1. FAKTOR PENDORONG
1.1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
1.2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
1.3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
1.4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
2. PERMASLAHAN YANG DIHADAPI
2.1. Pembauran Bangsa
2.1.1. Merupakan usaha untuk yang utuh atau pemaduan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa baru yaitu Indonesia.
2.2. Kerukunan antar Umat Beragama
2.2.1. Masalah ini menunjukkan betapa berkembangnya solidaritas sempit yang membawa kemrosotan semangat kebangsaan Indonesia, dengan demikian kesadaran untuk menumbuhkan sikap saling pengertian kesulitan yang dihadapi kelompok agama masing-masing masih sangat rendah.
2.3. Perubahan Nilai-nilai
2.3.1. Dari mulai Indonesia merdeka sampai sekarang ini, masih terdapat pandangan umum bahwa ada kesulitan untuk menentukan nilai-nilai Indonesia, akibat adanya kesenjangan yang bersifat struktural dalam masyarakat.
3. FAKTOR PENGHAMBAT INTEGRASI NASIONAL
3.1. Masyarakat Indonesia yang beraneka ragam dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
3.2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
3.3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
3.4. Adanya paham "etnosentrisme" di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
4. CONTOH WUJUD INTEGRASI NASIONAL
4.1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta, dimana terdapat anjungan dari semua provinsi di Indonesia (27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil budaya.
4.2. Sikap toleransi antar umat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman, tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.
4.3. Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayaan daerah lain, bahkan mau mempelajari budaya daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatera.
5. DEFINISI
5.1. Usaha dan proses mempersatukan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
5.2. Penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. (Mahfud,1993).
5.3. Upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya. (Safroedin Bahar 1998).
6. UPAYA MENINGKATKAN INTEGRASI NASIONAL
6.1. Meningkatkan integrasi nasional secara vertical (pemerintah dengan masyarakat).
6.1.1. Menerapkanj rezim terbaik bagi Indonesia Ramlan Surbakti (1999:32), yaitu rezim yang terdapat dalam UUD'45 dan Pancasila.
6.1.2. Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.
6.1.3. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam segala aspek kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan semua pihak.
6.2. Meningkatkan integrasi nasional secara horizontal antar masyarakat Indonesia yang plural.
6.2.1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran, dan kehendak untuk bersatu.
6.2.2. Membangun kelembagaan (pranata) di masyarakat yang berakarkan pada nilai dan norma yang menyuburkan persatuan dan kesatuan.
6.2.3. Penyatuan berbagai kelompok sosial budaya dalam satu-kesatuan wilayah dan dalam suatu identitas sosial.
7. STRATEGI INTEGRASI NASIONAL
7.1. Kebijakan
7.1.1. Policy assimilation
7.1.2. Policy bhinneka tunggal ika
7.2. Pendekatan
7.2.1. Adanya ancaman dari luar
7.2.2. Gaya politik kepemimpinan
7.2.3. Kekuatan lembaga-lembaga politik
7.2.4. Ideology nasional
7.2.5. Kesempatan pembangunan ekonomi