Get Started. It's Free
or sign up with your email address
ASESMEN PSIKOLOGI by Mind Map: ASESMEN PSIKOLOGI

1. Sikap dan Minat

1.1. pengertian

1.1.1. sikap adalah kecenderungan seseorang untuk berespon setujuatau tidak setuju, terhadap suatu stimulus (Anastasi & Urbina, 1997)

1.1.2. Minat merupakan cerminan preferensi seseorang terkait dengan kegiatan yang disukai (Nye et al, 2012)

1.2. Pengukuran Sikap

1.2.1. Skala sikap akan menghasilkan satu skor tunggal yang mengindikasikan sikap seseorang

1.2.2. Metode pengukuran sikap: Thurstone, Guttman, Likert

1.3. Penggunaan Tes Minat

1.3.1. perencanaan karir

1.3.2. seleksi pekerjaan

1.3.3. konseling okupasi

1.4. Contoh Tes Minat

1.4.1. Self-Directed Search (SDS) Holland

1.4.1.1. dikembangkan oleh John L. Holland

1.4.1.2. Orang-orang dengan kepribadian tertentu cenderung memilih tipe karir tertentu

1.4.2. Rothwell-Miller Inventory Blank (RMIB)

1.4.2.1. Pertama disusun Miller di tahun 1947 untuk assessmen karir

1.4.2.2. Tes ini mengidentifikasi 12 Minat

1.4.3. Kuder Career Interests Assessment

1.4.3.1. Awalnya disusun Frederich Kuder di tahun 1939

1.4.3.2. KCIA/KCS bertujuan untuk menentukan tingkat relatif minat menurut Holland

2. Typical Performance Tes Proyeksi

2.1. Pengertian

2.1.1. Tes proyeksi merupakan teknik dalam asesmen yang berfokus pada individu dari perspektif murni klinis

2.1.1.1. yaitu perspektif yang meneliti cara unik individu memproyeksikan stimulus ambigu “cara memandang hidup, pengertiannya, makna, pola, dan terkhusus perasaannya” (Frank, 1939; Cohen & Swerdlik,2009)

2.2. Hakikat

2.2.1. - Tugas tidak terstruktur - Instruksi diberikan secara manual - Stimulus tes ambigu

2.3.  Pengelompokan teknik proyeksi

2.3.1. 1. Association to inkblots or words

2.3.1.1. Tes Rorschach

2.3.1.2. Word Association Test

2.3.2. 2. Construction of stories or sequences

2.3.2.1. Thematic Apperception Test (TAT)

2.3.2.2. Children Apperception Test (CAT)

2.3.3. 3. Completions of sentences or stories

2.3.3.1. Sentence Completion Test

2.3.3.2. Autobiographical Memories

2.3.4. 4. Arrangement/ selection of pictures or verbal choices

2.3.4.1. Kahn Test of Symbol Arrangement

2.3.4.2. Study of Value

2.3.5. 5. Expression with drawing or play

2.3.5.1. Drawing a Person Test (DAP)

2.3.5.2. House Tree Person (HTP)

2.4. Penilaian tes proyeksi

2.4.1. 1. Membangun rapport

2.4.2. 2. Mengurangi kemungkinan faking

2.4.3. 3. Pemeriksa dan variable situasional

3. Typical Performance Test

3.1. Pengertan kepribadian

3.1.1. Kepribadian adalah pola pikiran, emosi, dan perilaku yang cukup stabil yang membedakan satu orang dari orang lain (Carlos F. Martinez).

3.2. Sejarah singkat kemunculan tes kepribadian formal

3.2.1. 1874, Sir Francis Galton melakukan survey identifikasi kepribadian dengan tipologi yang dikemukakan Galen

3.2.2. 1900, Sigmund Freud mengembangkan teknik analisis mimpi dengan konsep psikoanalisis

3.2.3. 1917, Woodworth mengembangkan tes kepribadian formal yang pertama kali

3.2.4. 1920, WPDS disesuaikan item-itemnya untuk keperluan industri

3.3. Penggolongan tes kepribadian

3.3.1. Berdasarkan Konten yang diukur 1. Test yang mengukur Tipe Kepribadian 2. Test yang mengukur Trait 3. Test yang mengukur State 4. Test yang mengukur Minat

3.3.2. Berdasarkan Struktur test 1. Test Objektif atau Inventori 2. Test Proyeksi

3.3.2.1. Objektif: paper and pencil dan computerized

3.3.2.2. Proyeksi: Unstructured response dan responses to stimuli

3.4. Skala psikologis dalam pengukuran kepribadian

3.4.1. Pengertian

3.4.1.1. Skala pengukuran: Merujuk pada aturan untuk memberi nilai pada suatu ukuran (satuan ukuran) sehingga observasi empiris dapat dikuantifikasi.

3.4.1.2. Sebagai alat ukur: untuk mengukur suatu konstruk teoretis tertentu. Istilah skala pada pengertian ini merujuk pada tes.

3.4.2. Perbedaan

3.4.2.1. Skala dan tes

3.4.2.2. Skala dan kuisioner

3.4.3. Dimensi tingkah laku yang diukur

3.4.3.1. Unidimensional

3.4.3.2. Multidimensional

3.4.4. Pendekatan penyusunan skala

3.4.4.1. Stimulus

3.4.4.1.1. Thurstone scale

3.4.4.1.2. Guttman scale

3.4.4.2. Respon

3.4.4.2.1. Likert scale

4. Etika dalam Psikologi

4.1. Pengertian

4.1.1. Berisikan standar khusus menangani masalah-masalah pada testing dan asesmen.

4.1.2. berisikan standar khusus menangani masalah-masalah pada testing dan asesmen

4.2. Kualifikasi Pengguna Tes

4.2.1. Level A

4.2.1.1. Administrasi, skor dan interpretasi dapat dilakukan oleh non-psikolog.

4.2.2. Level B

4.2.2.1. Memiliki pengetahuan teknis konstruksi tes , telah mengikuti kursus/ pendidikan psikologi.

4.2.3. Level C

4.2.3.1. Psikolog yang telah terlatih atau berpengalaman pada tes-tes khusus.

4.3. Kategori Alat Tes Psikodiagnostik (Kode Etik HIMPSI, 2010)

4.3.1. Kategori A

4.3.1.1. Tidak bersifat klinis dan tidak membutuhkan keahlian dalam melakukan administrasi dan interpretasi.

4.3.2. Kategori B

4.3.2.1. Tidak bersifat klinis tetapi membutuhkan pengetahuan dan keahlian dalam administrasi dan Interpretasi.

4.3.3. Kategori C

4.3.3.1. Butuh pengetahuan tentang konstruksi tes dan prosedur tes untuk penggunaannya & didukung oleh pengetahuan dan pendidikan psikologi.

4.3.4. Kategori D

4.3.4.1. Butuh beberapa pengetahuan tentang konstruksi tes dan prosedur tes untuk penggunaannya dan didukung oleh pengetahuan dan pendidikan psikologi

4.4. Kerahasiaan

4.4.1. WAJIB dilaksanakan oleh Psikolog / Ilmuwan Psikologi (Kode Etik HIMPSI Bab V Pasal 24 tahun 2010)

4.4.2. Alasan mengungkapkan data klien

4.4.2.1. Klien dalam kondisi membahayakan

4.4.2.2. Klien adalah anak dibawah umur

4.4.2.3. Klien memberi izin

4.4.2.4. Psikolog ditunjuk oleh pengadilan untuk memeriksa

4.4.2.5. Data memberikan manfaat

4.4.2.6. Ada surat perjanjian

4.5. Cross-Cultural Sensitivity

4.5.1. Melindungi klien dari perbedaan budaya agar tidak terjadi kesalahan prosedur asesmen

4.6. Informed Consent

4.6.1. Menjelaskan dan meminta ijin dari individu yang akan mendapatkan asesmen psikologis

4.7. Invasion of privacy

4.7.1. Batas-batas tertentu tes akan mengganggu atau menembus pribadi seseorang.

4.8. Diagnosa

4.8.1. Kehati-hatian memilih teknik asesmen agar mendapat diagnosa yang tepat

4.9. Administrasi Tes

4.9.1. Metode yang sudah ditetapkan dan memiliki standardisasi

4.10. Test Security

4.10.1. Menjamin integritas isi tes & tes itu sendiri

4.11. Skoring dan interpretasi

4.11.1. Hasil tes akan dipengaruhi oleh kelayakan tes (reliabilitas, validitas, cross-cultural fairness, & kegunaan tes)

4.12. Contoh Kode Etik

4.12.1. APA (American Psychological Association)

4.12.2. ACA (American Counseling Association)

4.12.3. HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia)

5. Penggunaan Tes

5.1. Ruang Lingkup Pendidikan

5.1.1. Jenis Tes

5.1.1.1. Tes Inteligensi

5.1.1.2. Tes Bakat

5.1.1.3. Tes Kepribadian

5.1.1.4. Tes Prestatif

5.2. Ruang Lingkup Klinis

5.2.1. Diagnosis

5.2.1.1. Asesmen Adiksi dan Penyalahgunaan

5.2.1.2. Forensik

5.2.1.3. Polah Asuh

5.2.1.4. Child Abuse and Neglect

5.2.1.5. Neuropsychological Assessment

5.2.2. Jenis Tes

5.2.2.1. Tes Majemuk

5.2.2.2. Tes Inteligensi

5.2.2.3. Tes Kepribadian

5.2.2.4. Tes Neuropsikologi

5.2.3. Komponen Membuat Keputusan

5.2.3.1. Behavioral Assessment

5.2.3.2. Neuropsychological Assesment

5.2.3.3. Teknik Interview

5.3. Ruang Lingkup Konseling

5.3.1. Jenis Tes

5.3.1.1. Specific Learning Disabilities

5.3.1.2. Identifying Specific Learning Disabilities

5.4. Ruang Lingkup Pekerjaan

5.4.1. Jenis Tes

5.4.1.1. Tes Inteligensi

5.4.1.2. Tes Bakat

5.4.1.3. Tes Bakat Khusus

5.4.1.4. Tes Kepribadian

5.4.2. Riset untuk Pengembangan

5.4.2.1. Human Factor Research

5.4.2.2. Organizational Research

5.4.2.3. Marketing Research

5.5. Ruang Lingkup Lainnya

5.5.1. Bidang Militer

5.5.2. Bidang Olahraga

5.5.3. Bidang Hukum dan Pengadilan