
1. Single Echelon
1.1. Definisi
1.1.1. Model ini merupakan struktur jaringan logistik yang paling sederhana, di mana hanya terdapat satu tingkatan perantara antara pemasok dan pelanggan.
1.1.2. Artinya, barang atau produk langsung dikirim dari pemasok ke pelanggan tanpa melalui pusat distribusi atau gudang perantara.
1.2. Karakteristik
1.2.1. Aliran barang langsung dan cepat.
1.2.2. Biaya penyimpanan relatif rendah.
1.2.3. Cocok untuk produk dengan permintaan stabil dan lokasi pelanggan terkonsentrasi.
1.2.4. Risiko gangguan rantai pasok tinggi jika terjadi masalah pada pemasok.
1.3. Contoh
1.3.1. Seorang petani sayuran segar menjual hasil panennya langsung ke restoran-restoran lokal.
1.3.2. Sebuah perusahaan kecil yang memproduksi kerajinan tangan mengirimkan produknya langsung ke pelanggan melalui jasa kurir.
1.3.3. Penjualan langsung produk perangkat lunak atau aplikasi yang di unduh langsung oleh konsumen dari website perusahaan pembuat.
1.4. Penjelasan contoh:
1.4.1. Dalam contoh-contoh ini, tidak ada perantara gudang atau pusat distribusi. Produk langsung berpindah dari produsen (petani, perusahaan kerajinan, perusahaan perangkat lunak) ke konsumen (restoran, pelanggan individu).
1.4.2. Ini adalah model yang sederhana dan cepat, cocok untuk produk yang mudah rusak atau produk yang dipesan secara khusus.
2. Two-Echelon
2.1. Definisi
2.1.1. Model ini melibatkan dua tingkatan perantara antara pemasok dan pelanggan.
2.1.2. Biasanya, barang dikirim dari pemasok ke pusat distribusi, kemudian dari pusat distribusi ke pelanggan.
2.2. Karakteristik
2.2.1. Fleksibilitas lebih tinggi dalam merespons permintaan pelanggan yang bervariasi.
2.2.2. Biaya penyimpanan lebih tinggi dibandingkan model single echelon.
2.2.3. Risiko gangguan rantai pasok lebih rendah karena adanya pusat distribusi sebagai penyangga.
2.2.4. Cocok untuk produk dengan permintaan tidak stabil dan lokasi pelanggan tersebar.
2.3. Contoh
2.3.1. Sebuah perusahaan elektronik besar memiliki pabrik di luar negeri. Produk-produk elektronik tersebut dikirim ke pusat distribusi regional di setiap negara, kemudian dari pusat distribusi dikirim ke toko-toko ritel atau pelanggan individu.
2.3.2. Perusahaan makanan ringan memproduksi produknya di pabrik, kemudian mengirimkannya ke pusat distribusi nasional. Dari pusat distribusi, produk didistribusikan ke supermarket dan toko-toko kelontong di berbagai daerah.
2.3.3. Perusahaan penerbitan buku yang mendistribusikan buku hasil cetakannya dari percetakan, ke gudang distribusi, lalu di distribusikan ke toko buku, dan pelanggan yang membeli secara daring.
2.4. Penjelasan contoh:
2.4.1. Dalam contoh-contoh ini, terdapat dua tingkatan perantara: pusat distribusi.
2.4.2. Pusat distribusi berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara, penyortiran, dan pengiriman barang.
2.4.3. Model ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola persediaan dengan lebih efisien, merespons permintaan pasar yang bervariasi, dan menjangkau pelanggan yang tersebar luas.