PENANGANAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DAN GIZI PASCA BENCANA

Get Started. It's Free
or sign up with your email address
PENANGANAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DAN GIZI PASCA BENCANA by Mind Map: PENANGANAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DAN GIZI PASCA BENCANA

1. Pembinaan lingkungan dan gizi pasca bencana

1.1. Personal Hygiene & Pemenuhan Sarana CTPS

1.2. Penyehatan pengelolaan Dapur Umum

1.3. Pengendalian vektor & Binatang Pengganggu

1.4. Penyehatan Sanitasi Dasar (Jamban)

1.4.1. 1. Kekurangan pangan ->menurunkan daya tahan tubuh. 2. Pada penderita penyakit-> bertambah parah 3. Dalam keadaan darurat beban infeksi meningkat 4. Potensi infeksi penyakit menular menjadi sangat tinggi akibat kontak antar individu 5. Beban infeksi yang tinggi -> menimbulkan infeksi yang tinggi 6. Dalam keadaan infeksi -> peningkatan katabolisme & penurunan daya asupan makanan serta daya absorbsi makanan penurunan gizi selama sakit -> tubuh menyesuaikan diri menunda pertumbuhan badan menjadi kurus 7. Jika asupan gizi tidak terpenuhi -> penyembuhan melambat -> pertumbuhan terhambat -> penurunan imunitas tubuh 8. Jika asupan gizi cukup -> pemulihan dan pertumbuhan cepat -> tingkat imunitas baik kemungkinan infeksi berkurang -> sumber infeksi yang berasal dari manusia berkurang 9. Asupan gizi yang aman dan cukup merupakan pendorong untuk kesembuhan yang optimal

1.5. Pengelolaan Sampah

1.6. Pengawasan Air Minum

2. Pemantauan dan evaluasi program

2.1. Surveilans

2.1.1. Pra -Bencana

2.1.1.1. Sosialisasi dan Pelatihan Petugas

2.1.1.2. Pembinaan Teknis

2.1.1.3. Rencana kontijensi

2.1.1.4. Pengumpulan data awal

2.1.2. Bencana

2.1.2.1. FASE I TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL: rekapitulasi data pengungsi dari hasil Rapid Health Assessment (RHA)

2.1.2.2. FASE II TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL: Pengumpulan data antropometri balita (BB/U, BB/PB atau BB/TB dan TB/U), ibu hamil (LiLA)

2.1.2.3. TAHAP TANGGAP DARURAT LANJUT: Analisis hasil pengukuran antropometri dan faktor penyulit

2.1.3. Pasca-bencana

2.1.3.1. Pemantauan dan Evaluasi

2.1.3.1.1. Pemantauan dan Evaluasi terdiri dari : a. Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan dengan menggunakan KMS b. Penilaian keadaan gizi seluruh balita setelah periode tertentu (3 bulan bulan) untuk dibandingkan dengan data dasar

2.2. Keperluan surveilans gizi pengungsi, beberapa hal yang perlu disiapkan adalah :

2.2.1. 1. Petugas pelaksana adalah tenaga gizi (Ahli gizi atau tenaga pelaksana gizi) yang sudah mendapat latihan khusus penanggulangan gizi dalam keadaan darurat

2.2.2. 2. Alat untuk identifikasi, pengumpulan data dasar, pemantauan dan evaluasi

2.2.3. 3. Melakukan kajian data surveilans gizi dengan mengintegrasikan informasi dari surveilans lainnya (penyakit dan kematian).

2.3. Klaster Kesehatan

2.3.1. 1. Tanggap Darurat Tujuan: Penyelematan Jiwa

2.3.2. 3. Rekonstruksi Tujuan : Pembangunan Kembali Seluruh Sitem

2.3.3. 2. Rehabilitasi Tujuan : Pemulihan Standar Pelayanan Kesehatan Minimum

2.4. Sub klaster

2.4.1. 1. Sub Klaster Pelayanan Kesehatan

2.4.2. 2. Sub Klaster Pengendalian Penyakit dan Kesling

2.4.3. 3. Sub klaster kesehatan reproduksi

2.4.4. 4. Sub klaster gizi

2.4.5. 5. Sub klaster promkes

3. Penilaian dan pengawasan kondisi lingkungan dan status gizi

3.1. Masalah kesehatan yang sering terjadi di pengungsian antara lain: 1. Kuantitas dan kualitas air bersih yang tidak memadai. 2. Kurangnya sarana pembuangan korban, kebersihan lingkungan yang buruk (sampah dan limbah cair) sehingga kepadatan vektor (lalat) menjadi tinggi, sanitasi makanan didapur umum yang tidak higienis, kepenuhsesakan (overcrowded). Penyakit menular yang sering timbul dipengungsian akibat faktor resiko diatas antara lain: diare, typhoid, ISPA/pneumonia, campak, malaria, DBD, penyakit kulit. 3. Kasus penyakit sebagai akibat kurangnya sumber air bersih dan kesehatan lingkungan yang buruk. Kasus –kasus yang sering terjadi antara lain: diare, ISPA, malaria, campak, penyakit kulit, tetanus, TBC, cacar, hepatitis, cacingan, typhoid, dan lain-lain 4. Kasus gizi kurang sebagai akibat kurangnya konsumsi makanan. Kasus –kasus yang sering terjadi antara lain: KEP, anemia dan xerophtalmia 5. Masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi seperti gangguan selama kehamilan dan persalinan, terjadi kehamilan yang tidak diharapakan, menyebarkan infeksi menular seksual (IMS), kekerasan terhadap perempuan dan anak, dsb. 6. Berbagai bentuk keluhan psikologik dan gangguan psikiatrik yang terjadi seperti: stres pasca trauma, depresi, anxietas, dan lain-lain

4. Standar bantuan pangan terbatas untuk dibawa pulang

4.1. Batuan pangan

4.1.1. 1. Bantuan pangan diberikan dalam bentuk bahan makanan, atau masakan yang disediakan oleh dapur umum. Bantuan pangan bagi kelompok rentan diberikan dalam bentuk khusus. 2. Standar Minimal Bantuan : a. Bahan makanan berupa beras 400 gram perorang perhari atau bahan makanan pokok lainnya dan bahan lauk pauk. b. Makanan yang disediakan dapur umum berupa makanan siap saji sebanyak 2 kali makan dalam sehari. c. Besarnya bantuan makanan (poin a dan b) setara dengan 2.100kilo kalori (kcal)

5. Pengawasan sanitasi makanan dan minuman

5.1. Kekurangan pangan saat bencana

5.2. Tahap pasokan bahan makanan

5.2.1. Masalah 1. Kontaminasi bahan pangan (tanah, air, udara, hewan) 2. Kontaminasi makanan siap saji

5.2.2. Penyelesaian 1. Memperoleh makanan dari pemasok yang andal 2. Pastikan keandalan produksi dan trasport 3. Memperoleh makanan dari pemasok yang handal 4. Upayakan aplikasi HACCP pada sistem penyediaan makanan

5.3. Tahap penerimaan

5.3.1. Masalah a. Kontaminasi kuman patogen padan makanan berisiko

5.3.2. Penyelesaian a. Kendalikan keadaan ketika transpor (Suhu dan waktu)

5.4. Tahap Penyimpanan

5.4.1. Masalah a. Kemungkinan kontaminasi berulang b. Pertumbuhan bakteri di dalam makanan

5.5. Tahap penyiapan

5.5.1. Masalah a. Kontaminasi melalui tangan dan cara lain b. Pertumbuhan bakteri di dalam makanan

5.5.2. Penyelesaian a. Mencuci tangan sebelum mengolah makanan b. Cegah kontaminasi silang dari alat masak dan permukaan benda c. Pisahkan makanan matang dari yang mentah d. Pakai air mendidih terutama jika makanan tidak akan dimasak lagi e. Batasi waktu makanan dalam suhu ruang

5.6. Tahap memasak

5.6.1. Masalah a. Bakteri patogen masih ada

5.6.2. Penyelesaian a. Pastikan makanan dimasak sempurna (setiap bagian makanan dipanasi sampai 70°C, terutama bagian makanan yang tebal dan bagian dalam)

5.7. Tahap Pendinginan dan Penyimpanan dalam keadaan dingin

5.7.1. Masalah a. Pertumbuhan bakteri, spora, produksi toksin b. Kontaminasi dari berbagai sumber

5.7.2. Penyelesaian a. Dinginkan makanan secepat mungkin hingga suhu < 5°C b. Hindarkan mengisi lemari pendingin sepenuh-penuhnya c. Jika tersimpan lama, amati perubahan-perubahan suhu d. Tutupi baik-baik makanan, hindarkan kontak langsung atau tak langsung dengan air mentah dan bahan makanan mentah

5.8. Tahap Makanan tersimpan selalu dalam keadaan panas

5.8.1. Masalah a. Pertumbuhan bakteri, spora, produksi toksin

5.8.2. Penyelesaian a. Jaga agar makanan tersaji tetap dalam keadaan panas (suhu > 60°C)

5.8.3. Tahap Menghangati ulang makanan

5.8.3.1. Masalah a. Bakteri tidak mati

5.8.3.2. Penyelesaian a. Pastikan makanan dipanaskan dengan benar

5.9. Tahap Penyajian/pembagian makanan

5.9.1. Masalah a. Pertumbuhan bakteri, spora, produksi toksin b. Kontaminasi

5.9.2. Penyelesaian a. Pastikan makanan dipanaskan dengan benar b. Hindarkan makanan matang kontak langsung atau tak langsung dengan air mentah dan bahan makanan mentah c. Jangan menyentuh makanan langsung dengan tangan d. Sajikan makanan ketika masih panas

6. Program pemberian makanan secara umum

6.1. Pada dasarnya tujuan pemberian pangan dalam situasi darurat adalah: 1. Bertahan hidup 2. Mempertahankan/memperbaiki status gizi, utamanya pada kelompok rentan 3. Menyelamatkan aset produksi 4. Menghindari migrasi massal 5. Menjamin tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh penduduk. 6. Mendorong rehabilitasi keadaan secara swadaya masyarakat 7. Mengurangi kerusakan sistem produksi pangan dan pemasarannya

7. Penyelesaian a. Simpan makanan terbungkus atau dalam wadah tertutup b. Kendalikan vektor dan hewan c. Kendalikan suhu dan lama penyimpanan