Teks Imajinatif
by Endang Kurniawan
1. Struktur
1.1. orientasi, komplikasi, resolusi, koda (IIP)
1.2. Orientasi, Komplikasi, dan Resolusi (Dewi Kurniasih)
1.3. 1. Orientasi, 2. Komplikasi, 3. Resolusi, dan 4. Koda (Dede Melda)
1.4. 1. Orientasi Setiap cerita tentu memiliki bagian pembuka di mana berisi pengenalan tokoh, latar (tempat, waktu, suasana), watak tokoh, atau konflik. Nah, bagian pembuka ini disebut dengan nama orientasi. Pembaca akan mengetahui dasar cerita dan juga karakter-karakter yang terlibat di dalam cerita beserta watak dan sifatnya. Selain itu, awal mula konflik juga mulai diperlihatkan di bagian orientasi untuk membawanya ke bagian komplikasi. 2. Komplikasi Setelah pembaca mengenal tokoh, watak, latar, dan juga awal mula terjadinya konflik, cerita imajinasi akan memasuki bagian yang dinamakan komplikasi. Bagian komplikasi berisi hubungan sebab akibat sehingga memunculkan masalah, masalah menjadi semakin rumit, dan masalah mencapai puncaknya. 3. Resolusi Hampir tidak ada cerita yang tidak memiliki akhir atau resolusi. Usai konflik terjadi begitu hebat dan mencapai puncak, terdapat penurunan konflik yang menuju penyelesaian. Bagian ini disebut dengan resolusi. Bagian resolusi berisi penyelesaian masalah dari konflik yang terjadi dan timbulnya kesadaran tokoh. Biasanya di bagian ini pembaca dapat memetik pelajaran dari cerita imajinasi tersebut. (Adun Ibrahim)
1.5. 1. Orientasi Setiap cerita memiliki bagian pembuka di mana berisi pengenalan tokoh, latar (tempat, waktu, suasana), watak tokoh, atau konflik. Bagian pembuka ini disebut dengan nama orientasi. Pembaca akan mengetahui dasar cerita dan karakter-karakter yang terlibat di dalam cerita beserta watak dan sifatnya. Selain itu, awal mula konflik mulai diperlihatkan di bagian orientasi untuk membawanya ke bagian komplikasi. 2. Komplikasi Setelah pembaca mengenal tokoh, watak, latar, dan awal mula terjadinya konflik, cerita imajinasi akan memasuki bagian yang dinamakan komplikasi. Bagian komplikasi berisi hubungan sebab akibat sehingga memunculkan masalah, masalah menjadi makin rumit, dan masalah mencapai puncaknya. 3. Resolusi Hampir tidak ada cerita yang tidak memiliki akhir atau resolusi. Usai konflik terjadi begitu hebat dan mencapai puncak, terdapat penurunan konflik yang menuju penyelesaian. Bagian ini disebut dengan resolusi. Bagian resolusi berisi penyelesaian masalah dari konflik yang terjadi dan timbulnya kesadaran tokoh. Biasanya di bagian ini pembaca dapat memetik pelajaran dari cerita imajinasi tersebut. ( Eha Yaniarti Banten)
2. Aspek Kebahasaan
2.1. 1. kata ganti, 2. kata depan, 3. pemilihan kata bermakna kias dan khusu, 4. kata hubung (Iwa)
2.2. 1. Kata ganti, 2. pemilihan kata bermakna kias dan khusus, 3 . kata sambung penanda urutan waktu, 4. penggunaan kata atau ungkapan keterkejutan, 5. penggunaan dialog atau kalimat langsung dalam (Dede Melda
2.3. 1. Penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan. 2. Penggunaan kata yan mencerap pancaindra untuk deskripsi latar (tempat, waktu, suasana) 3. Menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus. 4. Menggunakan kata sambung penanda urutan waktu. 5. terdapat ungkapan keterkejutan. 6. terdapat dialog atau kalimat langsung. (Dewi Kurniasih)
2.4. 1. Penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan. 2. Penggunaan kata yan mencerap pancaindra untuk deskripsi latar (tempat, waktu, suasana) 3. Menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus. (Eha Yaniarti Banten)
2.5. Adapun kebahasaan dalam teks cerita imajinasi adalah sebagai berikut. samb 1. Banyak menggunakan kalimat bermakna urutan waktu (lampau) yang ditandai oleh fungsi-fungsi keterangan yang bermakna lampau, seperti ketika itu, beberapa tahun yang lalu, telah terjadi. 2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula mula, kemudian. 3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang menawari, melompat, menghindar. 4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan, menceritakan, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan. 5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami. 6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda ("...") dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung. Contoh: a. Alam berkata, "Jangan diam saja, segera temul orang itul", b. "DI mana keberadaan temanmu sekarang?" tanya Anl pada temannya, c. "Tidak. Aku tidak setuju dengan pendapatmnull" teriak Lani. 7 Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. (Adun Ibrahim)
3. pengertian
3.1. Sebuah karya sastra yang dibangun dengan menggunakan alur cerita normal tetapi memiliki sifat imajinasi atau khayal (Ola)
3.2. Teks narasi dapat diartikan teks yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa hasil rekaan dan khayalan dari seseorang penulis (Dede Melda)
3.3. Teks imajinasi merupakan bagian cerita narasi yang megisahkan suatu kejadian atau peristiwa. (Dewi Kurniasih)
3.4. Teks narasi atau cerita imajinasi merupakan jenis teks yang memaparkan rangkaian kejadian yang unik dan menghibur hasil imajinasi penulis atau perpaduan fakta dengan imajinasi penulis. (Adun Ibrahim)
3.5. Teks narasi atau cerita imajinasi merupakan jenis teks yang memaparkan rangkaian kejadian yang unik dan menghibur hasil imajinasi penulis atau perpaduan fakta dengan imajinasi penulis (Eha Yaniarti, Banten).
4. Ciri-ciri
4.1. 1. Ada keajaiban/keanehan/kemisteriusan n. 2. ide cerita terbuka terhadap daya khayal penulis. 3. tidak dibatasi oleh realitas atau kehidupan nyata. 4. menggunakan berbagai latar. (lintas ruang dan waktu) 5. tokoh unik memiliki kesaktian. 6. bersifat fiksi. 7 bahasa menggunakan sinonim dengan emosi kuat dan variasi kata cukup menonjol. Kelompok 1: Adun Ibrahim.
4.2. 1.Terdapat keajaiban/keanehan/kemisteriusan n. 2. ide cerita terbuka terhadap daya khayal penulis. 3. tidak dibatasi oleh realitas atau kehidupan nyata. 4. menggunakan berbagai latar. (lintas ruang dan waktu) 5. tokoh unik memiliki kesaktian. 6. bersifat fiksi. 7 bahasa menggunakan sinonim dengan emosi kuat dan variasi kata cukup menonjol. (Dewi Kurniasih)
4.3. 1. Cerita Fantasi Mengandung Keajaiban/Keanehan/ Kemisteriusan. 2. Cerita Fantasi Memiliki Ide Cerita. 3. Cerita Fantasi Menggunakan Latar Lintas Ruang dan Waktu. 4. Tokoh dalam Cerita Fantasi Unik atau Memiliki Kesaktian. 5. Cerita Fantasi Bersifat Fiksi. (Dede Melda)
4.4. Ada keajaiban/keanehan/kemisteriusan n. 2. ide cerita terbuka terhadap daya khayal penulis. 3. tidak dibatasi oleh realitas atau kehidupan nyata. 4. menggunakan berbagai latar. (lintas ruang dan waktu) 5. tokoh unik memiliki kesaktian. 6. bersifat fiksi. 7 bahasa menggunakan sinonim dengan emosi kuat dan variasi kata cukup menonjol. ( Eha Yaniarti Banten)
5. fungsi
5.1. Fungsi teks cerita imajinasi adalah mengembangkan kemampuan jiwa untuk menguatkan nilai normatif dan nilai estetis. Fungsi lainnya sebagai media untuk penyebaran anggapan inovatif kerentanan rasa, kestabilan visi. (Dede Melda)
5.2. Umumnya, kesan yang didapat setelah membaca cerita imajinasi adalah sangat menyenangkan karena bisa membayangkan kejadian-kejadian dan hal-hal yang tidak bisa dilihat di dunia nyata. Angan-angan kita terasa terbang mengikuti imajinasi sang penulis. Selain itu, banyak juga pelajaran dan hikmah yang dapat dipetik setelah membaca cerita imajinasi. (Adun Ibrahim)
5.3. Fungsi teks cerita imajinasi adalah mengembangkan kemampuan jiwa untuk menguatkan nilai normatif dan nilai estetis. Fungsi lainnya sebagai media untuk penyebaran anggapan inovatif kerentanan rasa, kestabilan visi. (Eha Yaniarti, Banten)
5.4. berfungsi sebagai hiburan, pelajaran, dan hikmah yang dapat dioeroleh dari isi teks imajinasi. (Dewi Kurniasih)
6. Unsur-unsur pembangun teks imajinatif
6.1. 1. tema, 2. penokohan, 3. alur, 4. sudut pandang, 5. latar, 6 amanat (Ina)
6.2. Unsur Pembangun ada dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik : tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, dan sudut pandang. Unsur ekstrinsik: Agama, budaya, adat istiadat pengarang yang membangun teks dari luar karya itu. (Dede Melda)
6.3. Unsur Pembangun ada dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik : tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, dan sudut pandang. Unsur ekstrinsik: Agama, budaya, adat istiadat pengarang yang membangun teks dari luar karya itu. (Eha Yaniarti, Banten)
6.4. Unsur Intrinsik dan ekstrinsik. (Dewi Kurniasih)
6.5. Unsur-unsur cerita imajinasi terdiri atas ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri seperti tema, latar, penokohan, sudut pandang, amanat, alur, dan konflik. Dan unsur ekstrinsik meliputi bahasa, latar belakang pengarang, nilai-nilai yang terkandung dalam cerita imajinasi. (Adun Ibrahim)