semakin berkembangnya zaman, arti himne berubah yang mana pengertian himne sekarang adalah sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap yang dihormati seperti guru, pahlawan, dewa, tuhan yang bernapaskan ketuhanan.

4.2.1.2.2. Bahkan batu-batu yang keras dan bisu Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri Menggeliat derita pada lekuk dan liku bawah sayatan khianat dan dusta. Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu menitikkan darah dari tangan dan kaki dari mahkota duri dan membulan paku Yang dikarati oleh dosa manusia. Tanpa luka-luka yang lebar terbuka dunia kehilangan sumber kasih Besarlah mereka yang dalam nestapa mengenal-Mu tersalib di datam hati.

4.2.1.3. Romansa

4.2.1.3.1. Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Arti romansa berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra (perancis "Romantique).

4.2.1.3.2. Kasih sayangmu Takkan pernah luput Dari ingatanku Cintamu ibu Selalu dalam hatiku.

4.2.1.4. Ode

4.2.1.4.1. Ode adalah puisi yang berisi sanjungan untuk orang yang telah berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.

4.2.1.4.2. bagai mutiara diatas lautan Bagai cahaya dalam kegelapan Guru,itulah dirimu Budi luhurmu takkan pernah hilang Walau ditelan masa

4.2.1.5. Epigram

4.2.1.5.1. Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup. Epigram berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.

4.2.1.5.2. Hari ini tak ada tempat berdiri Sikap lamban berarti mati Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.

4.2.1.6. Elegi

4.2.1.6.1. Elegi adalah puisi yang berisi rata tangis atau kesedihan yang berisi sajak atau lagu dengan mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang

4.2.1.6.2. tiada lagi tempatku mengadu Semua telah pergi dariku Ya allah engkau adalah tumpuan harapanku Bantulah aku menyelesaikan masalah ini

4.2.1.7. Satire

4.2.1.7.1. Satire adalah puisi yang berisi sindira/kritik. Istilah berisi bahasa latin Sature yang berarti sindiran; kejaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puasa hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb).

4.2.1.7.2. Aku bertanya tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur jidad penyair-penyair salon, yang bersajak tentang anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya, dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan, termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.

4.2.2. Berdasarkan bentuknya

4.2.2.1. Distikon

4.2.2.1.1. Distikon adalah puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari dua baris (puisi dua seuntai).

4.2.2.1.2. Berkali kita gagal Ulangi lagi dan cari akal Berkali-kali kita jatuh Kembali berdiri jangan mengeluh

4.2.2.2. Terzina

4.2.2.2.1. Terzina adalah puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari tiga baris (puisi tiga seuntai).

4.2.2.2.2. Dalam ribaan bahagia datang Tersenyum bagai kencana Mengharum bagai cendana Dalam bah’gia cinta tiba melayang Bersinar bagai matahari Mewarna bagaikan sari Dari ; Madah Kelana

4.2.2.3. Kuatrain

4.2.2.3.1. Kuatrain adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari empat baris (puisi empat seuntai).

4.2.2.3.2. Mendatang-datang jua Kenangan masa lampau Menghilang muncul jua Yang dulu sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda lama lalu Membuat hati jua Layu lipu rindu-sendu

4.2.2.4. Kuint

4.2.2.4.1. Kuint adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari lima baris (puisi lima seuntai).

4.2.2.4.2. I. Hanya Kepada Tuan Satu-satu perasaan Hanya dapat saya katakan Kepada tuan Yang pernah merasakan II. Satu-satu kegelisahan Yang saya serahkan Hanya dapat saya kisahkan Kepada tuan Yang pernah diresah gelisahkan III. Satu-satu kenyataan Yang bisa dirasakan Hanya dapat saya nyatakan Kepada tuan Yang enggan menerima kenyataan

4.2.2.5. Sektet

4.2.2.5.1. Sektet adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari enam baris (puisi enam seuntai).

4.2.2.5.2. I. Merindu Bagia Jika hari’lah tengah malam Angin berhenti dari bernafas Sukma jiwaku rasa tenggelam Dalam laut tidak terwatas Menangis hati diiris sedih

4.2.2.6. Septime

4.2.2.6.1. Septime adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari tujuh baris (tujuh seuntai).

4.2.2.6.2. I. Indonesia Tumpah Darahku Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung gemunung bagus rupanya Ditimpah air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya

4.2.2.7. Oktaf

4.2.2.7.1. Oktaf adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).

4.2.2.7.2. I. Awan Awan datang melayang perlahan Serasa bermimpi, serasa berangan Bertambah lama, lupa di diri Bertambah halus akhirnya seri Dan bentuk menjadi hilang Dalam langit biru gemilang Demikian jiwaku lenyap sekarang Dalam kehidupan teguh tenang (Sanusi Pane)

4.2.2.8. Soneta

4.2.2.8.1. Soneta adalah puisi yang terdiri dari empat belas baris yang terbagi dalam dua, dimana dua bait pertama masing-masing empat baris dan pada dua bait kedua masing-masing tiga baris.

4.2.2.8.2. Gembala Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a ) Melihat anak berelagu dendang ( b ) Seorang saja di tengah padang ( b ) Tiada berbaju buka kepala ( a ) Beginilah nasib anak gembala ( a ) Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b ) Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b ) Pulang ke rumah di senja kala ( a ) Jauh sedikit sesayup sampai ( a ) Terdengar olehku bunyi serunai ( a ) Melagukan alam nan molek permai ( a ) Wahai gembala di segara hijau ( c ) Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c ) Maulah aku menurutkan dikau ( c )

4.3. Puisi kontemporer

4.3.1. Mantra

4.3.1.1. Jenis puisi kontemporer yang satu ini berkaitan dengan salah satu jenis puisi lama yaitu mantra. Puisi mantra pertama kali diperkenalkan oleh Sutardji Calzoum Bachri. Puisi mantra memiliki beberapa ciri, yaitu: Mantra disajikan untuk menimbulkan efek tertentu Digunakan untuk menghubungkan dengan dunia misteri Memberikan efek kemanjuran

4.3.1.2. Shang Hai ping di atas pong pong di atas ping ping ping bilang pong pong pong bilang ping mau pong? bilang ping mau mau bilang pong mau ping? bilang pong mau mau bilang ping ya pong ya ping ya ping ya pong tak ya pong tak ya ping ya tak ping ya tak pong sembilu jarakMu merancap nyaring

4.3.2. Mbeling

4.3.2.1. Kata “mbeling” berasal dari bahasa Jawa yang berarti nakal atau sulit diatur. Arti kata mbeling ini ternyata sesuai dengan ciri khas puisi ini. Ketentuan-ketentuan umum dalam puisi tidak berlaku dalam puisi mbeling. Puisi mbeling tidak mengikuti aturan. Ciri-ciri puisi mbeling antara lain: Biasanya berisi kritik sosial untuk pemerintahan Dapat juga digunakan untuk menyindir penyair puisi jenis yang lain Pengarang mengutamakan unsur kelakar tanpa ada unsur tersirat

4.3.2.2. Contoh: Kesejukan kesejukan di tengah kota pasti AC kesejukan di tengah kampung sepoi angin yang satu membuang uang karena kebutuhan yang satu gratis menyehatkan

4.3.3. Konkret

4.3.3.1. Puisi konkret merupakan puisi yang menitikberatkan tampilan grafis pada susunan katanya. Susunan grafis dapat menyerupai gambar tertentu.

4.3.4. Tanpa kata

4.3.4.1. Sesuai dengan namanya, puisi ini tidak menggunakan kata untuk mengungkapkan ekspresinya. Sebagai gantinya digunakan titik, garis, huruf atau simbol tertentu.

4.3.4.2. Contoh: mati ———————m—————- ———-a—————————- —————————-t———- —————i—————-i!!!!!!!!!!

4.3.5. Mini kata

4.3.5.1. Puisi ini merupakan jenis puisi kontemporer yang minim sekali menggunakan kata, akan tetapi dilengkapi simbol lain berupa huruf, garis, atau tanda baca.

4.3.5.2. Contoh: Reformasi RR R RRRRR R RRRRRRRRR RRRRRRRRR RRRRRRRR

4.3.6. Lingual

4.3.6.1. Puisi multi lingual menggunakan kata atau kalimat dalam berbagai bahasa, baik bahasa daerah atau bahasa asing.

4.3.6.2. Contoh: Merapi merapi… gagah bak penguasa asap putih memayungimu lebat hutan pengawalmu sejarah laharmu abadi kini merapi… saumpamane kowe bisa nguri-uri kabeh sing kaleksana ing tanah Jawi prilakune manungsa becik lan ora marang alam karunia sang Illahi.

4.3.7. Supra kata

4.3.7.1. Puisi ini adalah puisi yang menggunakan kata-kata konvensional dan susunannya dijungkirbalikkan sehingga menciptakan kosakata baru yang belum ditemui sebelumnya. Aspek bunyi dan ritme merupakan hal yang paling ditonjolkan. Puisi ini lebih mirip dengan puisi mantra karena digunakan untuk merangsang timbulnya suasana magis.

4.3.7.2. PUISI JAMAN BAHARI GIRISA Ya meraja jaramaya Ya marani niramaya Ya silapa palasiya Ya mirado rodamiya Ya midosa sadomiya Ya dayuda dayudaya Ya siyaca cayasiya Ya sihama mahasiya

4.3.8. Idiom baru

4.3.8.1. Puisi idiom baru menggunakan idiom baru di dalamnya. Kata yang digunakan dalam puisi ini diungkapkan dengan cara baru sehingga mengandung nyawa baru. Idiom yang digunakan dalam puisi ini adalah idiom yang jarang digunakan.

4.3.8.2. Tidak keheningan bukanlah sepi kesepian bukanlah sunyi penderitaan bukanlah luka pertanyaan bukanlah ketidakpercayaan menghilang bukanlah ketakutan firasat jadi pertanda kau pergi tuk selamanya!

5. Ciri-ciri puisi

5.1. Puisi lama

5.1.1. 1. Tidak diketahui nama pengarangnya (anonym). 2. Penyampaian dari mulut ke mulut, sehingga merupakan sastra lisan. 3. Sangat terikat akan kaidah dan aturan-aturan yang masih berlaku seperti gaya bahasa, diksi, rima, intonasi dan sebagainya. 4. Merupakan karya turun menurun.

5.2. Puisi baru

5.2.1. Ciri-Ciri Puisi Baru : -Memiliki bentuk yang rapi, simetris Persajakan akhir yang teratur -Menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain -Umumnya puisi empat seuntai -Di setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis) -Di tiap gatra terdiri baris terdiri dari dua kata (pada umumnya) 4-5 suku kata

5.2.2. Analisis puisi

5.2.2.1. Pahlawan Tanpa Lencana Pagi yang indah deruan angin menerpa wajah Dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan Renungan hanya untuk sebuah kejayaan Berfikir hanya untuk sebuah keberhasilan Tiada lafaz seindah tutur katamu Tiada penawar seindah senyuman mu Tiada hari tanpa sebuah bakti Menabur benih kasih tanpa rasa lelah Hari demi hari begitu cepat berlalu Tiada rasa jenuh terpancar di wajah mu Semangat mu terus berkobar Memberikan kasih sayang tiada rasa jemu Jika engkau akan melangkah pergi Ku tau langkahmu penuh pengorbanan Jika dirimu telah tiada dirimu kan selalu di kenang Kau adalah pahlawan tanpa lencana.

5.2.2.2. UNSUR INTRINSIK -Tema: guru -Amanat: menghargai guru karena mereka yang membimbing masa depan kita -Nada: penuh dengan rasa hormat -Emosional: rindu -Perasaan: terharu, kagum -Kata konkret: “jika engkau akan melangkah pergi” – “melangkah pergi” artinya wafat/sudah usia “pahlawan tanpa lencana” – artinya guru -Diksi: contohnya pemakaian kata “jenuh” daripada “capai”. -Majas: “semangatmu terus berkobar” – personifikasi. “dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan” – personifikasi. -Tipografi: diketik dengan rapi, dibuat cekung ( -Rima: (distabilo) Citraan: 1) pengelihatan: “pagi yang indah” 2) pendengaran: “tiada lafaz seindah tutur katamu” 3) penciuman: (tidak ada) 4) perasaan: “dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan”

5.2.2.3. UNSUR EKSTRINSIK -Unsur biografi: (nama pengarang tidak diketahui) pengarang puisi mengapresiasi jasa gurunya -Unsur nilai dalam: Sosial, pendidikan -Unsur kemasyarakatan: pada zaman dulu murid banyak yang menghargai jasa gurunya.

5.2.2.4. UNSUR BATIN Tema: apresiasi Feeling: terharu, kagum Tone: penuh dengan rasa hormat Intention: mengenang jasa guru penulis yang telah mengajarinya banyak.

5.2.2.5. UNSUR FISIK Tema: guru Tipografi: diketik dengan rapi, dibuat cekung

6. Unsur ekstrinsik

6.1. Biografi

6.1.1. Unsur Biografi, merupakan latar belakang atau riwayat hidup sang penyair.

6.2. Nilai

6.2.1. Unsur nilai dalam puisi, biasanya mengandung nilai-nilai seperti ekonomi, politik, budaya, sosial, dan yang lainnya.

6.3. Kemasyarakatan

6.3.1. Unsur kemasyarakatan, merupakan situasi sosial ketika puisi ini dibuat.