Get Started. It's Free
or sign up with your email address
PUISI by Mind Map: PUISI

1. Definisi

1.1. sebuah karya sastra berwujud tulisan yang didalamnya terkandung irama, rima, ritma dan lirik dalam setiap baitnya.

2. Puisi Lama

2.1. Definisi

2.1.1. Puisi yang masih terikat oleh kaidah dan aturan-aturan penulisan yang berlaku.

2.2. Jenis

2.2.1. Mantra

2.2.1.1. Mantra adalah ucapan yang dianggap sakral dan memiliki kekuatan gaib, umumnya digunakan dalam upacara tertentu seperti mantra yang digunakan untuk menolak datangnya hujan dan sebaliknya.

2.2.1.2. Ciri : 
 - Mantra terdiri atas beberapa rangkaian kata yang memiliki irama
Isi dari mantra berhubungan dengan kekuatan gaib - Berbentuk puisi yang isi dan konsepnya menggambarkan kepercayaan suatu masyarakat pada saat itu
 - Mantra dibuat dan diamalkan untuk tujuan tertentu 
- Mantra mengandung rayuan dan perintah
 - Mantra mementingkan keindahan permainan bunyi

2.2.1.3. Contoh : 
 Sihir lontar pinang lontar
 terletak diujung bumi jembalang buta 
 aku sapa tidak berbunyi

2.2.2. Pantun

2.2.2.1. Pantun adalah ungkapan perasaan dan pikiran disusun dengan kata-kata hingga sedemikian rupa sehingga menarik untuk didengar atau dibaca.

2.2.2.2. Ciri : 
- Memiliki sajak a-a-a-a atau a-b-a-b 
 - Setiap baitnya terdiri dari empat baris
 - Tiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata - 
Dua baris awal sebagai sampiran, dua baris berikutnya sebagai isi.

2.2.2.3. Contoh : 
 Jalan-jalan kepasar johar
 jangan lupa membeli duku
 jika kamu ingin pintar 
jangan lupa membaca buku

2.2.3. Talibun

2.2.3.1. Talibun adalah puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris)

2.2.3.2. Ciri :
 - Memiliki jumlah baris yang selalu genap dalam setiap baitnya. biasanya terdiri dari enam, delapan, sepuluh baris maupun kelipatan dua lainnya.
 - Bersajak abc-abc, abcd-abcd, dan abcde-abcde, dan seterusnya
 - Gaya bahasa yang digunakan luas dan menekankan pada bahas pengulangan yang berima.
 - Terdiri atas sampiran dan isi

2.2.3.3. Contoh :
 Mentari kini tengah berseri→ sampiran; berima akhir -i (a).
 Begitu terang sangat sinarnya→ sampiran; berima akhir -nya (b).
 Membuat silau di ini pandang→ sampiran; berima akhir -ang (c). 
Membuat mata sedikit merah→ sampiran; berima akhir -ah (d). 
Pak Tua memang sangatlah sakti→ isi; berima akhir -i (a).
 Pohon pun dapat ditumbangkannya→ isi; berima akhir -nya (b).
 Dengan kakinya pohon pun tumbang→ isi; berima akhir -ang (c).
 Tumbang tersungkur jatuh ke tanah→ isi; berima akhir -ah (d).

2.2.4. Syair

2.2.4.1. Syair adalah puisi lama berasal dari Arab yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) berakhir dengan bunyi yang sama.

2.2.4.2. Ciri :
 - Biasanya syair menceritakan sebuah kisah dan didalamnya akan terkadung amanat atau nasehat.
 - Tiap bait bersajak aa-aa
 - Semua baris adalah isi
 - Setiap bait terdiri atas empat baris
 - Bahasanya biasanya kiasan.
 - Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata

2.2.4.3. Contoh : 
 Pada zaman dahulu kala (a) 
Tersebutlah sebuah cerita (a)
 Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
 Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

2.2.5. Karmina

2.2.5.1. Karmina adalah pantun yang sangat pendek atau biasa disebut dengan pantun kilat. Sering dipakai untuk teka-teki

2.2.5.2. Ciri :
 - satu bait terdiri dari dua baris
 - bersajak a-a
antara baris pertama dan kedua tidak mempunyai hubungan sebab-akibat - 
Pada setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata atau 4 kata

2.2.5.3. Contoh : 
Sudah garahu cendana pula 
Sudah tahu bertanya pula.

2.2.6. Guridam

2.2.6.1. Gurindam adalah puisi yang hanya terdapat dua baris kalimat saja dalam setiap baitnya,

2.2.6.2. Ciri : -
memiliki sajak a-a
memiliki nasehat atau amanat. - 
kedua baris merupakan kalimat majemuk dan mempunyai hubungan sebab-akibat
 - Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.

2.2.6.3. Contoh :
 Kurang pikir kurang siasat
 tentu dirimu kelas sesat

2.2.7. Seloka

2.2.7.1. Seloka adalah puisi Melayu klasik yang didalamnya berisikan tentang perumpamaan ataupun pepatah yang mengandung sindiran, ejekan dan juga senda gurauan.

2.2.7.2. Ciri : - 
Dalam setiap bait terdiri atas 2 baris yang panjang - 
Dalam setiap baris terdiri dari 18 suku kata (yaitu 2×9 suku kata) - Ada hubungan antara isi bait yang satu dengan isi bait berikutnya - 
Seloka tidak terikat dengan persajakan
Isi seloka berupa petuah atau nasihat - 
Pada baris kedua dalam bait terdahulu menjadi baris pertama pada bait berikutnya dan baris keempat dalan - 
bait terdahulu menjadi baris ketiga dalam bait berikutnya

2.2.7.3. Contoh :
 Pergi ke pasar membeli nanas
 Saat dijalan ketemu trantib
 Selalu taatilah lalu lintas
 Supaya jadi pengendara yang tertib

2.3. Ciri

2.3.1. Ciri-ciri Puisi Lama : Tidak diketahui nama pengarangnya (anonym). Penyampaian dari mulut ke mulut, sehingga merupakan sastra lisan. Sangat terikat akan kaidah dan aturan-aturan yang masih berlaku seperti gaya bahasa, diksi, rima, intonasi dan sebagainya. Merupakan karya turun menurun.

2.4. Contoh

2.4.1. Pantun: Keliling kota naik becak, 
meski lama tiada jemu. 
Banyak-banyak engkau membaca, 
Karena membaca kuncinya ilmu.

2.4.2. Seloka: Jalan-jalan ke kota batik 
Naik motor milik si Aan
 Jikalau engkau berkendara dengan baik
Supaya selamat sampai tujuan
 Naik motor milik si Aan
 Siang-siang kena panas 
Supaya selamat sampat tujuan
 Taatilah lalu lintas

2.4.3. Gurindam: Barang siapa tiada memegang agama
 Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
 Maknanya, bahwa sebagai manusia haruslah berpedoman pada agama, karena jika tidak arah hidup orang tersebut tidak akan berguna. 

Barang siapa mengenal yang empat
 Maka dia itulah orang yang ma’rifat
Maknanya, bahwa dalam kehidupan terdapat empat tingkatan yang harus dikenal oleh manusia yaitu Syariat, Tarekat, Hakekat, dan Ma’rifat. Jadi, jika seseorang telah mengenal tingkat yang keempat maka dia akan mengenal Tuhannya.

 Barang siapa mengenal Allah 
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Maknanya, seseorang yang bertaqwa kepada Allah, pasti akan taat pada perintah Allah.

 Barang siapa mengenal diri 
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
 Maknanya, seseorang yang telah mengenal dirinya sendiri, maka ia akan mengenal kekuasaan Tuhan yang sesungguhnya.

 Barang siapa mengenal dunia
 Tahulah ia barang terpedaya 
Maknanya, seseorang yang mengetahui akan kebahagiaan duniawi, maka ia akan tahu bahwa semua hanyalah kesemuan saja. (Raja Ali Haji)

2.4.4. Karmina: Dahulu beras sekarang ketupat
 Orang pemerat tersiksa si akhirat
 Buah durian tajam berduri 
Baca Al Quran tenangkan hati
Ikan salem beli di pasar
 Pipi tembem buatku gusar
 Pergi ke laut asin airnya
 Nyali menciut sebab dia menyapa

2.4.5. Mantra: Sihir lontar pinang lontar 
terletak diujung bumi
 Setan buta jembalang buta 
aku sapa tidak berbunyi

2.4.6. Talibun: Penat sudah daku mendaki Puncak tiada lagi terlihat
 Bulan pun tak lagi ada 
Penat sudah daku mendaki
 Hati sudah tiada lagi kuat Melihat engkau tak lagi nyata

2.4.7. Syair Wahai engkau para pemuda, Engkaulah pewaris bangsa, Giatlah belajar sepanjang masa, Untuk membangun bangsa negara, Ilmu bukanlah untuk harta semata, Ilmu tak akan lekang oleh usia, Sebab ilmu akan membuatmu terjaga, Dan ilmu akan membuatmu dewasa, Belajarlah tanpa malas, Hormatilah semua penghuni kelas, Masa depan perlu kerja keras, Kalau perlu energi terkuras, Hormatilah para guru, Pandanglah sebagai orang tuamu, Ilmu senantiasa akan masuk dalam kalbu, Bersama berkah untuk jiwamu.

3. Unsur Intrinsik

3.1. Tema

3.1.1. gagasan utama dari puisi baik itu yang tersirat maupun yang tersurat.

3.2. Tipografi

3.2.1. tatanan larik, bait, kalimat, frasem kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.

3.3. Amanat

3.3.1. pesan merupakan suatu yang ingin disampaikan oleh penyair melalui karyanya.

3.4. Nada

3.4.1. sikap penyair terhadap pembacanya, misalkan sikap rendah hati, menggurui, mendikte, persuasif dan yang lainnya.

3.5. Rasa

3.5.1. sentuhan perasaan penulisannya dalam bentuk kepuasan, kesedihan, kemarahan, keheranan, dan yang lainnya.

3.6. Perasaan

3.6.1. sikap pengarang terhadap tema dalam puisinya, misalnya konsisten, simpatik, senang, sedih, kecewa, dan yang lainnya.

3.7. Enjambemen

3.7.1. pemotongan kalimat atau frase dengan diakhiri lirik. Kemudian meletakkan potongan itu diawal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberikan tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian-bagian yang berikutnya.

3.8. Kata Konkrit

3.8.1. penggunaan kata-kata yang tepat atau bermakna denotasi oleh penyair.

3.9. Diksi

3.9.1. pilihan kata yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui puisi tersebut.

3.10. Rima

3.10.1. pengindah dalam puisi yang berbentuk pengulangan bunyi baik di awal, tengah, ataupun di akhir.

3.11. Verifikasi

3.11.1. berupa rima dan ritma. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi dan sedangkan ritma adalah tinggi rendahnya, panjang pendeknya, keras lemahnya bunyi dalam puisi.

3.12. Majas

3.12.1. cara penyair menjelaskan pikiran dan perasaannya dengan gaya bahasa yang sangat indah dalam bentuk puisi.

3.13. Cintraan

3.13.1. gambaran-gambaran yang ada di dalam pikiran penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Gambaran pikiran ini merupakan sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang bisa dilihat oleh mata.

3.14. Korespondensi

3.14.1. hubungan yang padau baik antar lirik-lirik dalam bait maupun antarbait yang diikat oleh tema dalam kesatuan logis.

3.15. Imajinasi

3.15.1. khayalan penulis puisi. Khayalan dapat mempengaruhi pembaca sehingga seolah-olah pembaca daqpat melihat, mendengar, merasakan, bahkan ikut larut dalam khayalan tersebut. Dibutuhkan kejelian dan kepekaan terhadap apa yang terjadi disekitar supaya kita dapat membuat puisi yang dapat diterima dengan mudah oleh pembaca.

3.16. Gaya Bahasa

3.16.1. ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya kepada publik. Baik itu penggunaan majasnya, diksi dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya.

4. Puisi Baru

4.1. Definisi

4.1.1. Puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan yang mana bentuknya lebih bebas ddari pada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

4.2. Jenis

4.2.1. Berdasarkan isinya

4.2.1.1. Balada

4.2.1.1.1. Puisi yang berisi kisah atau cerita. Puisi jenis ini terdiri atas tiga (3) bait, yang setiap delapan (8) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Lalu skema berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren pada bait-bait berikutnya.

4.2.1.2. Himne

4.2.1.2.1. puisi pujaan kepada Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-ciri himne adalah lagu pujian yang menghormati seorang dewa, tuhan, pahlawan, tanah air, almamater (pemandu di Dunia Sastra). Semakin berkembangnya zaman, arti himne berubah yang mana pengertian himne sekarang adalah sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap yang dihormati seperti guru, pahlawan, dewa, tuhan yang bernapaskan ketuhanan.

4.2.1.3. Romansa

4.2.1.3.1. puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Arti romansa berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra (perancis "Romantique).

4.2.1.4. Ode

4.2.1.4.1. puisi yang berisi sanjungan untuk orang yang telah berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.

4.2.1.5. Epigram

4.2.1.5.1. puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup. Epigram berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.

4.2.1.6. Eligi

4.2.1.6.1. puisi yang berisi rata tangis atau kesedihan yang berisi sajak atau lagu dengan mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.

4.2.1.7. Satire

4.2.1.7.1. puisi yang berisi sindira/kritik. Istilah berisi bahasa latin Sature yang berarti sindiran; kejaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puasa hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb).

4.2.2. Berdasarkan Bentuknya

4.2.2.1. Distikon

4.2.2.1.1. puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari dua baris (puisi dua seuntai).

4.2.2.2. Terzina

4.2.2.2.1. puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari tiga baris (puisi tiga seuntai).

4.2.2.3. Kuatrain

4.2.2.3.1. puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari empat baris (puisi empat seuntai).

4.2.2.4. Kuint

4.2.2.4.1. puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari lima baris (puisi lima seuntai).

4.2.2.5. Sektet

4.2.2.5.1. puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari enam baris (puisi enam seuntai).

4.2.2.6. Septime

4.2.2.6.1. puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari tujuh baris (puisi tujuh seuntai).

4.2.2.7. Oktaf

4.2.2.7.1. puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari delapan baris (double kuatrain atau puisi delapan seuntai).

4.2.2.8. Soneta

4.2.2.8.1. puisi yang terdiri dari empat belas baris yang terbagi dalam dua, dimana dua bait pertama masing-masing empat baris dan pada dua bait kedua masing-masing tiga baris. Kata soneta berasal dari bahasa Italia yaitu Sonneto. Kata sono berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Puisi soneta diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi yang diambil dari negeri Belanda, sehingga mengapa kedua nama tersebut sebagai"Pelopor/Bapak Soneta Indonesia". Bentuk soneta Indonesia tak lagi patuh pada syarat-syarat soneta yang ada di italia atau Inggris namun soneta Indonesia memiliki kebebasan baik dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barinya (empat belas baris).

4.3. Ciri-Ciri

4.3.1. Memiliki bentuk yang rapi, simetris

4.3.2. Persajakan akhir yang teratur

4.3.3. Menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain

4.3.4. Umumnya puisi empat seuntai

4.3.5. Di setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

4.3.6. Di tiap gatra terdiri baris terdiri dari dua kata (pada umumnya) 4-5 suku kata

5. Periodisasi

5.1. ANGKATAN 20 (ANGKATAN BALAI PUSTAKA/SITI NURBAYA)

5.1.1. Latar Belakang: - Pemerintahan jajahan mendirikan taman bacaan rakyat. - Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat. - Memberi kesempatan kepada pengarang untuk lebih kreatif.

5.1.2. Ciri-ciri: - Merupakan tuntunan budi pekerti. - Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat. - Pelakunya sebagian besar meninggal dunia. - Bertema kedaerahan dan kawin paksa. - Nama pengarangnya dibukukan. - Romantis sentrimentil (berlebihan).

5.2. ANGKATAN 30/ANGKATAN PUJANGGA BARU (MAJALAH)

5.2.1. Latar Belakang: - Pertemuan dengan Bangsa Eropa yang berpengaruh pada politik, jalan pikiran, pola hidup, dan hasil sastra. - Lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang mengangkat Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi sekolah.

5.2.2. Ciri-ciri: - Bertema nasional. - Romantis idealis (penuh cita-cita). - Impresimisme (penuh kesan). - Meniru kebudayaan Belanda. - Bentuk puisinya berbaris: distikon, quin, kuatrin, cektek, tersina, septina, oktat, syair, soneta. - Nama pengarang ditulis. - Bahasa klise ditinggalkan. - Ada permainan bunyi.

5.3. ANGKATAN '45

5.3.1. Latar Belakang: - Kekejaman penjajah terhadap rakyat/sastra. - Penderitaan rakyat akibat revolusi.

5.3.2. Ciri-ciri: - Ekspresionisme - Romantis realistis. - Lebih mementingkan isi daripada bahasa. - Humanisme Universal. - Sinisme. - Realita (sesuai kenyataan).

5.4. ANGKATAN '50

5.4.1. Nama angkatan ini diusulkan oleh W.S. Rendra, namun tidak mendapat sambutan karena latar belakang, ciri-ciri, dan pengarang sebagian besar sama dengan Angkatan '45.

5.5. ANGKATAN '66

5.5.1. Latar Belakang: - Penyelewengan oleh pemimpin rakyat. - Korupsi merajalela. - Pengangkapan dan kekejaman terhadap orang-orang yang menentang pemerintahan

5.5.2. Ciri-ciri: - Bentuknya puisi bebas dan cerpen. - Isinya protes terhadap pemimpin yang lupa daratan. - Bahasanya panjang-panjang. - Temanya penderitaan rakyat. - Munculnya kelaguan

6. Unsur Ekstrinsik

6.1. Unsur Biografi

6.1.1. latar belakang atau riwayat hidup sang penyair.

6.2. Unsur Nilai

6.2.1. dalam puisi, biasanya mengandung nilai-nilai seperti ekonomi, politik, budaya, sosial, dan yang lainnya.

6.3. Unsur Kemasyarakatan

6.3.1. situasi sosial ketika puisi ini dibuat.