DINAMIKA HIDROSFER Felucia Farren XIIS2

Get Started. It's Free
or sign up with your email address
DINAMIKA HIDROSFER Felucia Farren XIIS2 by Mind Map: DINAMIKA HIDROSFER Felucia Farren XIIS2

1. Unsur Siklus Air

1.1. Evaporasi : Air-air yang tertampung di danau, sungai, laut, waduk berubah menjadi uap air dengan bantuan panas matahari

1.2. Transpirasi : jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi

1.3. Evapotranspirasi : gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke atas permukaan atmosfer.

1.4. Sublimasi : perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat lambat.

1.5. Kondensasi : uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es yang berukuran sangat kecil. Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut.

1.6. Adveksi : awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan. tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek

1.7. Presipitasi : proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.

1.8. Surface Run Off : proses pergerakan air dari tempat yang tinggi menuju tempat rendah di permukaan bumi.

1.9. Infiltrasi : Proses pergerakan air ke dalam pori- pori tanah, proses infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah untuk menuju kembali ke laut

2. Perairan Laut

2.1. Zona Pesisir Dan Pantai

2.1.1. Garis Pantai (shore line) : Tempat pertemuan antara air laut dengan daratan tadi dinamakan garis pantai

2.1.2. Pantai Landai : menghadap ke laut pedalaman, misalnya pantai utara Pulau Jawa

2.1.3. Pantai Terjal (cliff) : menghadap ke laut lepas (Samudera) atau di daerah pengangkatan akibat tektonik lempeng

2.1.4. Garis Pesisir : daerah yang masih ada pengaruh kegiatan bahari dan sejauh konsentrasi permukiman nelayan

2.1.5. Di Indonesia : kaya akan bahan tambang dan mineral, seperti minyak dan gas, timah, biji besi, bauksit, dan pasir kwarsa

2.1.6. Wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas utama untuk pusat pengembangan industri pariwisata

2.2. Proses Terjadinya

2.2.1. Dangkalan Sunda : kepulauan Indonesia bagian barat yang pernah menjadi satu daratan dengan benua Asia menjadi terpisah

2.2.2. Dangkalan Sahul : kepulauan Indonesia bagian timur yang pernah menjadi satu daratan dengan benua Australia menjadi terpisah

2.3. Klasifikasi Laut

2.3.1. Berdasarkan Proses Terjadinya

2.3.1.1. Laur Transgesi / Laut Dangkal : laut yang terjadi sebagai akibat naiknya transgesi yang biasanya kurang dari 200 meter.

2.3.1.2. Laut Ingresi / Laut Dalam : adalah laut yang terjadi karena adanya penurunan bagian permukaan bumi (degradasi). Kedalaman laut lebih dari 200 meter,

2.3.1.3. Laut Regresi : laut yang terjadi sebagai akibat proses pengendapan lumpur sungai (sedimen fluvial)

2.3.2. Berdasarkan Letaknya

2.3.2.1. Laut Tepi : laut yang terletak ditepian benua yang seolah-olah terpisah dari lautan oleh deretan pulau-pulau dan semenanjung. Cth : Laut Cina Selatan, Jepang, Bering

2.3.2.2. Laut Pertengahan : adalah laut yang terletak diantara benua-benua. Biasanya merupakan wilayah laut dalam. Cth : Laut Mediteran

2.3.2.3. Laut Pedalaman : adalah laut yang terletak di tengah-tengah benua atau hampir seluruhnya dikelilingi daratan. Cth : Laut Kaspia, Baltik, Mati, Hitam.

2.3.3. Berdasarkan Kedalamannya

2.3.3.1. Zona Litoral / Wilayah Pasang Surut : wilayah laut yang pada saat terjadinya pasang naik tertutup oleh air laut dan ketika air laut surut wilayah ini menjadi kering.

2.3.3.2. Zona Neritik / Wilayah Laut Dangkal : wilayah laut mulai zona pasang surut sampai kedalaman 200 meter. Zona ini merupakan tempat terkonsentrasinya biota laut, terutama berbagai jenis ikan.

2.3.3.3. Zona Batial : wilayah laut yang merupakan lereng benua yang tenggelam di dasar samudera. Kedalaman zona ini berkisar di atas 200 meter – 2000 meter.

2.3.3.4. Zona Abisial : wilayah laut yang merupakan wilayah dasar samudra. Kedalamannya di atas 2000 meter, dan jenis biota yang ada pada zona ini terbatas.

2.3.4. Berdasarkan Wilayah Kekuasaan

2.3.4.1. Laut Teritorial

2.3.4.1.1. Wilayah laut yang berada di bawah kedaulatan suatu negara

2.3.4.1.2. Batas laut teritorial ditarik dari garis dasar pantai pulau terluar ke arah laut bebas sejauh 12 mil laut

2.3.4.1.3. Jika lebar laut antara pantai dua negara kurang dari 24 mil, maka batas laut teritorial ditetapkan dengan cara membagi dua jarak antara pantai dua negara yang bersangkutan

2.3.4.1.4. bersangkutan. Perairan laut di luar batas 12 mil disebut laut lepas atau laut bebas

2.3.4.2. Zona EKonomi Eksklusif (ZEE) : wilayah perairan laut ekonomis suatu negara, tetapi berada di luar laut teritorial, selebar 200 mil laut di tarik dari garis dasar pantai pulau terluar ke arah laut bebas.

2.3.4.3. Landas Kontinen : bagian dari benua yang terendam oleh air laut

2.3.5. Bentuk-Bentuk Morfologi Dasar Laut

2.3.5.1. Paparan benua (Shelf) : dasar laut dangkal yang melandai dengan kedalaman rata-rata 200 m, dan terletak di sepanjang pantai suatu benua. Cth : Paparan Sunda

2.3.5.2. Palung laut (Trench) : dasar laut yang dalam dan sempit dengan dinding yang curam membentuk corong dan memanjang, dengan kedalaman lebih dari 5000 m

2.3.5.3. Lubuk laut (Bekken) : dasar laut yang bentuknya cekung

2.3.5.4. Gunung Laut, yaitu gunung yang dasarnya terdapat di dasar laut, baik yang menjulang diatas permukaan laut atau tidak

2.3.5.5. Punggung laut : punggung pegunungan di dasar laut

2.3.5.6. Atol : karang di laut yang bentuknya seperti cincin besar

2.3.5.7. Laguna : bagian laut dangkal di tengah atol

2.3.6. Gerakan Air Laut

2.3.6.1. Gelombang Laut

2.3.6.1.1. Gelombang yang tidak bergerak ke arah horizontal (mendatar)

2.3.6.1.2. Gelombang yang airnya bergerak maju

2.3.6.2. Arus Laut

2.3.6.2.1. Arus laut angin muson

2.3.6.2.2. Arus pengisi tegak atau konveksi

2.3.6.2.3. Arus pasang surut

2.3.7. Pasang Naik Dan Pasang Surut

2.3.7.1. Pasang purnama (Spring tide) : pasang naik dan surut yang besar yang terjadi pada awal bulan dan pertengahan bulan (bulan purnama)

2.3.7.2. Pasang perbani (Neap tide) : pasang naik dan surut terendah. Ini terjadi pada waktu bulan seperempat dan tiga perempat, matahari dan bulan terletak pada posisi yang membentuk sudut siku-siku (90°)

2.3.8. Kualitas Air Laut

2.3.8.1. Salinitas air laut

2.3.8.1.1. Besar kecilnya penguapan : Makin besar penguapan air laut, kadar garamnya makin tinggi. Cth : Laut Kaspia

2.3.8.1.2. Banyak sedikitnya curah hujan : Makin banyak curah hujan, makin rendah kadar garamnya. Cth : Laut-laut di Indonesia.

2.3.8.1.3. Banyak sedikitnya air tawar dari sungai yang masuk : Masuknya air tawar menyebabkan rendahnya salinitas. Cth : Laut Jawa

2.3.8.1.4. Banyak sedikitnya cairan es yang masuk ke dalam laut : Ini terjadi di daerah yang mengalami musim dingin. Cth : Laut Baltik di Eropa Utara

2.3.8.1.5. Arus laut : Dengan adanya arus laut terjadi percampuran kandungan garam, sehingga kadar garamnya lebih merata

2.3.8.2. Suhu Laut

2.3.8.2.1. mempengaruhi perkembangan organisma-organisma tersebut

2.3.8.2.2. Makin ke dalam, suhu air laut makin dingin karena pengaruh sinar matahari

2.3.8.2.3. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan tumbuhan laut tumbuh dengan subur

2.3.8.3. Warna Air Laut

2.3.8.3.1. Tergantung pada zat larutan organisme atau zat lain yang terdapat di dalam air

2.3.8.3.2. Bergantung pada warna dasar lautnya

2.3.9. Mengukur Kedalaman Air Laut

2.3.9.1. Batu Duga : sebuah tali yang dibebani dengan timah yang berat, lalu diturunkan ke dasar laut

2.3.9.2. Dema Duga : menggunakan kecepatan rambat suara atau bunyi dalam air yaitu dengan menghitung waktu berangkat dan waktu kembalinya gema suara atau bunyi

2.3.10. Manfaat Laut

2.3.10.1. Garam : keperluan memasak

2.3.10.2. Rumput Laut : pembuatan agar-agar

2.3.10.3. Ikan Laut : sumber bahan makan dengan protein yang tinggi

2.3.10.4. Lumut (potash) ; karbonat

2.3.10.5. Fosfat : tulang-tulang ikan dan kotoran burung yang makanannya ikan dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

3. Siklus Air

3.1. Siklus Pendek

3.1.1. Air laut mengalami proses penguapan dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari

3.1.2. Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan

3.1.3. Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut

3.2. Siklus Sedang

3.2.1. Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari

3.2.2. Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan

3.2.3. Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan

3.2.4. Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan

3.2.5. Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan kembali ke laut

3.3. Siklus Panjang

3.3.1. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan dan menjadi uap air

3.3.2. Uap air yang telah terbentuk akan mengalami proses sublimasi

3.3.3. Kemudian awan terbentuk dengan mengandung kristal-kristal es

3.3.4. Awan mengalami proses adveksi dan kemudian bergerak ke daratan

3.3.5. Awan akan mengalami presipitasi dan kemudian akan turun sebagai salju

3.3.6. Salju akan terakumulasi menjadi gletser

3.3.7. Gletser tersebut akan mencair karena adanya pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai

3.3.8. Air yang berasal dari gletser akan mengalir di sungai tersebut kemudian akan kembali ke laut

4. Perairan Darat

4.1. Klasifikasi

4.1.1. Air Tanah

4.1.1.1. Meteoric Water : Air tanah yang berasal dari air hujan

4.1.1.2. Connate Water : air tanah yang terperangkap dalam rongga-ronggga batuan endapan

4.1.1.3. Fossil Water : air yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan

4.1.1.4. Juvenil Water : air yang berasal dari dalam bumi (magma)

4.1.1.5. Pelliculkar Water : air yang tersimpan dalam tanah karena tarikan molekul-molekul tanah.

4.1.1.6. Phreatis Water : air tanah yang berada pada lapisan kulit bumi yang poreus (sarang)

4.1.1.7. Artesian Water : yaitu air yang berada di antara dua lapisan batuan yang kedap

4.1.2. Sungai

4.1.2.1. Sungai Konsekwen : sungai yang alirannya searah dengan lerengnya

4.1.2.2. Sungai Insekwen : sungai yang arah alirannya tidak teratur

4.1.2.3. Sungai Subsekwen : sungai yang arah alirannya tegak lurus terhadap sungai konsekwen

4.1.2.4. Sungai Obsekwen : anak sungai dari sungai subsekuen yang arahnya berlawanan dengan induk sungai konsekwen

4.1.2.5. Sungai Resekwen : sungai subsekwen yang arahnya sejajar dengan induk sungai konsekwen.

4.1.3. Danau

4.1.3.1. Danau Tektonik : danau yang terbentuk karena proses tektonik, seperti proses patahan dan lipatan

4.1.3.2. Danau Vulkanik : danau yang terbentuk di kawah bekas letusan gunung api yang terisi oleh air

4.1.3.2.1. Danau Maar : danau yang terjadi akibat letusan gunungapimenimbulkan lubang yang terisi oleh air hujan

4.1.3.2.2. Danau Kawah : danau yang terjadi karena kawah atau lubang kepundan terisi oleh air hujan

4.1.3.3. Danau Tektovulkanik : danau yang terbentuk akibat dari gabungan tektonik dan vulkanik

4.1.3.4. Danau Karst : danau yang terjadi di daerah kapur sebagai hasil proses pelarutan batu kapur, sehingga membuat cekungan

4.1.3.5. Danau Glasial : danau yang terjadi karena erosi glasial pada zaman es dilluvium

4.1.3.6. Danau Bendungan : adalah danau yang terjadinya karena terbendungnya aliran sungai oleh lava sebagai akibat letusan gunungapi

4.1.3.7. Danau Buatan : danau yang sengaja dibuat oleh manusia, misalnya untuk kepentingan irigasi atau PLTA

4.1.4. Rawa

4.1.4.1. Asam

4.1.4.2. Tidak Dapat DIminum

4.1.4.3. Tidak Ada Organisme Yang Hidup

4.1.4.4. Bewarna Merah

4.1.4.5. Sukar dimanfaatkan

4.2. Potensi Air

4.2.1. Air Permukaan

4.2.2. Air Tanah

4.2.2.1. Air Kapiler : berasal dari air tanah yang naik ke ruang-ruang antara butir-butir karena kapilaritas

4.2.2.2. Air Gravitasi : bergerak dalam ruang tanah karena pengaruh gravitasi

4.3. Banjir dan uapayanya

4.3.1. Memperbesar kembali daya tampung saluran sungai

4.3.2. Tidak membuang sampah ke sungai,

4.3.3. Membersihkan parit-parit dan selokan

4.3.4. Pembangunan waduk, bendungan, dan sumur resapan

4.3.5. Diperbanyak ruang terbuka di perkotaan sebagai tempat peresapan air

4.3.6. Memperbesar saluran dan daya tampung air

4.3.7. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk selalu memperhatikan dan mencintai lingkungan