Teks Anekdot
by icha surabaya2021
1. Tujuan
1.1. Membangkitkan tawa pembaca
1.2. Sarana hiburan
1.3. Sarana untuk mengkritik
2. Struktur
2.1. Abstrak
2.1.1. Bagian pendahuluan atau bagian pembuka teks
2.2. Orientasi
2.2.1. Awal suatu kejadian atau saat cerita mulai bergulir
2.3. Krisis
2.3.1. Puncak cerita yang berisi konflik atau masalah yang terjadi pada karakter
2.4. Reaksi
2.4.1. Respon atau reaksi yang dilakukan karakter setelah mengalami krisis
2.5. Koda
2.5.1. Bagian penutup teks yang berisi amanat atau kritik
3. Kaidah Kebahasaan
3.1. Menggunakan kalimat yang menyatakan kejadian sebenarnya yang sudah terjadi (peristiwa masa lalu)
3.2. Menggunakan kalimat retoris, yaitu jenis kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban
3.3. Menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan hubungan waktu. Contohnya seperti kemudian, lalu, selanjutnya, dsb
3.4. Menggunakan kata kerja aksi. Contohnya seperti menulis, membaca, bernyanyi, belajar, dsb.
3.5. Menggunakan kalimat perintah. Contohnya seperti jangan buang sampah sembarangan, jawablah pertanyaanku, dsb.
3.6. Menggunakan kalimat dengan tanda seru
3.7. Menggunakan kalimat langsung (khusus untuk teks anekdot dalam bentuk dialog)
4. Pengertian
4.1. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan menghibur. Biasanya, teks anekdot menceritakan orang penting atau orang terkenal, dan berdasarkan kejadian sebenarnya. Jadi, teks anekdot tidak hanya sembarang cerita lucu saja ya, melainkan berdasarkan kejadian nyata. Selain itu, teks anekdot juga membicarakan topik secara spesifik dan kadang kala dibuat berdasarkan pengalaman pribadi.
5. Ciri-ciri
5.1. Bersifat lucu
5.2. Bersifat menggelitik
5.3. Bersifat menyindir
5.4. Bisa berdasarkan pengalaman pribadi/tokoh
5.5. Memiliki tujuan tertentu
5.6. Hampir menyerupai dongeng
5.7. Bisa menceritakan hubungan antara manusia dan hewan
6. Contoh
6.1. Amar: “Mir, ternyata banyak politisi di negeri kita yang sudah kaya raya!” Amir: “Kalau masalah itu aku juga sudah tau, Mar!” Amar: “Saking kayanya mereka, sampai mampu memiliki baju termahal di Indonesia.” Amir: “Hah, baju termahal di Indonesia? Baju apa itu?” Amar: “Yah, apalagi kalau bukan baju tahanan KPK.” Amir: “Kok malah baju tahanan KPK?” (Bingung) Amar: “Iyalah, coba saja kamu pikir, seorang politisi minimal harus mencuri uang negara 1 milyar terlebih dahulu baru bisa memakai baju tersebut.” Amir: “Ooohh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku.”