Kelompok Sosial (Oleh Nathanael C.P(XI IPS 1/23))

Get Started. It's Free
or sign up with your email address
Kelompok Sosial (Oleh Nathanael C.P(XI IPS 1/23)) by Mind Map: Kelompok Sosial (Oleh Nathanael C.P(XI IPS 1/23))

1. Faktor pembentuk

1.1. 1. Pengalaman praktis (didasarkan pada aktivitas manusia dalam memenuhi keinginan, hasrat, dan atau kebutuhannya) seperti: bekerja

1.2. 2. Pengalaman intelektual (didasarkan pada kapasitas akal seseorang dalam memahami suatu hal) seperti: profesi (jurnalis, dokter), politik, pendidikan

1.3. 3. Pengalaman emosional (berkaitan dengan pengalaman mental/ psikologis manusia) seperti: kelompok keluarga, kerabat, saudara satu etnis

2. Syarat dan Ciri

2.1. Kriteria menurut Robert K. Merton: 1. Memiliki pola interaksi 2. Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok 3. Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok

2.2. Syarat menurut Soerjono Soekanto: 1. Adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok yang bersangkutan 2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain dalam kelompok itu 3. Ada suatu faktor pengikat yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok sehingga hubungan di antara mereka menjadi erat. Faktor tadi dapat berupa kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama, dan lain-lain 4. Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku yang sama 5. Memiliki sistem dan proses, serta terorganisir

2.3. Ciri-ciri kelompok sosial: 1. Kelompok sosial adalah satu kesatuan yang nyata, dapat dikenal, dan dapat dibedakan kelompok sosialnya 2. Tiap anggota kelompok sosial merasa memiliki kepentingan yang sama dan mempertahankan nilai-nilai hidup yang sama 3. Tiap kelompok sosial memiliki struktur sosial karena terdiri dari individu yang saling terkait satu sama lain berdasar status dan perannya 4. Tiap anggota kelompok sosial memiliki peran-peran yang berbeda 5. Tiap kelompok sosial memiliki norma-norma kelakuan yang mengatur peran anggota

3. Karakteristik Khusus/ Partikularisme dan Esklusivisme Kelompok sosial

3.1. Hubungan antarkelompok

3.1.1. 1. Dimensi Sejarah Dilihat dari dimensi sejarah, hubungan antarkelompok mengarahkan pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antarkelompok. Hubungan ini menimbulkan pembedaan/ stratifikasi etnik, stratifikasi jenis kelamin, dan stratifikasi usia. Stratifikasi etnik dapat terjadi apabila di dalam masyarakat muncul etnosentrisme, persaingan, dan perbedaan kekuasaan.

3.1.2. 2. Dimensi Institusi Dilihat dari dimensi institusi, hubungan antarkelompok dapat berupa institusi politik dan ekonomi. Dalam masyarakat, institusi dapat memperkuat pengendalian sosial, sikap, dan hubungan antarkelompok, serta menghilangkan pola hubungan antarkelompok. Dalam hal ini, hubungan antarkelompok lebih bersifat birokratis dan tidak ada hubungan antarpersonal.

3.1.3. 3. Dimensi Gerakan Sosial Dilihat dari dimensi gerakan sosial, hubungan antarkelompok sering melibatkan gerakan sosial. Gerakan sosial ini dapat diprakarsai oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun yang mempertahankan keadaan. Contohnya: gerakan perempuan yang menentang kekerasan terhadap perempuan.

3.1.4. 4. Dimensi Perilaku Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antarkelompok terwujud dalam interaksi dengan anggota kelompok lain. Salah satu bentuk perilaku yang ditampilkan adalah diskriminasi yang ditujukan pada anggota berbagi kelompok. Menurut Banton, diskriminasi yang didefinisikan sebagai perlakuan berbeda terhadap orang yang termasuk dalam kelompok tertentu mewujudkan jarak sosial.

3.1.5. 5. Dimensi Perilaku Kolektif Hubungan antarkelompok sering berwujud perilaku kolektif. Perilaku kolektif merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar orang, bukan tindakan individu semata. Perilaku kolektif dipicu oleh rangsangan yang sama. Menurut Light, Keller dan Calhun, rangsangan ini dapat terdiri atas suatu peristiwa, benda, dan ide.

3.1.6. 6. Dimensi Sikap Dilihat dari dimensi sikap, hubungan antarkelompok sering memunculkan sikap atau perilaku yang berbeda. Dimensi sikap ini dapat juga memunculkan sikap partikular (partikularisme) dan eksklusif (eksklusivisme).

3.2. Partikularisme

3.2.1. Partikularisme Adapun menurut Craig Stortie, partikularisme berkaitan dengan bagaimana seseorang berperilaku dalam situasi tertentu. Orang tersebut akan memperlakukan keluarga, teman, dan in-group-nya sebaik yang dia bisa, danmembiarkan orang lain mengurus dirinya sendiri (dengan asumsi mereka akan dilindungi in-group mereka sendiri). In-group dan out-group seseorang dengan demikian dibedakan dan akan selalu ada pengecualian untuk orang-orang tertentu. Menjadi adil menurut orang tersebut adalah memperlakukan setiap orang secara unik/ berbeda. Contoh dari partikularisme adalah seorang pimpinan di suatu perusahaan konstruksi hanya mau memperkerjakan buruh yang berasal dari kampungnya sendiri. Kecenderungan partikularisme adalah mementingkan pribadi atau kelompok di atas kepentingan bersama. Secara sosiologis, sikap dan pandangan partikularisme ini cenderung memicu konflik apabila kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang majemuk dan heterogen. Partikularisme juga dapat menghambat integrasi sosial dan nasional.

3.3. Eksklusivisme

3.3.1. Eksklusivisme dalam KKBi adala paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat. Contohnya, seorang anak orang kaya yang hanya mau bergaul dengan orang yang memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang sama. Dampak negatif eksklusivisme antara lain membuat seseorang menganggap kepentingan kelompok sendiri menjadi satu-satunya hal yang penting. Secara sosiologis, cara pandang dan sikap eksklusivisme mempunyai sisi positif dan negatif. Dari sisi positif, masyarakat dapat tetap mempertahankan kebudayaan kelompoknya karena mereka menganggap kebudayaannya paling baik dan wajib dipertahankan. Tujuannya adalah agar tidak dipengaruhi budaya lain sehingga muncul sikap defensif guna menjaga kebudayaannya tetap eksis. Dari sisi negatif, mereka sangat tertutup pada pengaruh budaya lain sehingga sangat sulit melakukan berbagai perubahan yang bersifat progresif.

4. Dinamika

4.1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonedia, dinamika kelompok adalah gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang dalam masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan. Maka, dinamika kelompok dapat dimaknai sebagai gerak sekumpulan orang yang saling berhubungan dan memiliki tujuan bersama yang dapat menimbulkan perubahan dalam masyarakat.

4.2. Dalam perkembangannya, ada berbagai indikator yang dapat digunakan untuk mengukur dinamika kelompok sebagai berikut: 1. Adaptasi Kelompok Proses adaptasi suatu kelompok akan berjalan dengan baik jika setiap individu dan kelompok memiliki keterbukaan dalam menerima informasi baru. Selain itu, tiap anggota kelompok dapat menerima berbagai gagasan dari anggota lain tanpa saling terganggu satu sama lain. 2. Pencapaian Tujuan Kelompok Dalam mencapai tujuan kelompok diharapkan tiap anggota kelompok mampu meunjukkan pengetahuan dan kemampuannya kepada anggota kelompok. Selain itu, tiap anggota kelompok mampu menjalin relasi dengan berbagai pihak serta menunda egonya demi tercapainya tujuan bersama.

4.3. 1. Faktor intern atau faktor dari dalam: a. Konflik antarindividu atau sebaga akibat dari adanya ketidakseimbangan kekuatan dalam kelompok tersebut b. Adanya perbedaan kepentingan sehingga menimbulkan ketidakadilan atau ketidakseimbangan pada anggota kelompok c. Adanya perbedaan paham dari tiap anggota kelompok dalam upaya memenuhi berbagai tujuan kelompok

4.4. 2. Faktor ekstern atau faktor dari luar: a. Perubahan situasi atau keadaan di mana kelompok tersebut hidup. Misalnya berkaitan dengan situasi sosial ekonomi kelompok. Situasi ini juga dapat berupa ancaman yang datang dari luar sehingga dapat menimbulkan perubahan. Perubahan ini dapat berupa rasa persatuan dalam diri anggota kelompok b. Pergantian anggota kelompok akan memengaruhi perubahan kelompok. Dalam hal ini, beberapa anggota akan mengalami keguncangan (shock) ketika ditinggal oleh salah satu anggota kelompok Dari uraian di atas, dapat disimak bahwa pada umumnya kelompok sosial tidak pernah berjalan di tempat (stabil/stagnan) dan bukan merupakan kelompok statis. Kelompok sosial senantiasa mengalami perkembangan dan perubahan, hanya saja kecepatannya berbeda-beda antara satu kelompok dengan kelompok lain.

4.5. Penyebab suatu kolektiva menjadi agreasif antara lain adalah: 1. Dalam jangka waktu yang lama mengalami frustasi 2. Adanya ketersinggungan 3. Merasa dirugikan 4. Muncul ancaman yang berasal dari luar 5. Adanya perlakuan yang tidak adil 6. Bidang-bidang yang bersifat sensitif terkena imbas

4.6. Fungsi dinamika sosial: 1. Menciptakan kerja sama di antara anggota kelompok sehingga akan menguntungkan satu sama lain 2. Memudahkan penyelesaian pekeraan yang dihadapi 3. Memberikan kesempatan kepada semua orang untuk memberikan kontribusi, gagasan, atau pendapat

5. 6. Johnson Kelompok sosial adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan cara-cara yang terpola, dan dikenali sebagai sebuah kelompok oleh mereka sendiri dan oleh orang lain

6. Soerjono Soekanto mendefinisikan publik sebagai suatu kelompok yang tidak menjadi satu kesatuan. Sama seperti keumunan yang merupakan kumpulan orang dengan perhatian yang sama, tetapi publik tidak berkumpul dalam suatu tempat tertentu, melainkan tersebar dan interaksi yang terjalin dalam publik bersifat tidak langsung, misalnya melalui media: surat kabar, radio, televisi, telepon. Publik adalah individu-individu yang menjalin interaksi melalui media/ saluran komunikasi. Contoh publik: seluruh pemirsa televisi yang menyaksikan kampanye presiden melalui televisi. Publik memiliki ciri sebagai berikut: a. Bukan merupakan kelompok kesatuan b. Interaksi berlangsung melalui media massa c. Mempunyai minat yang sama pada suatu isu, tetapi tidak menjamin adanya kesamaan pendapat d. Bersifat berusaha menguasai suatu isu/ masalah e. Adanya kecenderungan berpikir rasional

6.1. a. Kelompok Vested Interest Sekumpulan orang yang telah memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat dan bersifat ingin mempertahankan keadaan yang telah ada, sehingga kelompok ini bersikap pro.

6.2. b. Kelompok New Corner Sekumpulan orang yang ingin memperjuankan tujuan/ kepentingan baru, berupaya merebut kedudukan yang telah mapan dalam suatu masyarakat, sehingga bersikap kontra.

6.3. c. Kelompok Pasif Sekumpulan orang yang hanya memiliki minat, tetapi belum menetapkan posisi/ pendiriannya dalam suatu isu/ masalah.

7. 1. Bagi Individu a. Sarana pendidikan b. Sarana menjalin hubungan sosial c. Sarana pemecahan masalah

8. Definisi menurut para ahli

8.1. 1. Soerjono Soekanto: Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling memengaruhi

8.2. 2. Mayor Polak Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berhubungan dalam sebuah struktur.

8.3. 3. Wila Huky Kelompok sosial merupakan suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi

8.4. 4. Robert K. Merton Kelompok sosial adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan

8.5. 5. Roland L. Warren Kelompok sosial meliputi sejumlah manusia yang berinteraksi dan memiliki pola interaksi yan dapat dipahami oleh anggotanya secara keseluruhan

8.6. 7. Giddens Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain secara teratur

9. Fungsi

9.1. 2. Bagi Masyarakat a. Pembentukan struktur sosial dalam masyarakat b. Pembentukan nilai dan norma masyarakat c. Sebagai pengawasan sosial

10. Klasifikasi

10.1. Kelompok sosial teratur

10.1.1. Solidaritas mekanik Dan organik

10.1.1.1. a. Solidaritas Mekanik Solidaritas mekanik merupakan ciri dari masyarakat yang masih sederhana dan belum mengenal pembagian kerja. Tiap-tap kelompok dapat memenuhi keperluan mereka masing-masing tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok dari luar.

10.1.1.2. b. Solidaritas Organik Soidaitas organik merupakan bentuk solidaritas masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja. Bentuk solidaritas ini bersifat mengikat, sehingga unsur-unsur dalam masyarakat tersebut saling bergantung. Oleh karena adanya ketergantungan ini, ketiadaaan salah satu unsur akan megakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup bermasyarakat.

10.1.2. Paguyuban dan Patembayan

10.1.2.1. a. Paguyuban atau Gameinschaft Merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggotaanggotanya memiliki hubungan batin yang kuat, bersifat alamiah dan kekal. Contohnya hubungan yang terdapat dalam keluarga, kelompok kekerabatan, dan hubungan dengan tetangga pada masyarakat tradisional atau pada masyarakat pedesaan. Ciri-ciri: 1) Intim, pribadi, dan eksklusif (terbatas/tertutup) 2) Suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir

10.1.2.1.1. 1) Gameinschaft by blood: mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan/keturunan. Contoh: keluarga dan kelompok kekerabatan

10.1.2.1.2. 2) Gameinschaft by place: terdiri atas orang-orang yang berdekatan tempat tinggal atau tempat bekerjanya, sehingga mendorong orang untuk berhubungan secara intim satu sama lain dan mengacu pada kehidupan bersama di pedesaan. Contoh: rukun tetangga dan rukun warga

10.1.2.1.3. 3) Gameinschaft by mind: hubungan persahabatan yang disebabkan anggotanya memiliki keahlian, pekerjaan, atau pandangan yang sama, sehingga mendorong orang untuk saling berhubungan secara teratur.

10.1.2.2. b. Patembayan atau Gesellschaft Merupakan kehidupan publik sebagai sekumpulan orang yang hadir bersama, tetapi setiap orang tetap mandiri. Patembayan bersifat sementara dan semu. Contohnya dalam dunia organisasi industri atau politik

10.1.3. Kelompok primer Dan sekunder

10.1.3.1. a. Menurut Cooley (Kamanto Sunarto, 2004), dalam masyarakat terdapat kelompok primer, yang ditandai dengan pergaulan, kerja sama, dan tatap muka yang intim. Ruang lingkup terpenting kelompok primer adalah keluarga atau kerabat. Pergaulan yang intim ini menghasilkan keterpaduan individu dalam satu kesatuan, membuat seseorang hidup dan memiliki tujuan kelompok bersama.

10.1.3.2. b. Menurut Faris, ada pula kelompok sekunder. Ia mengkritik Cooley yang hanya menjelaskan kelompok primer. Menurut Faris, di masyarakat juga terdapat kelompok sekunder yang formal, tidak pribadi, dan berciri kelembagaan. Contoh: koperasi dan partai politik.

10.1.4. Kelompok In-group Dan out-group

10.1.4.1. a. Menurut sosiolog Soerjono Soekanto, sikap in-group ditandai dengan faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggotaanggota kelompok. Lalu menurut Sumner (Kamanto Sunarto, 2004), di kalangan kelompok dalam atau in-group, dapat dijumpai persahabatan, kerja sama, keteraturan, dan kedamaian.

10.1.4.2. b. Sikap out-group selalu ditandai dengan antipati atau antagonisme ketika berhubungan dengan kelompok dalam atau in-group, sehingga akan muncul rasa kebencian, permusuhan, perang, atau kejahatan.

10.1.5. Membership group Dan reference group

10.1.5.1. a. Menurut Merton, membership group adalah kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota dari kelompok tersebut. Namun, batas batas keanggotaan seseorang tidak dapat dilakukan secara mutlak karena situasi yang tidak tetap akan memengauhi derajat interaksi dalam kelompok. Ukuran utama keanggotaan seseorang pada kelompok adalah tingkat interaksinya dengan kelompok tersebut.

10.1.5.2. b. Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang secara psikologis, sehingga dapat membentuk pribadi dan perilakunya. Seseorang tidak perlu menjadi anggota dari suatu kelompok untuk menjadikan kelompok tersebut sebaai acuan pribadi dan perilakunya. Nilai nilai, standar, dan keyakinan kelompok yang menjadi acuan (reference) seseorang membimbing dirinya dalam bersikap dan menilai tindakannya.

10.1.5.2.1. a. Tipe normatif: menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang. Tipe ini merupakan sumber nilai bagi individu. Contoh: anggota angkatan bersenjata berpegang teguh pada tradisi yang dipelihara veteran dari angkatan bersenjata tersebut.

10.1.5.2.2. b. Tipe perbandingan: merupakan pegangan bagi individu dalam menilai kepribadiannya. Tipe ini lebih kepada perbandingan untuk menentukan kedudukan seseorang. Contoh: status ekonomi seseorang dibandingkan dengan orang lain di lingkungannya.

10.1.6. Kelompok formal Dan informal

10.1.6.1. a. Kelompok formal adalah kelompok yang memiliki aturan tegas dan kelompok ini sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan antarsesama anggota kelompoknya dengan memiliki struktur dan administrasi yang pasti. Contohnya: organisasi.

10.1.6.2. b. Kelompok informal adalah kelompok yang tidak memiliki organisasi dan struktur yang pasti. Kelompok ini umumnya terbentuk atas dasar intensnya pertemuan di antara anggota kelompok yang memiliki pengalaman dan kepentingan yang sama. Contoh: grup pertemanan atau klik (kelompok kecil).

10.1.7. Kelompok okupasional Dan volunter

10.1.7.1. a. Kelompok okupasional adalah kelompok yang tercipta karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan. Kelompok ini terdiri atas berbagai profesi atau memiliki pekerjaan yang sama. Anggota kelompok ini biasanya memiliki aturan atau pedoman daam bertingkah laku, yaitu berupa kode etik. Ketika anggota kelompok melanggar kode etik tersebut, anggota kelompok lain bertugas untuk menilai. Contoh: IDI atau Ikatan Dokter Indonesia dan asosiasi pekerja.

10.1.7.2. b. Kelompok volunter adalah kelompok yang terdiri atas berbagai anggota yang memiliki kepentingan yang sama juga. Namun, yang membedakan kelompok ini dengan kelompok okupasional adalah keberadaan kelompok ini tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat.

10.2. Kelompok sosial tidak teratur

10.2.1. Kerumunan

10.2.1.1. Kerumunan sosial (crowd) adalah sekumpulan orang yang berkumpul secara bersamaan dan kebetulan dalam waktu dan tempat yang sama karena sesuatu yang menarik perhatian bersama. Kerumunan memiliki ciri sebagai berikut menurut Narwoko (2010): a. Adanya kehadiran individu secara fisik dengan ukuran sejauh mata memandang dan telinga mendengar. Dengan begitu, kerumunan bersifat sementara atau tak berlangsung lama b. Tidak terorganisir. Artinya, tidak ada struktur/pembagian kerja/status. Orang yang hadir dalam kerumunan itu terlepas dari identitas pribadinya, serta interaksinya bersifat spontan dan tidak terduga

10.2.1.1.1. Menurut Davis: a. Kerumunan yang Bersifat Sementara (Casual Crowds) 1) Kerumunan kurang menyenangkan (inconvienent aggregations), di mana kehadiran orang lain menjadi pengahalang. Contoh: antrean bus, halte, karcis 2) Kerumunan orang panik (panic crowds), di mana orang saling berusaha menyelamatkan diri. Ct: bencana 3) Kerumunan penonton (spectator crowds), di mana orang ingin melihat sesuatu/ pertunjukan. Contoh: penonton pertandingan olahraga

10.2.1.1.2. b. Kerumunan yang Berartikulasi dengan Struktur Sosial 1) Khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audiences), di mana kerumunan memiliki pusat perhatian dan persamaan tujuan, tp bersifat pasif. Contoh: hadirin suatu ceramah agama atau seminar 2) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group), di mana orang berkumpu untuk meredakan ketegangan karena rutinitas. Contoh: pesta

10.2.1.1.3. c. Kerumunan yang Berlawanan dengan Norma Hukum (Lawless Crowds) 1) Kermunan yang bertindak emosioanl (acting mobs), di mana orang memerjuangkan tujuan/hak menggunakan kekuatan fisik yang mana melanggar norma 2) Kerumunan yang bersifat imoral (immoral crowds), hampir sama dg kelompok ekspresif, tetapi sekaligus di mana orang melakukan aktivitas yg tidak sesuai standar moral/norma masyarakat. Contoh: orang mabuk

10.2.1.1.4. Menurut Mayor Polak: a. Kerumunan yang Menjadi Aktif Kerumunan dapat bersifat revolusioner (menuntut perubahan) atau reaksioner. Bersifat spontan, emosional dan impulsif, serta tak ada pembagian kerja dan aturan, sehingga bersifat merusak/destruktuf. Contoh: pemberontakan Bastille

10.2.1.1.5. b. Kerumunan yang Tinggal Ekspresif Tidak mengenal pusat perhatian atau tujuan, hanya mengenal emosi/hiburan, sehingga tidak bersifat merusak/destruktif.

10.2.2. Publik

10.2.3. Massa

10.2.3.1. Merupakan kumpulan orang yang memiliki kehendak atau pandangan yang sama, serta mengikuti kejadian dan peristiwa penting. Massa juga menggunakan alat komunikasi modern seperti publik. Massa memiliki ciri sebagai berikut: a. Bersifat anonim dan heterogen b. Adanya sikap kurang kritis dan mudah percaya pada pihak lain c. Tidak bisa bertindak secara teratur karena ikatan sosialnya sangat longgar

10.2.3.1.1. Massa Konkret 1) Mempunyai potensi yang dinamis, sehingga dapat menimbulkan gerakan massa 2) Adanya persamaan kehendak dan pandangan

10.2.3.1.2. b. Massa Abstrak Kumpulan orang yang belum diikat oleh kesaturan kehendak dan pandangan. Massa abstrak merupakan embrio dari massa konkret, tetapi tergantung pada situasi dan kondisi d mana massa itu terbentuk

11. Pola hubungan Antarkelompok

11.1. 1. Akulturasi Terjadi ketika kebudayaan kedua kelompok ras yang bertemu mulai berbaur dan berpadu. Akulturasi terjadi tidak hanya pada masyarakat yang posisinya sama, tetapi juga pada masyarakat yang posisinya berbeda. Dalam proses akulturasi, terjadi pula dekulturasi, contohnya hilangnya kebudayaan asli daerah akibat interaksi paksa oleh pemerintah kolonial Belanda.

11.2. 2. Dominasi Terjadi jika suatu kelompok ras menguasai kelompok lain. Contohnya, kedatangan bangsa Eropa ke Benua Afrika dan Asia untuk memperoleh sumber alam yang dilanjutkan dengan dominasi atas penduduk setempat. Dalam ikatan dengan dominasi, Komblum menyatakan bahwa terdapat empat macam kemungkinan proses yang dapat terjadi dalam suatu hubungan antarkelompok, yaitu genosida, pengusiran, perbudakan, segregasi, dan asimilasi.

11.2.1. a. Genosida adalah pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota kelompok tertentu. Contohnya, pembunuhan orang Yahudi oleh pemerintahan Nazi Jerman b. Pengusiran. Contohnya, pengusiran warga Palestina oleh pemerintah Israel dari tepi barat Sungai Jordan c. Perbudakan. Contohnya, sistem kerja rodi yang dilakukan pada penjajahan Jepang di Indonesia (Hindia Belanda) d. Segregasi, yaitu pemisahan antara warga kulit putih dan hitam di Afrika Selatan pada masa politik Apartheid e. Asimilasi, yaitu interaksi antara dua kelompok yang berbeda kebudayaan sehingga memunculkan kebudayaan campuran, yang baru dari dua kebudayaan yang terlibat

11.3. 3. Paternalisme Adalah suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas kelompok ras pribumi. Pola ini muncul apabila kelompok pendatang yang secara politik lebih kuat, mendirikan koloni di daerah jajahan. Dalam pola hubungan ini, Michael Banton membedakan 3 macam masyarakat: a. Masyarakat metropolitan (di daerah asal pendatang) b. Masyarakat kolonial yang terdiri atas para pendatang dan sebagian dari masyarakat pribumi c. Masyarakat pribumi yang dijajah

11.4. 4. Integrasi Adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait dengan seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu dan tidak berkaitan dengan bidang pekerjaan atau status yang diraih dengan usaha.

11.5. 5. Pluralisme Adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan hak politik dan hak perdata masyarakat. Akan tetapi, pola hubungan itu lebih terfokus pada kemajemukan kelompok ras daripada pola integrasi. Menurut J. S. Furnivall, masyarakat majemuk adalah masyarakat yang di dalamnya terdapat berbagai kelompok berbeda. Tiap kelompok tersebut tercampur, tetapi tidak membaur. Contohnya, masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Belanda yang terdiri atas tiga kelompok ras (Eropa, Timur Asing/Cina, dan pribumi) yang hidup berdampingan, tetapi terpisah oleh berbagai gap/sekat.

11.6. Stanley Lieberson, mengklasifikasi pola hubungan antarkelompok menjadi dua pola berikut: 1. Pola dominasi kelompok pendatang atas pribumi (migrant superordination). Contohnya adalah kedatangan bangsa Eropa ke Benua Asia, Afrika, dan Amerika 2. Pola dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang (indigenous superordination). Contohnya adalah dominasi kelompok kulit putih Perncis atas kelompok pendatang Aljazair, Tiongkok, ataupun Turki.