1. PENGERTIAN
1.1. • Definisi: Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna bahasa, termasuk hubungan antara tanda dan hal yang ditandainya. • Aspek yang Dikaji: Meliputi makna kata, frasa, kalimat, dan wacana.
1.2. Pengertian Menurut Ahli
1.2.1. Allan (2014:153,3) mengatakan bahwa semantik merupakan bidang ilmu yang mempelajari makna yang dikomunikasikan melalui bahasa. Allan menjelaskan bahwa setiap ekspresi dalam bahsa mengandung makna dan semantik mempelajarinya dengan mengkaji makna kalimat dan konstituennya seperti klausa, frasa, dan kata, serta relasi makna antar ekspresi dalam bahasa.
2. UNSUR-UNSUR DALAM SEMANTIK
2.1. • Makna Leksikal: Makna yang terkandung dalam kata-kata itu sendiri. • Contoh: "Kucing" berarti hewan berbulu dengan empat kaki. • Makna Gramatikal: Makna yang terbentuk melalui struktur kalimat. • Contoh: "Ibu memasak" berbeda maknanya dari "Memasak ibu." • Makna Denotatif dan Konotatif: • Denotatif: Makna literal atau sebenarnya. • Konotatif: Makna tambahan yang muncul dari asosiasi atau emosi.
3. JENIS SEMANTIK
3.1. Tjandra (2016:10-11) secara garis besar membagi semantik menjadi duaberdasarkan makna yang dikaji, yaitu semantik leksikal dan semantik gramatikal. a. Semantik leksikal Semantik leksikal merupakan semantik yang mempelajari makna kata, dimana kata adalah leksem, dan leksem adalah satuan bahasa yang terdaftar sebagai entri dalam kamus yang memiliki makna leksikal yang bulat dan memiliki suatu acuan. b. Semantik gramatikal Semantik gramatikal merupakan semantik yang mempelajari makna yang terbentuk dari proses gramatika dalam satuan bahasa yang lebih besar seperti frasa dan kalimat.
4. HAKIKAT MAKNA
4.1. Menurut Saussure dalam buku Chaer (2014: 287), makna merupakan pengertian atau konsep yang terkandung dalam sebuah tanda linguistik. Hornby dalam buku Yendra (2018:201) berpendapat bahwa makna adalah apa yang diartikan atau yang dimaksud dalam ujaran bahasa.
4.1.1. HUBUNGAN MAKNA
4.1.1.1. Hubungan makna adalah hubungan semantik antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa di sini dapat berupa kata, frasa, dan kalimat. Hubungan semantik tersebut dapat mengungkapkan makna yang serupa dan bertentangan, dualitas makna, atau kelebihan makna. Hubungan makna semacam ini mungkin terkait dengan makna yang serupa (sinonim), makna yang berlawanan (antonim), makna ganda (polisense dan ambiguitas), makna inklusi (hiponim), makna abnormal (homonimi), dan makna berlebihan (redundansi), serta masih banyak lagi.
4.1.2. PERUBAHAN MAKNA
4.1.2.1. Perubahan Makna Arti kata atau morfem (satuan terkecil dalam kamus) tidak akan berubah, tetapi dapat berubah secara diakronis. Dengan kata lain, dalam waktu yang singkat, arti suatu kata akan tetap tidak berubah, tetapi dalam jangka waktu yang lebih lama, arti kata tersebut akan berubah.
5. SEJARAH KAJIAN SEMANTIK
5.1. Sebelum lahirnya metode linguistik, Aristoteles (384–322 SM) telah mengungkapkan konsep semantik, dengan mendefinisikan bahasa sebagai “unit terkecil yang mengandung makna”, ia menggunakan kata “makna”. Dalam hal ini, Aristoteles juga mengatakan bahwa makna kata dapat dibagi menjadi dua jenis, satu adalah makna yang muncul secara mandiri dari kata itu sendiri, dan yang lainnya adalah makna kata yang muncul karena hubungan gramatikal. Pada saat yang sama, Plato mempertanyakan hubungan antara simbol dan maknanya. Socrates (460–399 SM) percaya bahwa simbol harus sesuai dengan acuan.
5.1.1. Semantik historis cenderung mempelajari semantik yang berkaitan dengan unsur-unsur di luar bahasa, seperti latar belakang perubahan makna, hubungan antara perubahan makna dan logika, psikologi, dan perubahan makna itu sendiri dalam karya M. Breal berjudul Essai de Semantique (1897) atau akhir abad ke-19. Tahun itu, dengan munculnya karya-karya M. Breal, semantik secara tegas dinyatakan sebagai ilmu makna sebagai ciri.
5.1.1.1. Sementara itu, dalam kajian metodologi penafsiran Al-Qur.’an, mulai dari klasik, modern dan kontemporer, banyak kritikus yang mengadopsi metode linguistik atau semantik untuk menafsirkan Al-Qur.’an dan banyak tafsir lainnya dengan menggunakan gaya bahasa, kemudian dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu dengan menggunakan metode semantik Al-Qur.’an.
5.1.1.1.1. Dilihat dari sejarah semantik di atas, perkembangan semantik telah menjadi nama subjek dari pemahaman makna. Salah satu inti dan tujuannya adalah untuk mencari makna kata, memperluas pengetahuan linguistik Al-qur.’an dari kata-kata tersembunyi yang tidak dapat dievaluasi oleh teks, dan menghindari makna menebak-nebak. Semantik juga telah mengalami berbagai perkembangan di era milenium ini.